CINTA SEORANG HAFIZ



CINTA SEORANG HAFIZ

ANA ROSIDA

PENERBIT

CV. LICENSI

2024


Sangsi Pelanggaran

Pasal 27 Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2002 Tentang Hak Cipta

Barang siapa dengan sengaja dan tanpa hak melakukan perbuatan sebagaimana dimaksud dalam pasal 2 ayat (1) atau pasal 49 ayat (1) dan ayat (2) dipidana dengan pidana penjara masing-masing paling singkat 1 (satu) bulan dan/atau denda paling sedikit Rp. 1.000.000,00 (satu juta rupiah), atau pidana penjara paling lama 7 (tujuh) tahun dan/atau denda paling banyak Rp. 5.000.000.000,00 (lima milyar rupiah).

Barang siapa dengan sengaja menyiarkan, memamerkan, mengedarkan, atau menjual kepada umum suatu Ciptaan atau Hak Terkait sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan/atau denda paling banyak Rp. 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).

CINTA SEORANG HAFIZ ANA ROSIDA iii

CINTA SEORANG HAFIZ

ANA ROSIDA

CINTA SEORANG HAFIZ ANA ROSIDA iv

Cinta Seorang Hafiz

Cinta Seorang Hafiz

Penulis

Penulis : : ANA ROSIDAANA ROSIDA

Editor

Editor :: Taufik HidayatTaufik Hidayat

Penyunting

Penyunting : : Taufik HTaufik Hidayatidayat

ISBN :

ISBN :

Copyright ©

Copyright © DesemberDesember 20242024

Ukuran: 14 cm X 20 cm; Hal:

Ukuran: 14 cm X 20 cm; Hal: vvii ++ 224488

Hak Cipta dilindungi oleh undang

Hak Cipta dilindungi oleh undang--undang. Pertama kali diterbitkan di Indonesia dalam undang. Pertama kali diterbitkan di Indonesia dalam Bahasa Indonesia oleh Penerbit LICENSI. Dilarang mengutip atau memperbanyak baik Bahasa Indonesia oleh Penerbit LICENSI. Dilarang mengutip atau memperbanyak baik sebagiasebagian ataupun keseluruhan isi buku dengan cara apa pun tanpa izin tertulis dari n ataupun keseluruhan isi buku dengan cara apa pun tanpa izin tertulis dari penerbit.penerbit.

Penata

Penata IsiIsi : : Wahyudi SetiawanWahyudi Setiawan

Cover

Cover : : Sofyan MalikiSofyan Maliki

Cetakan I,

Cetakan I, DesemberDesember 20242024

Diterbitkan pertama kali oleh Penerbit LICENSI Jalan Letnan Rantam RT. 016 RW. 004

Diterbitkan pertama kali oleh Penerbit LICENSI Jalan Letnan Rantam RT. 016 RW. 004 PoncogatPoncogati, Curahdami, Bondowosoi, Curahdami, Bondowoso--Jawa TimurJawa Timur

Telp: +6282336053336, +6285236555520

Telp: +6282336053336, +6285236555520

Email :

Email : penerbitlicensi@gmail.compenerbitlicensi@gmail.com, Web : , Web : www.penerbitlicensi.comwww.penerbitlicensi.com

Didistribusikan oleh

Didistribusikan oleh CV. LICENSI (Library Centre Indonesia) Jalan Letnan Rantam RT. CV. LICENSI (Library Centre Indonesia) Jalan Letnan Rantam RT. 016 RW. 004 Poncogati, Curahdami, Bondowoso016 RW. 004 Poncogati, Curahdami, Bondowoso--Jawa TimurJawa Timur

Telp: +6282336053336, +6285236555520

Telp: +6282336053336, +6285236555520

Email:

Email: penerbitlicensi@gmail.compenerbitlicensi@gmail.com

CINTA SEORANG HAFIZ ANA ROSIDA v

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .......................................................................................... ii

DAFTAR ISI ......................................................... v

Chapter 1 ............................................................... 1

Chapter 2 ............................................................... 7

Chapter 3 ............................................................... 13

Chapter 4 ............................................................... 19

Chapter 5 ............................................................... 27

Chapter 6 ............................................................... 35

Chapter 7 ............................................................... 43

Chapter 8 ............................................................... 51

Chapter 9 ............................................................... 59

Chapter 10 ............................................................. 67

Chapter 11 .............................................................. 75

Chapter 12 ............................................................. 81

Chapter 13 ............................................................. 87

Chapter 14 ............................................................. 95

Chapter 15 ............................................................. 103

Chapter 16 ............................................................. 109

Chapter 17 ............................................................. 115

Chapter 18 ............................................................. 123

Chapter 19 ............................................................. 131

Chapter 20 ............................................................. 137

Chapter 21 ............................................................. 143

CINTA SEORANG HAFIZ ANA ROSIDA vi

Chapter 22 ............................................................. 149

Chapter 23 ............................................................. 157

Chapter 24 ............................................................. 165

Chapter 25 ............................................................. 173

Chapter 26 ............................................................. 181

Chapter 27 ............................................................. 189

Chapter 28 ............................................................. 197

Chapter 29 ............................................................. 205

Chapter 30 ............................................................. 213

Chapter 31 ............................................................. 219

Chapter 32 ............................................................. 227

Chapter 33 ............................................................. 233

Chapter 34 ............................................................. 239

CINTA SEORANG HAFIZ ANA ROSIDA 1

Chapter 1

Nikmat Tuhan Tercipta Dari Hati Yang Bersyukur Atas Ketetapannya.

Happy reading

Gadis dengan seragam putih abu abunya berjalan sedikit tergesa dijalan yang cukup ramai,langkahnya terhenti menoleh ke kiri dan kanan Hendak menyebrang.

Namun sebelum meneruskan perjalanannya

Ia tak sengaja melihat seorang nenek hendak menyebrang namun begitu sulit karena keadaan kakinya yang sedikit pincang, banyak orang yang melihat namun tak ada satupun yang membantunya . Sangat keterlaluan sekali bukan!

Langkah nya pun mengayun ke arah nenek itu,hendak membantu si nenek untuk menyebrang.

"Assalamualaikum permisi nek".

Tidak ada jawaban, bahkan menghadap pun kearahnya tidak sama sekali.

Tidak memperdulikan hal itu, ia tetap membantu si nenek menyebrang, setelah sampai dipinggiran trotoar ia membungkukkan badan dan berlalu pergi, hendak melangkah,namun tangan si nenek mengarahkan sebuah tulisan di kardus yang tertempel di dada si nenek itu.

'Terima kasih orang baik, maaf saya buta dan tuli'

CINTA SEORANG HAFIZ ANA ROSIDA 2

Termenung beberapa detik sehingga ia tersadar, oleh teriakan dan bunyinya klakson yang menandakan lampu lalu lintas berubah warna hijau tanda pengendara siap melaju.

"Iya nek sama sama" walaupun ia sadar si nenek tidak akan mendengar ,akan tetapi itu sebuah bentuk tanda hormatnya untuk menghargai seseorang.

Selepas itu ia berlalu meninggalkan nenek itu menyusuri jalanan yang tampak begitu ramai dari biasanya.setelah 10 menit lamanya menyusuri jalanan dengan berjalan kaki, kini gadis itu telah sampai ditempat yang ia tuju.

Terpampang jelas di depan gang ada sebuah plang bertuliskan 'BUTIK AYU COLLECTION'

Gadis itu bernama Nara , lebih tepatnya Naraya putri salsabila, Nara adalah gadis yang selalu menjaga marwahnya sebagai seorang wanita, selalu menutup auratnya dengan sempurna gadis berlesung pipi disebelah kiri berkulit putih tidak terlalu tinggi tidak terlalu pendek.

Di waktu senggang ia akan bekerja di butik ayu, Nayara menjadi penjahit sekaligus desainer di butik itu, walaupun ia belum lulus SMK tetapi keahliannya membuat ia mendapatkan sebuah pekerjaan yang ia inginkan.

"Nara, kamu baru nyampek" Tanya salah satu pegawai ber nama Sofia.

Langkah Nara terhenti,ia membalikkan badan guna melihat siapa yang berbicara lantas ia tersenyum ke arah Sofia dan menganggukkan kepalanya tanda 'iya'

CINTA SEORANG HAFIZ ANA ROSIDA 3

"Iya mbak" Nara mengalihkan pandangan mengarah ke kiri dan ke kanan " Tante ayu belum Dateng mbak?" Tanyanya ketika tidak menemukan sosok bos baiknya itu.

"Tadi sih ada, sempet nanyain kamu juga, tapi keburu pulang katanya kerabatnya baru pulang dari Mesir"

"Owh, ya udah deh mbak , aku mau ganti baju terus lanjut kerja, mbak Sofia jugak semangat" Nara mengangkat kedua tangannya menggoyangkan ke kiri dan ke kanan tanda menyemangati.

"Yapss harus semangat" Sofia turut mengangkat kedua tangannya sama persis seperti yang dilakukan nayara.

Setelah itu keduanya tertawa,walaupun umurnya dengan Sofia terpaut 3 tahun lebih tua Sofia namun keduanya seperti seorang teman yang seumuran walaupun begitu Nara tetap menghormati Sofia karena menurutnya yang lebih tua dari kita patut kita hargai,setelah itu Nara mengundurkan diri terlebih dahulu untuk mengerjakan pekerjaan nya.

*****

Allahu Akbar Allahu Akbar

Suara adzan menggema di seluruh masjid ibu kota , seluruh umat yang beragama Islam diwajibkan melaksanakan perintah Allah yakni 'shalat'

Seperti yang dilakukan seorang pria bertubuh tegap berperawakan kulit putih serta mata tajamnya namun

CINTA SEORANG HAFIZ ANA ROSIDA 4

meneduhkan, lelaki itu bernama Muhammad Hafizh Abkar Al Ghafi.

ketika mendengar suara adzan ia bergegas ke kamar mandi untuk berwudhu dan melaksanakan perintah Tuhannya.

Tak hanya itu setelah melaksanakan kewajibannya lelaki itu tak lantas berdiri, ia berdzikir dengan khusyu' dilajutkan dengan ber muraja'ah hafalannya, ia diberi amanah hafalan yang mana itu sebuah tanggung jawab yang besar, untuk itu ia bersungguh sungguh dalam menjaganya dengan bermurojaah atau yang disebut pengingat atau penguat hafalan.

'Tok tok tok'

"Hafidz" bunyi ketukan pintu serta suara yang memanggil namanya mengalihkan tatapannya ke pintu yang tertutup rapat, ia sengaja menutupnya agar tidak ada yang mengganggunya, mengenali suara itu lantas ia beranjak membukakan pintu.

Tidak ada tanda tanda dibukakan pintu, Fatimah sang ibunda hafizh membuka pintu yang ternyata tidak dikunci, sebelum memegang knop pintu untuk membuka,pintu itupun lebih dulu terbuka dengan menampilkan sosok lelaki yang menampilkan senyum ramahnya kepada sang ibunda tercinta.

"Maaf umma barusan hafizh sedang muraja'ah hafalan"

Fatimah membalas senyumannya lantas iya mengangguk " iya nak, yasudah ayo turun semuanya sudah menunggu dibawah"

CINTA SEORANG HAFIZ ANA ROSIDA 5

Dirinya mengangguk lantas melangkah menuruni tangga berdampingan dengan sang bunda.

Suara gelak tawa terus menggema dilantai bawah,aura kebahagian terpancar dan terlihat di setiap mimik wajah yang berkumpul di meja makan itu.

Langkah demi langkah tapakan kaki itu semakin terdengar, suara gesekan kursi membuat semuanya menoleh ke arah suara itu.

Hendak berbicara kini urung ketika sang kepala keluarga mengisyaratkan untuk duduk.

"Masih di meja makan dan di depan kalian ada makanan yang harus di santap terlebih dahulu, untuk kangen kangen nya ditunda dulu" ucapan tegas tanpa bantahan membuat semuanya urung berbicara.

Tanda pengucapan hamdalah sesuai makan adalah bentuk syukur kita kerena masih diberi nikmat.

Para wanita bergegas membersihkan piring piring kotor sedangkan para lelaki kembali ke tempat awal , yakni ruang tamu hafidz pun mengikuti langkah Abi dan iparnya itu.

"udah lulus S1 ada keinginan lanjut ke S2 nak? " pertanyaan dari sang abi yakni Hamza membuatnya menoleh seketika.

"Belum kepikiran Abi"

"Atau mau langsung nikah" goda Ashraf suami dari kakak perempuannya yang bernama Najwa.

CINTA SEORANG HAFIZ ANA ROSIDA 6

"Itu terlalu kejauhan bang, saya harus menyiapkan bekal dulu sebelum membimbing seseorang karena itu tanggung jawab yang besar"

"Lagi pula Hafizh harus mengelola beberapa restaurant setelah ini".

Abi Hamza tersenyum mendengar jawaban sang putra, ia menepuk punggung itu lantas berdiri " Abi ada suatu perbincangan dengan salah sahabat Abi ,jika waktunya tiba semoga kamu bersedia nak." setelah mengucapkan itu Abi Hamzah berjalan ke arah kamarnya meninggalkan sang anak bertukar cerita dengan sang menantu.

CINTA SEORANG HAFIZ ANA ROSIDA 7

Chapter 2

Memenuhi ekspektasi manusia hanya membuatmu merasa bersalah, karena apa yang kamu inginkan terlampau berbeda dengan apa yang mereka inginkan...

[ Tulisan wanita pendosa ]

Ting

Dentingan notifikasi mengalihkan pandangan nara, yang awalnya tertuju ke mushaf Al-Qur'an, kini berganti untuk mengambil benda pipih itu yang sedari tadi berdering . Ditutup mushaf serta dicium dan di kembalikan ketempat semula.Setelah itu Nara mengambil handphone yang berada di nakas sebelah kiri ranjang tidurnya.

Dibuka aplikasi warna hijau yang bertuliskan WhatsApp.

Setelah terbuka sudah ada beberapa pesan yang membuat menggelengkan kepala setelah melihat isi chet itu, siapa lagi kalau bukan teman sekaligus sahabat dekat Nara.

Meira

Ra, besok keluar yok mumpung libur

Kamu ga sibuk kan?

Kalo iya besok aku jemput.

Me

Assalamualaikum, aku emang ada niatan keluar mau beli kain.

Meira

CINTA SEORANG HAFIZ ANA ROSIDA 8

Waalaikumussalam hehehe sorry lupa

Yaudah aku temenin sekalian kita keluar, besok jam 7 aku on time jemput kamu.

Me

Iya Ra aku tunggu.

Tidak ada percakapan lagi setelahnya, di matikan handphone dan beranjak berdiri untuk membuka mukenah dan mengembalikannya ke lemari.

***

Hari minggu adalah hari dimana seluruh sekolah diliburkan, melepas penat setelah 6 hari otak dipenuhi dengan berbagai mapel pelajaran dan seperti saat ini aku tengah bersiap untuk keluar bersama sahabatku, untuk menghilangkan rasa penat itu. Sekaligus ada suatu pekerjaan yang harus segera ku selesaikan.

Bunyi klakson membuat nara mempercepat memasang kaos kaki, karena dia begitu yakin itu pasti maira yang telah sampai, menyempatkan menoleh ke arah jarum jam yang menunjukkan jam 7 lewat 2 menit.

Tidak lupa mengambil masker yang menggantung dibelakang pintu dan segera mungkin aku keluar karena pastinya Meira sudah menunggu.

Sudah terhitung 15 menit Nara dan Meira mondar mandir mencari kain yang sesuai dengan keinginan costumer, namun tidak menemukan juga, tidak menyerah hingga nara menemukan warna yang cukup persis dengan yang diinginkan costumer.

CINTA SEORANG HAFIZ ANA ROSIDA 9

Setelah melakukan pembayaran, se segera keluar dari toko kain itu bersama sahabatku.

"Makan yok, lapar ni"

Saking asiknya memilih kain dirinya melupakan sahabatyang sedang kelaparan" yaudah ayok maaf ya lama"

"Santai"

Memasuki salah satu restaurant, aku dan Meira mengedarkan pandangan ke arah meja kosong karena saat ini jam makan para pekerja dan pastinya sangat ramai.

Hingga pandanganku mengarah ke salah satu meja kosong di pojok kiri, pas sangat sesuai dengan kemauanku.

"Yaudah ayok" Meira menarik tanganku untuk segera ketempat itu.

"Huff capek banget ya" ucapku yang di angguki Meira.

Memesan makanan dengan menu makanan manis manis seperti coklat adalah favoritku, berbanding terbalik dengan Meira yang lebih dominan ke makanan pedas, ya walaupun aku juga suka pedas tapi tidak seperti Meira.

****

"Makasih ya"

Setelah turun dari mobil Meira,aku berterima kasih dan sempat menawari untuk mampir sejenak, namun Meira ada urusan yang membuatnya terburu buru pulang.

"Aku harus pulang Ra, mami udah ngomel ni, lain kali aja " tolak Meira, setelah itu Meira menghidupkan sepeda dan melaju meninggalkan halaman rumah ku. "Hati hati" teriak Nara yang di angguki Meira tanpa menoleh ke arahnya.

CINTA SEORANG HAFIZ ANA ROSIDA 10

Dirasa Meira sudah menjauh aku membalikkan badan untuk memasuki rumah, sempat mengucapkan salam namun keadaan rumah cukup sepi, mungkin saja bunda lagi ke pasar alibi ku, tak memikirkan hal itu aku pun terus melangkah memasuki kamarku.

Merebahkan tubuh sejenak setelah berkeliling panjang.

Teringat akan belanjaan kainku aku kembali duduk memikirkan model seperti apa yang ingin ku rancang.

Sibuk berkelana dengan konsep desain, hingga suara dering telepon membuatku segera merogoh benda pipih yang ada di tas selempang yang ku kenakan barusan bersama sahabatku.

Tertera 'Tante Ayu calling'

Segera mungkin ku angkat dan tidak lupa mengucapkan salam.

'kamu sibuk Nar'

'Engga sih tan, tapi baru pulang dari toko kain kenapa emangnya tan?'

'Ini Tante minta tolong ,ponakannya Tante kan mau lamaran, nah dia maunya didesain dari butik Tante,kamu bisa kan ngedesainya.'

'Insyaallah bisa tapi Temanya apa dulu tan?'

'Dia maunya tema islamic yang bajunya tidak terlalu ketat, simple tapi elegan'

'Iya Tan bisa, insyaallah kamis Nara bisa kebutik soalnya sek sibuk di sekolah, untuk orderan Nara kerjakan dirumah tan'

CINTA SEORANG HAFIZ ANA ROSIDA 11

'Iya wes Tante tutup ya'

'Iya Tan Assalamualaikum'

Setelah pembicaraan itu ditutup aku pun kembali memikirkan konsep desain yang costumer inginkan.

****

Langit malam begitu pekat semilir angin menyeruak ke kulit lelaki yang tengah duduk di taman belakang rumahnya yang tengah memangku sebuah Al Qur'an.

Matanya terpejam rapat serta mulut tiada henti berkomat Kamit melafazkan Kalam Al Qur'an.

Ya lelaki itu hafidz, lelaki dengan sejuta pesona hafalannya.lelaki yang sangat menjaga hafalannya.

Dikala padat Pekerjaannya Sebagai ustadz sekaligus pebisnis muda ,Waktu senggang ia sempatkan untuk memperlancar hafalannya.

Lelaki itu ketika ber muraja'ah lebih suka ditempat sunyi,seperti sekarang di gelapnya ditemani sinar bulan dan terangnya bintang bintang.

"Bang hafidz"

Hafidz menoleh ke arah belakang yang mana di sanalah adiknya yang memanggil namanya. Tidak mendapati jawaban dari sang Abang gadis itu berniat menghampiri abangnya namun urung ketika tantenya memanggil dirinya terlebih dahulu.

"Gajadi deh bang, aku udah dipanggil tante ayu" teriak gadis itu dan kembali memasuki rumahnya.

CINTA SEORANG HAFIZ ANA ROSIDA 12

Hafidz hanya menggeleng geleng kan kepalanya dan kembali menatap indahnya langit malam.

"Door"

"Astagfirullah" gumam hafidz seraya memegang dadanya yang berdetak cukup kencang dari biasanya, ia menghela nafas sejenak menetralkan detak jantungnya.

"Bukanya salam malah ngagetin"Sindir hafidz setelah tau siapa yang mengagetkan dirinya.

"Assalamualaikum adek ku" ucap Najwa kakak pertama hafidz.

"Waalaikumussalam warohmatullahi wabarokatuh "

Netra Najwa mengarah ke mushaf Al-Qur'an yang dipangku hafidz " lagi muraja'ah dek ?" Tanya Najwa.

Hafidz hanya menganggukkan kepala tanpa berniat menimpali.

"Ke kakaknya jangan dingin dingin amat dek, nanti ga laku" cibir Najwa yang kelewat kesal dengan adik cueknya itu.

"Hmm"

"Gimana mau dapet jodoh,kalau yang cowok model an es batu begini"cibiran Najwa dengan nada lirih.

Namun sayang lelaki yang duduk di sebrang depannya itu sangatlah tajam pendengarannya " Jodoh udah di atur, kita hanya berusaha dan berikhtiar lagi pula jodoh itu untuk pelengkap diri dan cerminan diri" terang hafidz panjang lebar.

"Mashaallah Adik aku" gemas Najwa tersenyum hangat menatap wajah tampan adiknya.

CINTA SEORANG HAFIZ ANA ROSIDA 13

Chapter 3

"Ada yang mau di tanyakan, atau ada yang belum paham tentang apa yang saya terangkan?, jika ada, dan pertanyaannya bisa saya pahami insyaallah saya terangkan kembali " tanya Hafidz dengan mengajukan pertanyaan.

Setelah sepulangnya dari Mesir hafidz diminta salah satu ustadz untuk menjadi imam sekaligus penceramah di masjid dekat komplek rumahnya saat waktu sholat tiba, awalnya ia sempat menolak karena menurutnya ia merasa belum pantas.

Namun ia sempat berpikir ulang dan ia menyetujuinya.

Dan kini setelah selesai sholat subuh di lanjut beberapa dzikir dan ada waktu senggang ia sempatkan untuk menebarkan ilmu walaupun hanya sedikit.

Karena ada pepatah yang mengatakan 'Sebarkan apapun ilmu yang kamu punya walaupun hanya sekecil biji kedelai, karena bisa jadi ilmu kecil itu sangat berguna bagi orang orang yang terlalu fakir ilmu'

Nampaknya dibarisan saf kedua dari depan lelaki muda mengangkat tangannya tanda ia ingin bertanya.

"Pak ustadz, saya mau bertanya"

Beberapa para jamaah hanya siap mendengarkan dan menyimak dengan seksama.

Hafidz yang berada di depan pun menganggukkan kepala" iya silahkan "

CINTA SEORANG HAFIZ ANA ROSIDA 14

"Hikmah apa yang kita dapat dari perintah salat ?"

Hafidz mengambil mik guna mengeraskan suaranya agar terdengar para jemaah, " baik saya jawab, banyak hikmah yang kita peroleh, namun ada beberapa yang akan saya terangkan hikmahnya, yakni dari perintah sholat itu untuk menyadarkan manusia tentang hakikat dirinya bahwa ia adalah hamba yang diciptakan dan dikuasai oleh Allah SWT, " jeda sejenak " Shalat juga mengingatkan kita pada Allah SWT. Setiap kali kita lupa karena terlalu sibuk urusan duniawi.

"Kita ini hanya sementara didunia lalu apa yang mau kita sombong kan , hidup ini Antara lahir di Adzan Kan lalu mati di sholat kan."

"Paham bapak ibu sekalian?jika sudah paham saya akhiri, kurang lebihnya mohon maaf Assalamualaikum warahmatullahi wabarokatuh"

"Waalaikumussalam warohmatullahi wabarokatuh" jawab para jamaah serentak.

****

"Assalamualaikum bunda" Salam nara ketika memasuki rumah minimalis bertingkat satu , tidak ada jawaban ku langkahkan kaki ke arah dapur dan benar saja bunda sedang berkutat dengan bahan dapurnya.

Aku melangkah dengan sangat pelan berniat mengagetkan bunda, namun semua itu percuma, nyatanya bunda lebih dulu mengetahui kedatangan ku.

CINTA SEORANG HAFIZ ANA ROSIDA 15

"Ngapain jalan ngendap ngendap" tanya bunda seraya membalikkan tubuhnya menghadap ke arah anak nya itu.

"Hehehehe maaf bunda" terlihat dapur sedikit berantakan dan ada beberapa kue yang baru saja dikeluarkan dari pengukusan."Bunda ada acara? Kok bikin kue"

"Gaada"

"Tap-" pertanyaan itu terpotong ketika bunda menutup mulutku menggunakan jari telunjuknya.

"Kamu baru Dateng mending mandi dulu sana. Baru tanya tanya sekarang masih bau keringat" ujar bunda Sania dan bergaya tangannya menutup hidung seolah oleh ada yang bau.

"Ih bunda aku harum ya" nara menyangkal ucapan bunda,dan segera berlalu dari dapur menuju kamar berpura pura marah.

Terdengar bunda tertawa terbahak bahak di dapur, karena melihat tingkahku.tidak memikirkan hal itu aku terus melangkah ke kamar ingin merebahkan tubuh namun sebelum itu nara mau mandi terlebih dahulu karena merasa badan begitu lengket.

****

Dengan balutan handuk di kepala, Nara keluar dari kamar mandi. Berpakaian baju tidur lengan panjang ia berjalan menuju meja rias menyisir rambutnya yang basah dan memoleskan beberapa skincare ke wajahnya.

CINTA SEORANG HAFIZ ANA ROSIDA 16

Tok! Tok! Tok!

Ketukan pintu dari arah luar kamar membuat Nara mengambil kerudung bergo hitamnya lalu dipakai, kemudian ia melangkah guna melihat siapa yang mengetuk pintunya.

"Kenapa Bun, maaf Nara gak menerima orang lain masuk kamar" ujar Nara berniat mengerjai bundanya.

"Oh yasudah malam ini gaada jatah makan malam buat kamu"

" Eh... eh jangan dong Bun, masak anak sendiri disuruh kelaparan" ujar Nara menahan bunda Sania yang hendak pergi.

"Ayok turun ayah kamu udah nunggu, bunda kebawah dulu jangan lama lama" peringat bunda sania.

"Siap Bu bos" ucap Nara dengan gaya hormat.

Nara mengikuti langkah bunda Sania, menuruni setiap anak tangga dengan bersenandung kecil. Nara tersenyum manis tak kala dihadapannya ada sang ayah tercinta sedang menikmati kopi buatan bundanya.

"Sini, Nak "panggil ayah Arham menyuruhku untuk duduk.

"Iya yah"

Tak berselang lama dari arah dapur bunda membawakan salah satu kue buatan bunda tadi siang.

"Nih cobain kuenya" bunda berucap serta memberikan potongan kue kepadaku.

"Ayah, bun?" Tanyaku ketika bunda hanya memotongkan kue hanya untukku.

CINTA SEORANG HAFIZ ANA ROSIDA 17

"Ayah kamu gaboleh makan yang manis manis, entar makin manis " gurau bunda.

"Bunda dosa loh romantis di depan jomblo"

"Mangkanya cari pasangan" kini ayah ikut menimpali.

"Engga dulu deh, gak minat" ujarku seraya memakan kue buatan bunda.

"Owh iya Bun, ini kue buat apa?" Sungguh sedari tadi siang aku sangat penasaran karena tidak biasanya bunda membuat kue sebanyak itu, ataukah akan ada tamu?.

"Ga ada bunda cuman pengen bikin kue aja"

"Owh-jad". Bunyi handphone Nara membuatnya urung kembali bertanya.

Tante ayu ls calling

Halo Assalamualaikum Tan

(.....)

Iya Tan ,ini lagi proses insyaallah lusa Nara ke butik dan Nara usahakan lusa udah jadi proporsi modelnya,untuk gambar sementaranya Nara kirim via wa tan.

(.....)

Siap tan, insyaallah Nara bikin desain yang terbaik.

(......)

Yaudah Tan, waalaikumussalam.

****

"Tante model bajunya udah dirancang belum" tanya Zura, gadis yang beberapa Minggu akan di khitbah lelaki pilihannya.

CINTA SEORANG HAFIZ ANA ROSIDA 18

Seluruh keluarga berkumpul termasuk hafidz, lelaki itu hanya menyimak tanpa ingin ikut menimpali.

"Bentar Tante telfon Nara dulu"

Nada dering pertama langsung terhubung, hafidz sedari tadi yang sibuk dengan kitabnya kini ikut menyimak pembicaraan Tante dan karyawan nya itu.

Waalaikumussalam Nar, desain bajunya udah jadi?

Iya Tante tunggu

Not pinterest

"Yaudah nar Tante liat dulu, Assalamualaikum."

Panggilan tertutup, Tante ayu membuka room Chet yang Nara kirim ia mengunduh foto itu dan menampilkan desain baju yang Nara buat.

'Perfect' satu kata yang pas untuk menilai gambar gaun hasil desain Nara.

Ayu menatap ke arah azura yang berada di samping hafidz, ia memperlihatkan gambar gaun yang Nara desain.

"Nih, cobak lihat sendiri kalok ada yang kurang,besok kita ketemu sama Nara." Ujar Tente ayu serta memberi ponselnya kepada azura.

Hafidz sedikit melirik ke arah ponsel ayu dan melihat dengan jelas hasil desain Nara.

"Bagus" ucapnya tanpa sadar.

Seluruh tatapan keluarga mengarah ke hafidz, tanpa terkecuali sedangkan yang ditatap terlihat biasa saja ia belum menyadari apa yang ia ucap.

CINTA SEORANG HAFIZ ANA ROSIDA 19

Chapter 4

Pagi yang cerah, Nara bersiap siap untuk berangkat ke sekolahnya, ia sudah berpesan pada sahabatnya untuk berangkat bersama dan pastinya Meira lah yang menjemputnya.

Nara telah izin terlebih dahulu kepada kedua orang tuanya, setelah pulang sekolah ia akan ke Beutik , Sebenarnya ia tidak diizinkan bekerja karena kedua orang tuanya masih cukup sanggup membiayainya, tapi apalah daya jika Nara sangat ngotot ingin bekerja sekaligus mengembangkan bakat yang ia punya, lagi pula ia di SMK membidangi busana.

"Pagi yah , Bun" Sapanya ketika melihat ayah dan bundanya tengah sarapan pagi.

"Pagi juga sayang" serempak bunda Sania dan ayah Arham menjawab.

"Aku langsung ya Bun,takut Meira nunggu".

"Loh loh loh sarapan meskipun cuman roti nanti asam lambung kamu kambuh, atau mau bawa bekal aja?" cerca bunda Sania. Tangannya sibuk memoleskan roti dengan selai coklat.

"Nih makan"ujar bunda mengarahkan roti selai yang ada ditangannya.

"Gimana adab orang makan" Celetuk ayah yang memperhatikan cara makanku sambil berdiri.

CINTA SEORANG HAFIZ ANA ROSIDA 20

Aku terkekeh sejenak" hehehe lupa yah" ku tarik kursi untuk duduk selepas itu aku makan dengan sedikit terburu buru.

Tit Tit Tit!!

Bunyi mobil, dari arah depan membuatku mempercepat acara sarapan, sudah kuduga itu suara mobil Meira karena aku sangat mengenali bunyi klakson nya.

"Bun aku berangkat Meira udah di depan, Assalamualaikum" aku pun beranjak berdiri mengarahkan kedua tanganku untuk ber salim ke ayah dan bunda.

"Waalaikumussalam Yaudah hati hati, bilang ke Ira gausah ngebut ngebut" ucapan bunda, no hanya ku jawab dengan anggukan kepala.

"Maaf ya pasti nunggu lama" ucapku ketika sudah berada di mobil Meira.

"Santai, lagian masih ada sisa waktu 15 menit lagi" balas Meira.

"Yaudah ayo berangkat, entar makin siang kejebak macet lagi"

"Gass".

****

Setelah 10 menit lamanya berkendara, mobil BMW X5 itu memasuki halaman sekolah, tertera di gerbang itu bertuliskan(SMK GRAHA SCHOOL).

CINTA SEORANG HAFIZ ANA ROSIDA 21

Aku turun terlebih dahulu, disusul Meira setelah memarkirkan mobilnya.

"3 menit lagi bel masuk, cepetan ir" ucapku dengan langkah cukup tergesa.

"Iya iya cepetan ntar kena amuk pak Boby lagi".

Pak Boby adalah guru sejarah, disekolah SMK graha school ia terkenal dengan kegalakan nya untuk itu banyak sekali murid yang tidak ingin berurusan dengan guru itu.

Bersamaan dengan bunyi bel Nara dan Meira sampai didepan kelas.

"Huh untungnya Bu indah belum Dateng"ujarku seraya menghela nafas.

"Bener, gabisa dibayangin kalok kita telat bisa bisa di jemur ditengah lapangan kita".

"Assalamualaikum," salam Bu indah guru matematika yang baru menduduki kursi guru.

"Waalaikumussalam warohmatullahi wabarokatuh" serempak semua murid menjawab.

"Baik, ibu absen dulu"

"Adinda Natalia maghfirah"

"Hadir Bu"

Bunga Putri lestari

"Sakit Bu" ujar teman sebangkunya.

"Ada titipan surat ataupun lainya?" Tanya Bu indah.

"Ada Bu"

"Natasya meira armada"

"Hadir Bu"

CINTA SEORANG HAFIZ ANA ROSIDA 22

" Naraya putri salsabila "

"Hadir bu"

"Zivanna Amara"

"Hadir Bu"

"Baik sudah semua di absen, kita lanjutkan materi Minggu kemaren yang tertunda."

"Minggu kemaren kita membahas tentang barisan aritmatika, betul?"

"Betul Bu"

"Baik, berarti hari ini kita membahas tentang deret aritmatika, tapi ibu hanya ingin memberikan materinya, dan untuk sekretaris bisa ditulis didepan, ibu akan terangkan Minggu depan sekarang ibu ada rapat" ucap ibu indah " jangan ramai cukup di dalam kelas tulis itu Minggu depan ibu cek satu persatu, paham kan?"

"Iya Bu"

"Ya sudah ibu keluar dulu Assalamualaikum".

****

Setelah menyelesaikan kewajibannya sebagai seorang muslim,yaitu menunaikan ibadah sholat Dzuhur, hafidz lantas beranjak berdiri ia akan kembali ke cafenya yang berada tidak jauh dari masjid tempat ia shalat.

Sesampainya di cafe hafidz langsung menuju ke ruangannya.belum sempat membuka pintu seseorang

CINTA SEORANG HAFIZ ANA ROSIDA 23

memanggil namanya hafidz membalikkan badan guna melihat siapa yang memanggilnya.

"Pak hafidz" panggil salah satu karyawan bernama Faris, ia menjabat sebagai kepala pengawas di restaurant yang hafidz miliki.

"Iya, ada apa?"tanya hafidz.

"Begini pak, tadi Asisten pribadi bapak telfon ke saya, jika bapak dihubungi pihak keluarga, beliau nitip pesan ke saya soalnya handphone bapak tidak bisa dihubungi untuk itu saya berniat menyampaikan takut bapak lupa"ujar Faris menerangkan.

"Astagfirullah, iya handphone saya emang tidak dibawa ,saya sudah berjanji ke adik saya untuk menemaninya, kalau begitu saya pamit dulu, titip restaurant Assalamualaikum" ucap hafidz, lantas ia melangkah memasuki ruangnya untuk mengambil kunci mobilnya,setelah itu ia lantas bergegas untuk pergi.

"Waalaikumussalam" ucap Fadil dalam hati, setelah itu ia melangkah untuk kembali bekerja.

Hafidz berjalan dengan langkah tergesa hingga tiba didepan mobilnya hafidz membuka pintu pengemudi dan masuk menyalakan mesin mobilnya dan bergegas untuk menemui adiknya, hafidz membuka room chet yang ternyata banyak notifikasi dari adiknya itu.

Azura bocil 💫

12 panggilan tidak terjawab.

CINTA SEORANG HAFIZ ANA ROSIDA 24

'Assalamualaikum, Abang kemana sih aku udah nunggu lama loh'

'Abang pokonya harus temenin aku!'

'Aku jalan dulu deh sama umma, tapi Abang harus ikut kesana juga'

Ini alamatnya.

Jln delima putih 02

Butik ayu.

Hafidz hanya membaca pesan itu tanpa berniat membalasnya.

Sekitar 30 menit hafidz berada dalam perjalanan, kini ia memasuki gang yang cukup sempit untungnya mobil yang ia kendarai muat untuk dilewati.

Tertera 'BUTIK AYU' lantas hafidz mematikan mobilnya dan membuka seat belt lantas ia membuka pintu untuk turun.

"Assalamualaikum" salam hafidz.

"Waalaikumussalam ada yang bisa saya bantu" tanya salah satu pelayan yang memang kebetulan berada di dekat pintu.

"Ruangan Pemilik butik ini dimana?" Hafid bertanya dengan menundukkan pandangannya,karena ia berbicara dengan yang bukan mahram.

"Mari saya antar?" Tawar pelayan itu.

"Tidak usah, cukup beritahu saja letaknya dimana"

CINTA SEORANG HAFIZ ANA ROSIDA 25

"Baik, bapak lurus saja nanti ada belokan ke kanan tapi bapak lurus saja baru belokan ke dua disana tertera ruangannya Bu ayu" jawab karyawan itu.

"Baik terima kasih."

Karyawan itu hanya menganggukkan kepala.

Selepas itu, hafidz melangkah sesuai arahan yang karyawan ucapkan,langkahnya terus mengayun lurus hingga tepat di depan pintu bertuliskan ruangan 'Ayu' hafidz mengetuk pintu serta mengucapkan salam.

"Assalamualaikum"

"Waalaikumussalam" sahut beberapa orang yang berada di dalam,lantas pintu terbuka menampilkan sang Tante yang tersenyum ramah.

"Baru Dateng Fidz, adekmu dari tadi misah misuh nunggu kamu kelamaan" ujar Tante ayu "yaudah ayok masuk" ujarnya kembali.

"Permisi ya Tan"

"Gausah sungkan anggap ruangannya sediri"

Hafidz hanya menganggukkan kepala seraya melangkah mengikuti Tante ayu dari belakangnya.

"Ini nih yang di telfon gak diangkat gaada kabar" cibir azura yang melihat sang Abang tengah berjalan ke arahnya.

Hafidz menyalami tangan umma nya " Maaf dek,tadi Abang lagi sholat kebetulan hp Abang gak di bawa" jelas hafidz seraya duduk di samping sang umma.

"Abi tidak ikut umma?"tanya hafidz ketika melihat keberadaan sang Abi.

CINTA SEORANG HAFIZ ANA ROSIDA 26

"Tadinya mau ikut tapi ada kepentingan sama keluarga calon suami adik kamu" jelas umma Fatimah.

CINTA SEORANG HAFIZ ANA ROSIDA 27

Chapter 5

Tidak Semua Yang Kita Inginkan, Akan Terkabul, Semua Itu Butuh Proses,Entah Itu Berakhir Menyenangkan Atau Menyedihkan.

Happy reading

"Cepetan dong mei" desak Nara,ia melangkah dengan cukup tergesa meninggalkan Meira yang sibuk dengan pakaianya, ya Nara sepulang dari sekolah langsung ke butik karena sudah ada janji dengan Tante ayu

"Assalamualaikum," salam Nara saat memasuki ruangan bosnya disusul Meira yang membuntutinya dari belakang.

"Waalaikumussalam" ucap beberapa orang yang berada di ruangan itu.

"Maaf semuanya saya telat,"

"Tidak apa apa" ujar Tante ayu.

"Gambar yang kamu desain dibawa kan?" Tanya Tante ayu.

"Iya Tan dibawa kok" Nara membuka tas gendongnya mengambil kertas yang ia bungkus di map, setelah itu ia berikan ke Tante ayu.

"Nih tan" ucapku seraya memberikan lembaran hasil desain yang ku buat.

"Azura sini, cobak liat jika kurang bisa perbaiki mumpung Nara ada disini, nanti kalau deal baru bisa proses menjahitnya."

CINTA SEORANG HAFIZ ANA ROSIDA 28

Azura pun bangkit melangkah ke arahku dan Tante ayu, sekilas kita bertatapan ku lihat ia tersenyum aku pun membalasnya.

"Gimana mbak, apa ada yang kurang?" Tanyaku ketika langkahnya mendekat.

Aku melihat di mengamati desain yang ku buat " Mashaallah ini sangat bagus" ucapnya membuat nara tersenyum dan menghela nafas bersyukur.

"Ya kan umma?" Tanya gadis itu seraya melangkah ke arah umma nya.

Kulihat umma nya mengangguk dan tersenyum.

"Menurut Abang gimana?"

"Bagus tidak membentuk lekuk tubuh simpel namun terkesan elegan.

Nara cukup puas mendengarnya.

"Terima kasih ya mbak nara."

" Sama sama,cukup panggil Nara". Ujarku tersenyum.

"Yasudah Nara, ini bisa langsung diproses kapan, dan jadinya kapan?."

"Saya usahakan secepatnya mbak, jika tidak ada kendala 3 hari insyaallah selesai."

Azura mengangguk" Nara jika tidak keberatan aku mau mengundang kamu di acara pertunangan aku ya! Acaranya Minggu depan dari ba'da Dzuhur sampai selesai, boleh juga ajak temenmu itu"

"Terima kasih mbak atas undangannya, insyaallah saya usahakan"

CINTA SEORANG HAFIZ ANA ROSIDA 29

"Ok gapapa tapi aku sangat berharap kamu hadir ya Nara"

"Iya mbak"

****

Sepulangnya dari butik Tante ayu, hafidz mengantar adik dan umma Fatimah terlebih dahulu, setelah itu hafidz kembali menuju cabang yang baru dibuka di pusat jakarta.

Sedari di butik hafidz sempat di beri pesan oleh Faris sahabat sekaligus partner kerja kepercayaannya untuk langsung menuju ke tempat cabang ke 4.

Disinilah hafidz berada, di depan restauran bertema ala ala turki, ia Memeng sengaja merancang restaurant dengan tema turki karena ia yakini pasti akan menjadi peminat bagi pembeli.

"Baru Sampek Fidz?" Tanya lelaki yang umurnya sepantaran dengan hafidz.

"Iya, ris."

"Gimana perkembangannya, apa para pembeli menikmati suasana di restauran ini?"

"Nah itu, gue nyuruh Lo kesini buat ngebahas perihal ini" hafidz mengangguk serta melangkah memasuki restauran diikuti Faris disampingnya.

"Bahas di ruangan saya".

"Siap bos" Ucap Faris dengan gaya hormatnya.

"Jadi bagaimana?" Tanya hafidz ketika keduanya sudah memasuki ruangan hafidz.

CINTA SEORANG HAFIZ ANA ROSIDA 30

Faris membuka satu map yang berisikan data data keuangan. " Nih kita baru buka cabang dua Minggu yang lalu, tapi omset kita kayak jualan selama 6 bulan." Haris membuka lembar map berikutnya.

"Alhamdulillah kalau begitu" syukur hafidz.

"Owh iya, tadi waktu Lo keluar ada si Alya ke sini"

"Alya?"

"Iya si Alya yang ngejar ngejar Lo waktu SMA." Jelas Haris.

"Ngapain dia kesini, saya tidak ada urusan dengan dia".

"Lah mana gue tau, setau gue dia baru pulang dari Amerika."

"Saya tidak ada urusan dengan dia,dan tidak mau berurusan dengan dia, lain kali jika dia datang bilang saja maaf saya tidak bisa menemuinya jika hanya basa basi."

"Dia cantik Lo Fidz"

"Semua wanita cantik."

"Lo udah ada cewek?"

Hafidz hanya menggelengkan kepala tanpa berniat menjawab.

"Mode kulkasnya kumat." Gumam Haris.

****

Selepas dari butik Nara langsung pulang, sempat di ajak mampir sejenak di restaurant, namun Nara menolak kerena ingin segera merebahkan tubuh di kasur empuknya.

CINTA SEORANG HAFIZ ANA ROSIDA 31

"Baru pulang Ra?".

"Iya Bun." Nara menyalami tangan lembut bunda Sania.

"Sana makan dulu, udah bunda siapin di meja makan."

"Nanti aja Bun , badan Nara udah lengket ni."

"Yaudah sana mandi"

"Iya Bun, Nara ke atas dulu" selepas mengatakan itu Nara terus menaiki anak tangga dan segera masuk ke dalam kamarnya.

Setelah selesai mandi Nara berniat untuk turun, karena ia melewati jam makan siangnya, kini jam menunjukkan setengah 5, yang artinya beberapa menit lagi memasuki waktu shalat Maghrib.

Menuruni tangga, melihat sekeliling ruangan tidak ada siapapun.

"Bunda." Panggil Nara namun tak ada jawaban.

Tidak memikirkan hal itu Nara terus melangkah ke arah dapur hingga bunyi notifikasi handphone mengurungkan untuk ke meja makan, Nara justru melangkah ke ruang tamu.

Ting..

Bunda surgaku😘

Ra, bunda sama ayah ada acara, nanti jika ada yang menjemput kamu, ikut saja itu disuruh bunda.

Siap Bun.

****

CINTA SEORANG HAFIZ ANA ROSIDA 32

Pada malam harinya, gadis dengan mukena hitam bermotif, baru saja melaksanakan shalat maghrib. Nara beranjak untuk mengambil Al Qur'an, Malam ini malam Jum'at yang mana pada saat malam Jum'at dianjurkan untuk membaca surah Al Kahfi.

Shodaqallahhul adzim.

Selepas membaca surat Al Kahfi dilanjut dengan dzikir dan doa, aku membuka mukenah bermotif untuk di taruh di lemari.

Ting nong..

Bunyi bel dari arah luar membuat Nara segera mengambil kerudungnya,ia melangkah cukup tergesa hingga tiba di depan pintu dan membukanya.

Pintu terbuka terlihat seorang lelaki membelakanginya, postur tubuhnya cukup ia kenali, lelaki itu membalikkan badannya dan yah keduanya sama sama kaget.

'Dia kan yang tadi ucap Nara dalam hati.'

Keduanya sama sama kaget hingga ucapan hafidz membuyarkan lamunan Nara. Ya lelaki itu hafidz.

"Kamu anaknya Tante Sania?"

"Aa- iya, saya anaknya, kalau boleh tau ada keperluan apa ya pak?" Tanya Nara sungguh ia sangat gugup kali ini.

"Saya di beri amanah untuk menjemput kamu".

"Kemana?"

"Salah satu restaurant, tadi umma menghubungi saya untuk menjemput anak dari temenya."

"Kok bisa disini siapa tau salah kan?"

CINTA SEORANG HAFIZ ANA ROSIDA 33

"Kan tadi saya udah tanya kamu benar anaknya Tante Sania kan."

"Owh hehe iya lupa" kekeh Nara menggaruk pelipisnya yang tidak gatal.

"Yaudah duduk dulu di dalam, saya mau bersiap siap."

"Tidak usah, saya tunggu di sini saja tidak baik lelaki dan perempuan yang bukan mahram satu rumah," ucap hafidz " nanti jadi fitnah" lanjutnya.

"Yasudah saya siap siap dulu"

Hafidz hanya mengangguk, sedangkan Nara sudah berlalu ke kamarnya.

CINTA SEORANG HAFIZ ANA ROSIDA 34

CINTA SEORANG HAFIZ ANA ROSIDA 35

Chapter 6

Sekitar 10 menit lamanya hafidz menunggu, kini Nara keluar dengan gamis moca dipadukan kerudung serupa tidak lupa masker yang menutupi wajah cantiknya.

"Maaf pak, sudah repot menunggu saya," ucap Nara tak enak.

"Tidak apa apa,kamu sudah?"

"Sudah pak."

"Kalau begitu kita jalan sekarang, biar tidak memakan waktu cukup lama." Hafidz melangkah terlebih dahulu, diikuti Nara di belakangnya.

"Pak," cicit Nara, saat berada di samping mobil hafidz.

Hafidz menoleh ke arah belakang, mata mereka sempat bertemu, namun akhirnya hafidz memutuskan kontak mata itu.

"Ada apa?"

"Kita hanya berdua di dalam mobil," Nara gugup ia menunduk memilin kerudung pasmina nya.

Hafidz yang menyadari kegugupan Nara tersenyum tipis," Tidak usah khawatir, saya membawa supir jadi kamu tenang kita tidak hanya berduaan."

****

CINTA SEORANG HAFIZ ANA ROSIDA 36

"Sudah sampai, mari turun." Beritahu hafidz kemudian ia membuka pintu mobil, disusul Nara yang membuntutinya.

Selama memasuki restauran, banyak sekali yang menyapa hafidz sedang Nara hanya menunduk tidak memikirkan hal itu.

Hingga langkah hafidz terhenti di depan salah satu karyawan, " umma saya ada di bagian mana?". Tanya hafidz kepada karyawan bernama Ardi.

"Ibu Fatimah sudah menunggu pak, ada di roof top" jawab Ardi.

"Yasudah terima kasih"

"Sam sama pak."

Hafidz terus melangkah hingga keduanya sampai di roof top.

Mendengar suara langkah tapakan kaki, seluruh orang yang tengah tertawa bersama memusatkan pandanganya ke arah pria dan gadis yang melangkah ke arah mereka.

Senyum mengembang keluarga itu berikan.

"Jadi nak Nara anak kamu san" tanya umma Fatimah.

"Loh kok tau padahal baru mau aku kenalin." Kaget bunda Sania.

"Ya tad__"

"Assalamualaikum semuanya" Hafidz menyalami semuanya kecuali didepan Tante Sania hanya menangkupkan kedua tangannya.

CINTA SEORANG HAFIZ ANA ROSIDA 37

Begitupun dengan Nara ia menyalami satu persatu orang yang ada disitu, dan menangkupkan kedua tangannya ketika menyalami ayah hafidz.

"Sini nak." Panggil ayah Arham menyuruh Nara duduk di bangku kosong disampingnya.

"Ini ada acara apa yah?" Bisik Nara ke ayahnya yang hanya didengar anak dan ayah itu.

"Tarlagi juga tau". Ucap ayah Arham dengan tersenyum.

"Baik karena semuanya sudah berkumpul, dan supaya tidak mengulur ngulur waktu, adanya perkumpulan ini saya selaku ayah hafidz berterima kasih atas kehadirannya Arham dan juga Sania beserta anaknya." Ucap Abi Hamza ayah hafidz.

"Tidak masalah ham." Ujar ayah Arham.

Abi Hamza menatap Lamat kedua sejoli yang sama sama diam itu, Hafidz yang hanya duduk diam mendengarkan sedangkan Nara memilin ujung hijabnya tanda ia gugup.

"Hafidz"

"Iya Abi"

"Abi punya satu permintaan tapi Abi tidak memaksa kamu untuk menerima. Jika kamu bersedia maka bersungguh sungguh jika kamu menolak, ya tidak apa"

"Apa Abi, jika hafidz bisa insyaallah hafidz terima."

Abi Hamza tersenyum kearah putra keduanya itu " Abi berniat ingin menjodohkan kamu dengan Nara anaknya Arham sahabat Abi."

CINTA SEORANG HAFIZ ANA ROSIDA 38

Deg.....

Pandangan hafidz dan Nara sempat bertemu namun keduanya sama sama mengalihkan pandangan.

"Ayah, ini maksudnya apa?" Tanya Nara ia sangat membutuhkan penjelasan saat ini.

"Bunda ih kok diem aja sih, ini cuman bercanda kan, Nara masih sekolah loh Bun" cerca Nara, sungguh saat ini ingin rasanya Nara pergi dari tempat ini, namun masih ada keluarga hafidz takut tidak sopan.

"Nak Nara, ini cuman rencana perjodohan kalian bisa menolak kami tidak memaksa tapi kami sangat mengharapkan kalian berdua menerima" ucap umma Fatimah.

"Hafidz bersedia."

"Alhamdulillah." ucap semua kecuali Nara yang hanya diam.

"Nara gimana nak?" Tanya bunda Sania.

Nara menatap seluruh orang yang berada di meja makan itu "Nara butuh waktu Bun." Lirihnya.

"Tidak apa, apa pikirkan baik baik ya nak Nara." Kini Abi Hamza berucap.

"Iya..."

"Panggil Abi saja, biar sama seperti hafidz".

"Iya Abi".

"Yasudah pembicaraan mengenai perjodohan cukup sampai disini, kita makan dulu biar tidak terlalu tegang." ujar umma Fatimah seraya terkekeh melihat dua sejoli yang baru dijodohkan saling diam diaman.

CINTA SEORANG HAFIZ ANA ROSIDA 39

Bunda Sania mengangguk membenarkan.

****

Nara memasuki kamarnya dengan wajah lesunya. Gadis itu merebahkan tubuhnya dia atas kasur miliknya,ia menatap langit langit kamarnya.

Nara memikirkan perihal perjodohan yang orang tuanya bicarakan, jujur saja selama perjalanan pulang Nara tidak berniat menimpali ucapan kedua orang tuanya itu.

Apakah ia harus terima perjodohan itu? Sungguh yang ada dipikirannya dipenuhi perihal perjodohan itu.

Memikirkan perihal itu, membuat Nara lelah sendiri,ia mengambil ponsel yang ada di dalam tasnya.

Kling

Suara notifikasi WhatsApp , segera ku pencet aplikasi berwana hijau itu.

085791******

Assalamualaikum

Nomer baru? Siapa ya? Dari pada penasaran aku pun mengetik untuk membalasnya.

Waalaikumussalam

Siapa ya?

085791******

Hafidz.

Pak hafidz? Yang tadi?

Ada kepentingan apa ya pak?

CINTA SEORANG HAFIZ ANA ROSIDA 40

085791******

Tidak ada, saya di beri umma nomer kamu untuk kelanjutan pembahasan perihal perjodohan kita.

Owh begitu ya pak

085791******

Iya, kemungkinan 2 Minggu lagi saya akan kerumah kamu untuk mengulang khitbah secara resmi jadi saya mau di waktu yang 2 Minggu ini kamu istikharah minta petunjuk, saya akan terima apapun jawaban kamu.

Iya pak

Plis kenapa jantung aku tiba tiba deg degan gini ya.

085791******

Yasudah, cuman itu yang mau saya sampaikan, ini sudah malam sebaiknya kamu segera tidur. Assalamualaikum.

Waalaikumussalam

Nara plis kamu kenapa senyum senyum sih?

Gabisa gabisa, aku segera mematikan hp itu dan ditaruh sembarang arah.

Ya Allah Astagfirullah

****

"Kamu kenapa sih Ra, aku perhatiin dari Dateng sekolah Sampek kita ke kantin diem Mulu?." Ucap meira ia keheranan dengan sikap Nara yang tidak biasanya.

"Mei, aku mau ngomong sesuatu sama kamu tapi plis jangan kaget yah".

CINTA SEORANG HAFIZ ANA ROSIDA 41

"Yaudah buruan emang apaan, kayanya serius banget."

"Ya emang ini Doble serius" ucap Nara

"Iya apa Nara yang cantik" Meira memposisikan menghadap ke arah Nara ia menumpu kepala dengan salah satu tangannya.

"Buruan Ra, malah bengong" Desak Meira.

"Aku mau dijodohin".

"WHAT, DIJODOHIN" Teriak Meira.

Hal itu membuat perhatian seluruh kantin mengarah ke arahnya.

Nara dengan cepet membekap mulut Meira" ih.. udah dibilangin jangan kaget"

"Plis ini bohongan kan Ra, kamu mau nikah sama siapa, Deket sama cowok aja ilfil"

"Serius mei, emang kelihatan dari raut muka aku kalok aku bohong"

Meira menatap lekat wajah Nara,ia tidak melihat kebohongan di raut muka Nara.

"Ya gaada sih, tapi sama siapa?".

"Tapi aku gatau mau terima dia apa ngak" ucap Nara dengan gelisah.

"Siapa sih? Kalo ganteng plus kaya aku saranin terima Nar lumayan"

"Ga ada akhlak kamu".

CINTA SEORANG HAFIZ ANA ROSIDA 42

CINTA SEORANG HAFIZ ANA ROSIDA 43

Chapter 7

"Ini sih diluar ekspektasi aku Ra" ucap azura dengan raut senang setelah melihat gaun yang Nara rancang telah jadi.

"Alhamdulillah kalau mbak suka"

Azura tersenyum menatap gaun yang terpajang itu.

"Ra..." Panggil azura.

"Iya mbak"

"Gajadi deh"

Nara mengerutkan alisnya " loh, kok gitu mbak ayo ngomong gapapa."

"Ngak jadi Nara." Azura terkekeh setelahnya.

"Kok malah ketawa sih mbak."

"Engga gapapa kok"

"Yaudah Ra, aku pulang ya, untuk pembayaran aku transfer"

"Iya mbak siap, hati hati pulangnya bareng siapa?"

"Bareng calon suami mu"

****

"Hafidz, baru pulang nak adikmu mana bukanya tadi dia bilang mau pulang sama kamu?" Tanya umma Fatimah.

"Iya umma, tapi tadi masih mampir ke Indomaret depan." Ucap hafidz melangkah ke arah sang umma dan mencium punggung tangan itu.

CINTA SEORANG HAFIZ ANA ROSIDA 44

Hafidz menatap sekeliling ruangan cukup sepi " Abi kemana umma?"

"Ke Pesantren kakekmu tadi ada hal penting yang mau dibahas."

"Yaudah hafidz ke atas ya umma, mau siap siap tarlagi adzan ashar"

"Iya nak"

Setelah itu hafidz melangkah menuju kamarnya, ia bersiap siap untuk melaksanakan sholat ashar sebentar lagi.

Setelah bebersih, suara adzan berkumandang dipenjuru arah, segera mungkin hafidz melaksanakan kewajibannya itu melaksanakan sholat 4 rakaat.

Dilanjut dzikir dan tidak lupa me muroja'ah hafalannya.

Kling

Bunyi notifikasi membuat hafidz segera mengambil handphone yang ada di ranjang tidurnya.

Tertera 'faris'

Assalamualaikum Fizh besok pagi ada pertemuan di salah satu restaurant ada klien yang mau booking restaurant untuk acara pernikahan.

Waalaikumussalam, jam berapa?

Kita rapat bersama satu tim, tim dekor, tim rias sama tim desain konsep baju pengantin.awalanya rapat kita jam 8 pagi, tapi salah satu ASAStim kita ada yang sekolah jadinya kita undur. Jam setengah 2, kamu bisa kan?

Insyaallah bisa.

CINTA SEORANG HAFIZ ANA ROSIDA 45

Yaudah Fizh.

Pesan terakhir dari Faris. Tanpa berniat membalas Hafizh taruh kembali handphone ke tempat semula.

****

Langkah Nara mengayun ke bawah kolong jembatan, menapaki tangga demi tangga agar sampai ke tempat tujuan.

Setelah pulang dari butik jam 3, ada sedikit waktu ia gunakan untuk bertemu anak anak yatim piatu yang tinggal di bawah kolong jembatan.

"Assalamualaikum adik adik".

"Waalaikumussalam aaa ada kak Nara" ucap gadis paling dewasa segera ia berhamburan memeluk Nara.

"Maaf ya kakak baru sekarang kesini lagi."

Seluruh anak yatim itu melingkar, Nara berada di tengah tengah mereka.

"Adek adek udah pada makan belum?" Tanya Nara, ia sengaja bertanya karena ingin mendengar jawaban mereka.

Serempak mereka semua menggelengkan kepala.

"Kita belum makan kak." Beritahu anak laki laki yang lebih tua dari yang lainya. Reyhan.

Nara mengangguk ia melihat ke anak anak itu semua" Tebak kakak bawa apa?"

"Pasti Bawak makanan kan kak."

"Betul, pintarnya anak kecil ini." Nara memangku gadis kecil kisaran 5 tahun itu.

CINTA SEORANG HAFIZ ANA ROSIDA 46

Nara membuka tasnya yang berisi berbagai macam cemilan" Nih bagiin ke yang lain inget! sama rata ya?"

Reyhan menerima satu kresek merah besar yang berisi berbagai macam cemilan" Makasih kak Nara".

"Sama sama yaudah sana bagiin terus kalian makan"

Reyhan berlalu dari hadapan Nara tinggallah Icha anak kecil yang dipangku Nara.

Nara tersenyum menatap ke arah anak anak yang bahagia ketika dibagikan cemilan oleh Reyhan.

"Kak Nara." Panggil Icha.

"Iya kenapa"

"Kak Nara kok mau sih ngasih kita makanan, padahal kan kita bukan saudara kakak"

"Kata siapa? Kalian semua itu udah kakak anggap adik kakak sendiri, jadi jangan pernah bilang kakak orang lain lagi ya"

Ica menatap Nara dengan tersenyum di sertai anggukan kecilnya.

Nara yang melihat itu gemas sendiri dan menciumi pipi chubby Icha.

"Kak Icha mau turun mau main sama Kaka kakak yang lain ya?"

Nara menurunkan Icha dari pangkuannya.

"Dadah kak Nara"

Setelah kepergian Icha, Fokus Nara mengarah ke salah satu anak yatim yang duduk tapi matanya tertuju ke tangan anak itu yang diperban.

CINTA SEORANG HAFIZ ANA ROSIDA 47

"Faiz..."

Lelaki yang namanya dipanggil itu segera menoleh" eh kak Nara sini kak"

Nara mengangguk dan duduk disebelah Faiz, pandangan tetap tertuju ke tangan Faiz yang diperban" ini kenapa Faiz?"

"Gapapa kak cuman keserempet sepeda kemaren, tapi untungnya ada kakak ganteng"

"Kakak ganteng..?"

"Iya, kemaren kakak ganteng itu yang nolongin Faiz, bahkan nganter Faiz ke klinik dan bayarin jugak" beritahu Faiz.

"Tapi kamu gapapa kan?" Tanya Nara dengan raut khawatir.

"Gapapa kok kak, gausah khawatir." Faiz tersenyum, menenangkan Nara.

"Gimana kakak gak khawatir,kamu dan yang lainya udah kakak anggap adek sendiri."

Faiz terharu ia menatap Nara " Makasih kak udah menyayangi kita seperti adik kakak sendiri."

"Sama sama."

****

"Assalamualaikum.."

Semua orang yang berada di ruang tamu menatap kedatangan Nara.

CINTA SEORANG HAFIZ ANA ROSIDA 48

"Waalaikumussalam." Serempak mereka jawab.

"Sini nak masuk" panggil ayah Arham yang melihat Nara tetap berdiri di ambang pintu.

Nara melangkah melewati seorang wanita paruh baya ia menyalami wanita itu dan menangkupkan kedua tangannya ke pria yang berada di sebelah wanita itu yang ia yakini suaminya.

"Ini anak kamu Ar?, cantik sekali dan sopan ya" ucap wanita paruh baya itu.

Ayah Arham dan bunda senia hanya tersenyum menanggapi.

"Bunda, ayah, om dan Tante saya pamit ke atas dulu." Nara melangkah pergi setelah mendapat anggukan dari semuanya.

"Cocok loh Ar , anakmu itu sama anakku ?"ucap wanita yang bernama Ranti, setelah melihat Nara melenggang pergi.

"Maaf sekali Din, Saya sudah menjodohkan anak saya dengan salah satu anak sahabat saya." Ucap bunda Sania tak enak hati.

Nara sengaja memelankan langkahnya,untuk mendengarkan pembicaraan itu, setelah mengetahui pembicaraan ke arah perjodohan Nara menghela nafas dan melangkah hingga ke kamarnya.

Setelah sampai dikamar Nara segera bebersih sebelum waktu Maghrib tiba, sekitar sepuluh menit lamanya Nara di

CINTA SEORANG HAFIZ ANA ROSIDA 49

kamar mandi kini ia menghamparkan sejadah untuk segera sholat.

Namun suara ketukan pintu membuatnya melangkah ke arah pintu untuk membuka.

Tok.. tok.. tok..

"Tak kirain siapa Bun."

Bunda Sania terkekeh melihat wajah cemberut anaknya" sudah sholat ?" Tanya bunda Sania ketika melihat Nara yang sudah memakai mukenanya.

"Belum Bun, ini baru mau sholat"

Bunda Sania mengangguk" disuruh sholat berjamaah sama ayah, sekalian ada yang mau diomongin."

Nara mengangguk" yaudah bunda duluan aja, tarlagi Nara nyusul."

CINTA SEORANG HAFIZ ANA ROSIDA 50

CINTA SEORANG HAFIZ ANA ROSIDA 51

Chapter 8

'Assalamualaikum warahmatullahi'

'Assalamualaikum warahmatullahi'

Sholat Maghrib 3 rakaat telat terlaksana, keluarga kecil itu melanjutkan dengan dzikir dan doa.

Ayah Arham sebagai imam, bunda Sania dan Nara menjadi makmumnya, keluarga kecil itu saling menyatukan doa, dipimpin oleh ayah Arham dan diaminkan oleh Nara dan bunda Sania.

Selepas berdoa ayah Arham membalikkan badan untuk disalami anak beserta istrinya.

Ketiganya tampak harmonis saling menyayangi satu sama lain.

Ayah Arham menatap bunda Sania yang mengangguk kearahnya, melirik sejenak ke Nara sebelum berucap.

"Sudah menemukan jawaban yang tepat nak?." Tanya ayah Arham.

Sebelum diulang kembali, Nara sudah mengetahui kemana arah pembicaraan ini.

Nara menggelengkan kepalanya" belum yah."

Terdengar helaan nafas " Ayah tidak memaksa kamu untuk menerima, tapi ayah sangat berharap kamu menyetujui perjodohan itu."

CINTA SEORANG HAFIZ ANA ROSIDA 52

Maaf nak untuk kali ini ayah egois, karena ayah tidak ingin melihat kamu sedih dikemudian hari. Ucap ayah Arham dalam hati.

Bunda Sania mengelus punggung Nara," Pikirkan baik baik ya Ra, bunda dan ayah sangat berharap kamu menerima"

"Hafizh itu lelaki paham agama, sopan, pekerja keras, jadi sangat disayangkan jika kamu sampai menolak, saran ayah pikirkan baik baik, ayah dan bunda ke atas dulu."

Setelah mengucapkan hal itu ayah Arham beranjak menaiki tangga, diikuti bunda Sania.

"Untuk itu, pak hafidz lelaki Sholeh, mapan dan tampan apakah cocok dengan aku yang hanya wanita biasa." Lirih Nara sebelum ia beranjak ke kamarnya.

****

"Assalamualaikum, siang semuanya maaf saya telat."

Semua pasang mata tertuju pada gadis yang berada di ambang pintu.

Sama halnya dengan lelaki berpakaian casual, yang tengah duduk didampingi sang asisten pribadinya, lelaki itu hafidz, menatap ke arah sumber suara tidak lupa membalas salam tapi di dalam hati.

"Tidak apa, Mbak Nara mari silahkan masuk" ucap gendis ia adalah wanita yang akan menikah.

"Duduk di sini mbak" ucap salah satu perias.

CINTA SEORANG HAFIZ ANA ROSIDA 53

Nara segera melangkah menduduki tempat kosong di samping wanita yang memanggilnya.

Pandangan Hafizh tetap tertuju ke arah Nara, setelah menyadari bahwa itu salah Hafizh segera menundukkan pandanganya dan ber istighfar.

"Astagfirullah" lirih Hafizh seraya menundukkan pandanganya.

"Baik, karena semua tim sudah berkumpul, rapat akan segera kita mulai."

Semua tim mengangguk mengerti.

1 setengah jam lamanya mereka gunakan untuk membicarakan perihal konsep tata rias dan tata letak tempat wedding, karena si pemilik acara ingin pesta konsep outdoor jadi tempat yang pas di rooftop restaurant.

Hafizh sebagai pemilik restaurant menerangkan tata letak yang pas dan cukup nyaman dihadiri para tamu.

Dan disitulah Nara baru menyadari adanya Hafizh, entah kenapa ia menjadi salah tingkah melihat bagaimana gagahnya Hafizh berbicara dengan para tim.

Apa aku pantas bersanding dengan dia,yang terbilang cukup sempurna.Ucap Nara dalam hati.

"Mbak, mbak Nara apa baik baik saja ?" Tanya tim perias yang duduk di sampingnya.

"Aah ah iya tidak apa apa." Nara sungguh merutuki keterdiamannya itu, karena membuat konsentrasinya terganggu.

CINTA SEORANG HAFIZ ANA ROSIDA 54

"Baik hanya itu yang bisa saya jelaskan, jika ada yang kurang bisa ditanyakan pada asisten saya." Setelah mengatakan hal itu Hafizh kembali duduk ditempatnya.

Gendis si pemilik acara berdiri didampingi sang kekasih " baik , rapat kita kali ini berjalan dengan baik konsep tata letak desain gaun serta tata rias sudah dirundingkan bersama saya dan calon suami saya sangat berterima kasih atas kerja samanya semoga acara kami berjalan dengan lancar sesuai rencana."

*****

Setelah berjabat tangan dengan customernya, Nara bergegas melangkah untuk keluar, ia terburu buru hingga tak sengaja menabrak seseorang.

Bruk..

"Astagfirullah maaf saya tidak sengaja."

"Heh, jalan tu pake mata." Orang yang di tabrak itu tidak terima., dan mengambil earphone nya yang terjatuh.

"Iya mas maaf saya tidak sengaja."

"Maaf maaf ,emang maaf Lo bisa ganti earphone gue" sentak lelaki itu.

"Maaf mas jangan teriak teriak, akan saya ganti."

Lelaki itu menatap Nara dengan tersenyum smirk ia lihat penampilan Nara dari atas sampai bawah" penampilan sederhana mana bisa bayar earphone gue yang seharga 12 juta huh".

CINTA SEORANG HAFIZ ANA ROSIDA 55

"Mas saya sudah bersabar menghadapi anda, saya sudah katakan saya tidak sengaja, kenapa anda malah memperpanjang masalah."

Lelaki itu hendak menampar Nara, namun ter urungkan, ketika mendengar ucapan seseorang.

Hafizh yang baru, keluar dari restaurant dan ingin melangkah ke arah mobilnya, ter urung ketika melihat wanita yang ia kenali tengah berdebat dengan seseorang.

Segera mungkin Hafizh melangkah mendekat.

"Ada apa ini, jangan pernah bermain kasar dengan perempuan." Tekan Hafizh ia meng kode Nara untuk beranjak ke arahnya.

Nara yang faham segera berlari berlindung di belakang Hafizh.

"Wow ada pelindung ternyata."

"Maaf saya tidak mempunyai waktu, untuk berdebat dengan anda, sebaiknya katakan apa yang anda mau."

"Gue mau minta rugi, 15 juta."

"Loh mas tadi bilangnya seharga 12 juta." Nara menyela pembicaraan lelaki itu.

Hafizh memberi kode Nara untuk diam, dan yah Nara segera menurut.

Saya tidak bawa uang cash, " tulis nomer rekening anda, saya transfer."

Lelaki itu segera pergi setelah menerima transferan dari Hafizh.

"Terima kasih pak, nanti saya ganti."

CINTA SEORANG HAFIZ ANA ROSIDA 56

"Tidak usah saya ikhlas."

"Gabisa pak, itu bukan uang yang sedikit."

"Tidak masalah, uang segitu tidak ada apa apanya asalkan kamu tidak terluka."

Perkataan Hafizh membuat jantung Nara berdetak tak beraturan, ia sebisa mungkin menahan senyumannya.

"Terima kasih banyak pak."

"Sama sama, kamu pulang sama siapa? " Tanya Hafizh.

"Saya menunggu taksi online pak, tapi sampai sekarang belum datang datang" Nara berucap dengan pandangan ke arah jalan menunggu taksi onlinenya.

Kling.

Taksi online

Maaf mbak, ban mobil bocor, mbak bisa memesan taksi lain, karena jika menunggu kemungkinan akan lama.

Hafidz menangkap raut wajah Nara berubah seketika, saat menerima pesan.

"Kenapa?"

"Taksinya di batalin, ban mobilnya bocor."

Hafizh mengangguk mengerti " yasudah kamu sama saya, kebetulan saya ada pertemuan dengan teman saya di daerah rumah kamu".

Nara menggelengkan kepalanya ingin menolak.

"Tidak ada penolakan!"

Hafizh berjalan terlebih dahulu diikuti Nara yang terus menunduk. " Ayo masuk."

CINTA SEORANG HAFIZ ANA ROSIDA 57

"Kita berdua pak?" Tanya Nara ketika hanya melihat dirinya dan Hafizh.

"Iya, tapi tenang saja kamu di jok belakang saya yang menyetir."

Nara kembali mengangguk tanda mengerti dan masuk ke dalam mobil Pajero Hafizh, setelah dirinya masuk barulah Hafizh masuk memasang seat belt dan menghidupkan mesin gas sebelum melaju meninggalkan pekarangan restaurant.

Selama di perjalanan tidak ada satupun yang memulai pembicaraan, hanya suara radio mobil hafidz, yang menyanyikan lagu Arabic song wedding nasheed, membuat rasa kantuk menyerang Nara hingga tanpa sadar ia terlelap.

Hafizh tersenyum dari kaca spion depan, menatap Nara yang sangat cantik bahkan ketika tertidur pun.

"Mashaallah sungguh sangat indah rupa ciptaan mu." Batin Hafizh disertai senyum kecilnya.

15 menit berlalu, Hafizh sampai didepan rumah Nara, untungnya sebelum sampai Nara sudah bangun.

Setelah menuruni mobil Pajero milik Hafizh, Nara mengucapkan terima kasih dan dibalas anggukkan oleh hafiz, setelah itu Hafizh melajukan mobilnya ke tempat temannya.

CINTA SEORANG HAFIZ ANA ROSIDA 58

CINTA SEORANG HAFIZ ANA ROSIDA 59

Chapter 9

"Di antar siapa Ra?"

"Assa__ Astagfirullah, bunda ngagetin loh."

"Sama pak Hafizh." Ucap Nara jujur.

Bunda Sania tersenyum " Dianter calon suami ya." Bunda Sania menggoda.

"Ih apaan sih Bun, lagian Nara kan belum ngejawab soal itu."

"Kayaknya tanpa dijawab, bunda udah tau jawaban kamu." Ucap bunda Sania diakhiri kekeh an kecil.

"Tau ah, Nara ke atas dulu." Setelah mengecup punggung tangan bunda Sania, Nara melangkah menaiki anak tangga untuk ke kamarnya.

Sedangkan bunda Sania tersenyum, melihat anaknya yang cemberut karena ulahnya sendiri.

"Semoga kamu menerimanya nak." Batin bunda Sania sebelum beranjak melangkah ke dapur, untuk menyiapkan makan malam.

Nara masuk kamarnya melangkah ke arah tempat belajarnya, membuka laptop dan beberapa peralatan yang dibutuhkan untuk mendesain gaun.

Seusai rapat tadi ada beberapa hal yang harus ia siapkan dari sekarang, karena ia masih mempunyai tanggung jawab sebagai pelajar tentu saja Nara harus pandai pandai membagi waktu pekerjaan dengan waktu pembelajaran.

CINTA SEORANG HAFIZ ANA ROSIDA 60

"Udah jam berapa sih?" Tanya Nara pada dirinya sendiri.

"Astagfirullah udah mau jam lima aku belum sholat Ashar." Nara bergegas merapikan mejanya sebelum berlari ke kamar mandi.

Nara keluar dari kamar mandi dengan wajah segarnya, mengambil baju di lemari untuk ia pakai, dan menghampar sajadah untuk menunaikan sholat ashar.

****

"Assalamualaikum."

"Waalaikumussalam, kok lama Fizh?, padahal tadi kita kan bareng, tapi saya duluan."

"Maaf, tadi sempat ada kendala."

"Kendala apa?" Tanya Fariz, yang tengah menyantap makanan yang dihidangkan Aldi.

"Ada suatu kendala yang sulit dijelaskan."

Seluruh teman Hafizh yang ada disana hanya menganggu mengerti.

"Wih lama ga ngumpul aura aura siap nikah nih kayaknya" Ucap lelaki yang baru datang dari dalam membawa berbagai macam makanan. Alfin.

"Gimana udah ada pasangan belum Fizh?" Kini Rendra yang bertanya.

Hafizh menghela nafas sifat temanya memang tidak ada yang berubah selalu kepo.

CINTA SEORANG HAFIZ ANA ROSIDA 61

"Doakan saja."

"Wuih berarti ada tanda tanda nih."

Hafizh mengangkat sebelah alisnya tanda bingung.

"Tanda tanda Qobiltu." Ketiga lelaki itu tertawa lepas ketika Aldi berucap dengan santai.

Hafizh hanya menggelengkan kepala jengah, dengan kelakuan temanya itu.

"Astagfirullah."

"Heh, bos gue itu jangan di roasting" bela Fariz yang melihat wajah tertekan Hafizh.

Aldi, Rendra dan Alfin menatap Hafizh " Maaf pak bos."

"Na'am."

"Hah, bahasa apaan tuh gue gak ngerti Fizh sumpah."

Hafizh dan Fariz saling pandang sebelum keduanya tertawa.

"Mangkanya waktu pelajaran bahasa arab Lo jangan molor." Sembur Fariz di sela sela tawanya.

"Emang Lo tau?"

"Ya kagak lah."

Semuanya tertawa, termasuk Hafiz. Sungguh ini momen yang sudah jarang karena keterbatasan waktu, semuanya memiliki kesibukan masing masing,tidak seperti dulu waktu SMA.

****

CINTA SEORANG HAFIZ ANA ROSIDA 62

Setelah selesai makan malam bersama Nara membantu bunda Sania membersihkan dapur. Tugas Nara mencuci piring bekas ia makan bersama ayah dan bundanya.

"Udah Bun, ada lagi gak?" Tanya Nara ketika selesai mencuci peralatan dapur.

"Sudah semua Ra, biar sisanya bunda kamu ke depan gih temenin ayahnya."

"Kalo emang ada sini Nara bantu Bun"

Bunda Sania menggeleng "udah selesai semua."

"Yaudah Nara ke depan ya Bun."

"Iya, nih cemilannya bawa." Ucap bunda Sania sambil menyodorkan satu toples bisquet coklat.

Nara menerima sebelum melangkah ke ruang tamu.

"Lagi ngapain yah, fokus banget kayaknya " ucap Nara sebelum duduk di samping ayah Arham.

Ayah Arham mendongak dan tersenyum " ini lagi baca koran, tumben kesini biasanya langsung masuk kamar?"

"Sumpek dikamar terus,"

"Bunda kamu mana?"

"Itu." Tunjuk Nara yang melihat bunda Sania melangkah ke arahnya.

"Ada apa, kok cari bunda?" Ujar bunda sania seraya mendekat dan duduk tidak jauh dari ayah arham

"Gatau ni ayah,kangen kali" canda Nara.

Ayah Arham dan bunda Sania tertawa mendengar candaan Nara.

CINTA SEORANG HAFIZ ANA ROSIDA 63

"Owh iya Bun, besok pengambilan raport jadi wali murid ke sekolah" beritahu Nara.

Bunda Sania mengangguk " jam berapa?"

"Jam 8 sampai selesai."

"Sama maminya ira besok kan?"

"Iya, tapi besok Nara berangkat dulu dijemput Meira, bunda Dateng jam setengah 8 jangan sampai telat loh Bun" peringat Nara.

"Iya.. iya "

"Yaudah deh Bun, aku mau ke atas dada ayah"

Ayah Arham mengangguk " iya sayang, langsung tidur jangan begadang."

"Siapp yah."

****

"Ra, gimana bunda kamu udah Dateng belum" Tanya Meira seraya melangkah mendekati Nara.

Hanya gelengan yang didapati Meira.

"Udah kamu tenang aja, mungkin kejebak macet."

"Tapi ga biasanya mei" ucap Nara.

"Nara." Panggil wali kelasnya

"Iya Bu?"

"Orang tua kamu kemana, tumben belum Dateng biasanya paling awal."

"Ini dia Bu saya juga bingung, dihubungi berdering tapi tidak diangkat."

CINTA SEORANG HAFIZ ANA ROSIDA 64

Terdengar guru itu menghela nafas " para wali murid sudah 15 menit menunggu, jadi Bu guru mulai dulu ya ,nanti bunda kamu kalau datang langsung suruh masuk aja." Beritahu guru itu seraya melangkah memasuki kelas.

Setelah guru itu pergi Nara melangkah pergi diikuti Meira.

"Ra, tunggu kamu mau kemana sih?"

"Aku mau nunggu bunda di gerbang mei, kamu di sana aja takutnya dicari mami kamu."

"Enggak aku mau ikut kamu aja."

Nara berjalan cukup tergesa, menghiraukan Meira yang membuntutinya hingga langkahnya tepat di depan pintu gerbang.

Nara tersenyum lega ketika melihat sang bunda berjalan ke arahnya, namun ia mengerutkan alisnya kenapa bundanya bersama pak Hafizh.

"Maaf ya Ra bunda telat."

"Gapapa Bun, kok bisa telat, terus kenapa bunda kayak yang habis nangis."

Bunda Sania tersenyum menenangkan" gapapa ayok ke kelas kamu, setelah itu kamu ikut bunda ya."

Walaupun bingung Nara tetap mengangguk.

Sesampainya di depan kelas, Nara menyuruh bunda Sania untuk masuk sedangkan Nara dan Meira menunggu di depan kelas.

CINTA SEORANG HAFIZ ANA ROSIDA 65

Pandangan Nara terpusat kan ke lelaki yang beberapa hari ini menghantui pikirannya, lelaki itu tengah menunggu di depan mobil dekat gerbang.

Masih menjadi sebuah pertanyaan kenapa bundanya, bisah berangkat dengan lelaki itu.

"Tuh apa kata aku, bunda kamu pasti Dateng kok."

Ucap Meira dan dibalas anggukan oleh Nara.

"Iya iya dari tadi kamu ngomong terus mei ga capek apa."

"Dari pada kamu diem diem Mulu kayak orang kerasukan."

"Astagfirullah mei."

"Hehehe kenapa bener kan?"

"Terserah kamu lah, cepek aku."

CINTA SEORANG HAFIZ ANA ROSIDA 66

CINTA SEORANG HAFIZ ANA ROSIDA 67

Chapter 10

Nara beranjak berdiri ketika melihat sang bunda keluar dengan membawa buku raportnya, senyuman terukir di wajah bunda Sania menandakan raut kebahagian, namun tak ayal Nara menatap raut kesedihan walaupun tertutupi oleh senyuman itu.

"Ayo, Ra kita pulang, Ira bunda duluan ya titip salam ke mami kamu."

Meira mengangguk" iya Bun nanti maira bilang kalau dapet salam dari bunda."

"Aku duluan ya mei."

"Iya."

Bunda Sania dan Nara melangkah ke arah gerbang, disana terlihat Hafizh tengah menunggu " Maaf yah Fizh udah repot repot nganter tante."

"Tidak masalah Tan."

"Yaudah Nara yuk masuk."

Nara mengangguk mengikuti langkah sang ibunda yang masuk ke mobil Hafizh, selama diperjalanan tak ada satupun percakapan, Hafizh yang sibuk menyetir dan bunda hanya diam saja menatap luar jendela menambah kebimbangan di hati Nara.

"Bun.." panggil Nara, atensi bunda Sania kini mengarah ke Nara.

"Kita mau kemana?"

CINTA SEORANG HAFIZ ANA ROSIDA 68

"Kita mau kerumah sakit sayang."

"Lohh siapa yang sakit?."

"Ayah kamu."

"Ayah, terus gimana keadaan ayah sekarang, ayah gak kenapa Napa kan Bun?" Nara mengguncang tubuh bunda Sania karena membutuhkan kejelasan.

Bunda Sania tersenyum mengangguk " Ayah kamu cuman kecapean Ra jadi ga usah khawatir."

"Huh syukurlah, gimana gak khawatir Bun,emang akhir akhir ini Nara ngeliat wajah ayah tu pucat dan mudah lelah."

"Awas nanti Aku marahin ayah biar gak terlalu memforsir pekerjaan."

Hafizh hanya menyimak pembicaraan anak dan ibu itu dan sesekali melirik dari arah kaca spion dan tanpa sadar ia tersenyum, melihat tingkah Nara.

****

Setelah tiba di rumah sakit tempat ayah Arham dirawat, Nara bunda Sania dan Hafizh melangkah ke ruang rawat yang berada di kamar melati nomer 7.

Di Lorong rumah sakit Hafizh meminta izin untuk ke toilet sebentar jadinya Nara dan bunda Sania melangkah terlebih dahulu ke ruang rawat ayah Arham.

Tok tok tok

CINTA SEORANG HAFIZ ANA ROSIDA 69

"Assalamualaikum." Nara membuka kenop pintu diikuti bunda Sania, yang membawa bubur untuk ayah Arham.

"Waalaikumussalam." Pintu dibuka dari dalam, terlihat seorang lelaki membuka pintu.

"Loh ada bang Aldi?." Kaget Nara, sedangkan bunda Sania melangkah ke samping bran kar suaminya.

"Hai cantik." Sapa lelaki yang bernama Aldi itu.

"Huaa Nara kangen sama Abang." Nara segera memeluk Aldi dan aldi pun merentangkan tangannya keduanya berpelukan melepas rindu.

Disaat keduanya berpelukan, Hafizh datang betapa terkejutnya ia melihat temanya berpelukan dengan Nara.

"Aldi.."

Kedua orang yang berpelukan itu segera menoleh ke arah yang berbicara, Aldi tentu saja terkejut melihat temanya berada di rumah sakit ini terlebih lagi berada di depan ruangan om nya.

"Loh Fizh, kok Lo ada disini."

"Seharusnya, saya yang bertanya kenapa kamu ada disini, dan berpelukan dengan Nara." Hafizh berucap hal itu dengan melirik singkat Nara.

"Kenapa malah di situ, sini masuk." Bunda Sania berucap ke tiga manusia yang tengah berada di depan pintu.

Nara mengangguk dan segera melangkah ke arah bunda Sania "Ah, iya Nara Sampek lupa mau ketemu ayah."

CINTA SEORANG HAFIZ ANA ROSIDA 70

"Hust jangan keras keras ngomongnya, ayah lagi tidur Ra." Tangan bunda Sania mengarah ke mulut Nara untuk jangan terlalu keras berbicara.

"Loh, Hafizh sama Aldi kok masih disitu sini nak."

"Kalian berdua udah saling kenal ya?" Tanya bunda Sania saat kedua lelaki itu berjalan mendekat ke arahnya.

"Hafizh temen SMA Aldi Bun." Jawabnya.

"Iya tan."

"Owlah dunia cek sempitnya ya." Gurau bunda Sania.

Nara hanya mendengarkan tanpa berniat menimpali ketiganya, ia hanya fokus menatap sang ayah yang tengah tertidur lelap.

"Kok Hafizh bisa disini Bun.?"

"Iyalah, dia kan calon suami adik kamu."

Ucapan itu membuat, Aldi tersedak air liurnya sendiri.

Sedangkan Nara menatap bundanya tak percaya, bisa bisanya membicarakan hal yang belum pasti.

"Ih bunda apaan sih, wong Nara belum bilang jawabannya."

Bunda Sania hanya mengangkat kedua bahunya acuh.

"Jadi waktu kita ngumpul terus anak bilang soal itu dan Lo ngomong doain aja, tuh ini."

"Wahh jadi topik Ter hot nih di group nanti." Cerca Aldi disertai gurauan.

"Jangan menyebarkan dulu, doakan saja."

CINTA SEORANG HAFIZ ANA ROSIDA 71

"Lucu ya dunia sempit banget, nanti judulnya gini jodoh sahabatku adalah adik sepupuku wih ku maha atu mang."

Nara yang melihat Aldi seperti itu bergidik ngeri " kok bang Aldi kayak gitu sih, ngeri."

"Heh bocil ngomong apa lu." Aldi mendekat berniat mengerjai sang adik, namun tatapan bunda Sania membuat Aldi urung mengerjai.

Hafizh melihat kedekatan temannya dan Nara entah kenapa terasa panas, apakah dia cemburu?

Tanpa sengaja Aldi menatap raut wajah Hafizh, dan ia menyadari bahwa lelaki itu tengah cemburu.

"Gausah cemburu dia adik gue, gak akan gue sikat tenang aja" bisik Aldi sebelum melangkah untuk duduk di sofa.

Hafizh pun melangkah mengikuti untuk duduk disana.

****

Hafizh dan Aldi telah pulang 15 menit yang lalu, kini Nara Tengah menyuapi sang ayah dengan bubur yang bunda Sania beli.

Sedangkan bunda Sania tengah mengurus administrasi.

"Ayah kok bisa drop gini sih?" Tanya Nara yang sibuk menyuapi ayahnya itu.

"Udah tua Ra, terus kayaknya gara gara pengen cucu lagi." Gurau ayah Arham.

CINTA SEORANG HAFIZ ANA ROSIDA 72

"Ayah mau cucu?, Nara aja belum nikah."

"Ya mangkanya nikah nak,"

"Calonya belum ada yah." Ucap Nara spontan.

"Lah nak Hafizh itu apa." Ucapan itu membuat Nara menoleh ke sumber suara, terlihat bunda Sania berada di ambang pintu hendak masuk.

"Bunda kok bisa denger?"

"Ya Iyalah meskipun bunda udah tua tapi pendengaran bunda jangan diragukan."

Ayah Arham terkekeh mendengar ucapan sang istri.

Nara tak menggubris ucapan sang bunda , ia lebih memilih melanjutkan menyuapi sang ayah.

"Udah nak."

Nara mengangguk dan menaruh bungkus bubur di nakas samping brankar, dan mengambilkan air untuk sang ayah.

"Ni yah minum dulu, pelan pelan."

Tanpa sadar bunda Sania meneteskan air mata melihat interaksi suami dan anaknya, ia segera menghapus airmata sebelum suami dan anaknya melihat.

"Semoga kamu sembuh mas, kamu harus kuat demi Nara anak kita." Batin bunda Sania.

****

CINTA SEORANG HAFIZ ANA ROSIDA 73

Nara tengah membantu bunda Sania membereskan baju karena besok pagi ayah Arham sudah diperbolehkan pulang.

"Nara nginep disini juga ya Bun." Pintanya dengan tangan yang fokus membereskan baju baju sang ayah.

Bunda Sania menoleh dengan cepat menggelengkan kepala." Gausah Ra, kamu dirumah aja lagian besok ayah kamu udah pulang."

"Hmm padahal Nara mau nemenin ayah."

Ayah Arham mengelus puncak kepala Nara yang tertutup oleh hijab " pulang ya lagian besok ayah udah ada di rumah."

"Yaudah deh."

"Nah anak pintar."

"Owh iya Bun, Nara besok izin mau hadir ke acara pertunangan adiknya pak Hafizh."

"Astagfirullah sampe lupa ,bunda juga diundang Ra, tapi kayaknya bunda gabisa, jadi besok bilang kan ya."

"Iya Bun, pasti Nara bilangin kok."

CINTA SEORANG HAFIZ ANA ROSIDA 74

CINTA SEORANG HAFIZ ANA ROSIDA 75

Chapter 11

"Bener ini alamatnya mei?"

"Ya mana tau, kan kamu yang ngarahin maps nya."

Meira mengambil alih ponselnya yang Nara pegang, ia lihat maps lokasi yang di kirim azura.

Nara menatap Meira yang menganggukkan kepala.

"Kayaknya iya deh Ra."

"Yaudah ayok turun tu kayaknya ada satpam kita tanya." Nara turun dari mobil maira, dan melangkah ke salah satu rumah yang terbilang cukup mewah dan di depannya ada pagar yang menjulang tinggi.

"Permisi pak, kami mau bertanya apa benar ini kediaman azura?"

"Iya neng, bener ini rumah non azura, neng geulis ini temenya ya?."

Nara dan Meira menganggukkan kepala " benar pak, kami diundang di acara pertunangan azura."

"Owlah silahkan masuk neng geulis." Ucap satpam itu dengan ramah.

"Iya, mari pak."

"Iya neng."

Nara dan Meira melangkah masuk, keduanya bingung untuk melangkah ke arah mana,karena ruangannya cukup banyak dan untungnya ada salah satu petugas untuk mengarahkan tempat acaranya.

CINTA SEORANG HAFIZ ANA ROSIDA 76

"Mbak, naik lift dilantai tiga rooftop nanti disana sudah ada banyak tamu undangan yang lain." Ucap resepsionis dengan ramah.

"Terima kasih mbak."

Setelah lift terbuka, terpampang jelas para tamu berlalu lalang, Nara dan Meira melangkah ke salah satu ruangan transparan yang telah di dekor sebagus mungkin.

"Mei, ayok." Ajak Nara yang tengah bengong menatap indahnya acara siang ini.

"Eh iya,Sumpah Ra mewah banget, ini masih pertunangan gimana nanti pernikahannya coba."

Nara tersenyum menanggapi.

"Udah ayo ke dalam, takut acaranya udah mau dimulai."

"Iya.. iya.."

Sebelum meneruskan langkahnya, Nara terperangah ke sosok lelaki yang tengah, duduk disalah satu bangku tidak jauh dari jangkauan nya, pakaian batik melekat ditubuh kekarnya dipadukan celana hitam membuat aura ketampanannya berkali kali lipat meningkat.

Disampingnya ada ada umma dan abi nya yang tengah berbincang bincang.

Sebelum masuk memang seluruh tamu undangan di wajibkan mem barcode untuk diketahui tanda hadir, namun sialnya handphone Nara tertinggal.

"Gimana Ra ada?" Tanya Meira.

CINTA SEORANG HAFIZ ANA ROSIDA 77

Nara sibuk mencari handphone di tasnya, tanpa menjawab namun menggelengkan kepalanya.

"Duh apa ketinggalan ya mei." Ucap Nara dengan menatap melas Meira dan tangan sibuk mencari barang di tasnya.

"Apa bisa ngebarcode sekarang mbak, soalnya di belakang sudah banyak yang mengantri." Beritahu sang resepsionis.

"A-ah iya maaf mbak, saya tarlagi saja."Nara memundurkan diri dan yang mengantri dibelakang Nara segera maju ke depan.

"Kok bisa ketinggalan Ra?"

"Ya aku mana tau, kalau ketinggalan."

Meira menghela nafas " udah tarlagi aku bilangin sama mbak mbak itunya."

Nara mengangguk, "semoga dibolehin masuk mei."

****

Dilain sisi Hafizh tengah berbincang dengan

Kerabat dari calon adik iparnya, kedua lelaki itu berbincang ringan, namun netra Hafizh menatap ke sosok wanita yang tengah mengantri untuk masuk, ia lihat wanita itu namun yang membuat ia bingung kenapa wanita itu malah memilih mundur dan mempersilahkan yang dibelakangnya untuk maju.

CINTA SEORANG HAFIZ ANA ROSIDA 78

"Saya ke depan sebentar ren." Pamit Hafizh sebelum melangkah menjauh.

"Mau kemana, Fizh?." Tanya lelaki yang bernama Rendi.

"Ke depan."

"Assalamualaikum."

"Waalaikumussalam." Jawab Nara dan Meira .

"Loh pak Hafizh, kok keluar?"

"Iya tadi saya sedang berbincang dengan kerabat dekat tapi tidak sengaja melihat kamu." Jelas Hafizh.

Meira menatap kedua sejoli itu dengan senyuman.

"Kenapa tidak langsung masuk?" Tanya Hafizh.

"Ee gini pa__"

"Jadi gini pak Hafizh, handphone Nara ketinggalan jadinya dia dak bisa masuk." Jelas Meira ia menimpali ucapan Nara yang terlihat gugup hanya untuk menjawab.

Hafizh mengangguk mengerti " Mari ikut saya."

Nara yang mengikuti dari arah belakang mengurutkan alis kebingungan, Hafizh bukan mengajaknya untuk masuk melainkan melangkah ke arah resepsionis yang bertugas untuk mengecek data kehadiran tamu undangan.

"Fina.."

"Selamat siang pak Hafizh apa ada yang bisa saya bantu "

"Ada."

"Apa pak."

CINTA SEORANG HAFIZ ANA ROSIDA 79

"Tolong bilang kan ke salah satu tim kamu jangan sampai ceroboh kembali, saya sudah katakan tamu VVIP tidak usah menuliskan data hadir tapi langsung disuruh masuk."

"Ah iya baik pak saya minta maaf atas kecerobohan tim saya."

"Ya sudah saya maafkan jangan sampai terulang lagi, ini yang pertama dan terakhir kali." Setelah mengucapkan itu Hafizh melangkah diikuti Nara dan Meira.

"Lohh, Nara aku kira kamu ga bakal hadir." Kaget azura yang melihat Nara melangkah ke arahnya.

"Maaf ya mbak,barusan ada sedikit kendala."Meira berucap tak enak hati.

Nara dan juga Meira menyalami tangan umma Fatimah yang berada di samping azura." Maaf umma, bunda tidak bisa hadir."

"Tidak apa apa nak, sampaikan juga salam umma untuk ayah kamu syafakillah."

"Iya umma"

"Yasudah kalian kan baru datang, nikmati dulu hidangannya ya, umma dan azura masih mau menemui tamu yang lain." Ucap umma Fatimah dengan senyumannya yang terus mengembang.

Selepas kepergian umma Fatimah tinggal Hafizh Nara dan Meira, Meira sangat faham kepada dua sejoli yang menundukkan kepala tanda gugup.

"Nikmati makanannya, saya mau menemui teman teman saya."

CINTA SEORANG HAFIZ ANA ROSIDA 80

"Iya pak terima kasih."

Hafizh menganggukkan kepala dan berlalu dari hadapan Nara dan juga Meira.

Kepergian hafizh, membuat Nara dan Meira melangkah untuk menduduki salah satu kursi yang disediakan.

****

"Hafizh makin ganteng ya Aisyah". Ucap wanita paruh baya yang tengah menatap Hafizh dari kejauhan.

Wanita yang bernama Aisyah itu tersenyum " iya ma, mas Hafizh emang tampan, pasti yang jadi istrinya bersyukur banget."

"Mama kalo masih bujang, pasti milih Hafizh."

"Yee mama gak inget umur." Cibir gadis yang bernama Aisyah itu.

"Yaudah buat kamu aja, gimana?" Wanita paruh baya yang diketahui ibunda dari Aisyah tersenyum menggoda.

"Emang bisa ma"

"Bisa dong nanti mama bicarain sama keluarga Hafizh."

"Yeay makasih mama emang mama terbaik."

"Iya dong mama gitu loh."

CINTA SEORANG HAFIZ ANA ROSIDA 81

Chapter 12

Setelah sampai dirumah, Nara segera melangkah untuk masuk, badanya cukup lelah, selama ber jam jam terlalu lama duduk.

Membuka kenop pintu kamarnya tidak lupa ia mengunci pintunya dan merebahkan sejenak tubuhnya.

Nara menatap langit langit kamarnya dan sekelebat ucapan tadi sebelum izin pulang membuatnya duduk kembali di tepian ranjang menghela nafas berat.

Flash back

Nara dan Meira melangkah untuk mendatangi keluarga Hafizh, kedua gadis itu berencana izin pamit karena memang acara telah berlalu setengah jam yang lalu.

"Assalamualaikum."

"Waalaikumussalam." Jawab seluruh keluarga Hafizh.

Nara menetralkan kegugupannya " Kami berdua izin pamit pulang umma."

"Loh kok cepet banget nak," jawab umma Fatimah.

"Maaf umma, teman saya barusan sudah di telfon, karena memang ada acara juga."

"Owlah ya sudah tidak apa apa, terima kasih ya sudah hadir di sini." Ucap umma Fatimah dengan senyumannya.

"Iya umma sama sama, seharusnya kita yang harus berterima kasih."

"Ah tidak masalah Ra." Ujar azura menyela.

CINTA SEORANG HAFIZ ANA ROSIDA 82

"Umma." Panggil Hafizh.

"Iya nak..."

"Hafizh izin berbicara dengan Nara sebentar."

Umma Fatimah tersenyum menanggapi, dan menganggukkan kepala " kok, izin ke umma, izin ke orangnya langsung." Goda umma Fatimah.

Sedangkan Nara hanya menundukkan kepala, jujur ia tidak mau berbicara dengan Hafizh karena entah mengapa ketika berduaan dengan lelaki itu ia merasa gugup.

Hitungan detik kini Hafizh menatap sekilas Nara sebelum mengalihkan pandanganya ke arah bawah.

"Nara, saya mau bicara sebentar apa boleh?"

Nara kini mendadak tegang dalam hati ingin menolak namun sialnya kepalanya justru mengangguk.

Hafizh mendapatkan anggukan itu segera izin kembali umma nya dan melangkah terlebih dahulu.

"Bentar ya mei." Bisik Nara dan diangguki Meira.

Nara mengikuti langkah Hafizh yang membawanya ke arah taman yang masih banyak para tamu undangan.

Nara hanya menundukkan kepala, ia menunggu apa yang mau Hafizh bicarakan.

"Sudah ada jawaban?" Tanya Hafizh.

Nara langsung faham arah pembicaraan Hafizh kali ini, lantas ia menggelengkan kepala " belum." Ucapnya.

Terdengar helaan nafas " 5 hari lagi saya akan kesana, saya hanya ingin mengingatkan pergunakan sisa waktu itu

CINTA SEORANG HAFIZ ANA ROSIDA 83

untuk ber istikharah, semua jawaban kamu akan saya terima dengan lapang dada."

Jeda sejenak " ya sudah hanya itu yang mau saya bicarakan, dan semoga jawaban kamu sesuai dengan apa yang saya harapkan."

Nara menganggukkan kepala jujur ia bingung untuk menjawab jadi ia lebih memilih menganggukkan kepalanya saja.

Flash back of

"Aku harus gimana." Lirihnya.

****

"Sampai kapan mas, justru dengan menutupi ini Nara akan semakin sedih." Teriak bunda Sania.

Ayah Arham hanya diam, jujur ia juga bingung tapi hanya dengan cara ini agar anaknya tidak sedih.

Mata bunda Sania memerah menahan tangis, " aku gamau kehilangan kamu mas." Ucap bunda Sania dengan air mata yang terus mengalir.

"Aku juga San, Tapi aku tidak bisa menolak takdir, jantung ini sudah bermasalah dan sangat sulit mencari transplantasi jantung."

"Untuk itu aku ingin menikahkan Nara dengan Hafizh agar saat aku tiada ia masih memiliki cinta dari Hafizh."

"Karena cinta pertamanya tidak akan bertahan lebih lama."

CINTA SEORANG HAFIZ ANA ROSIDA 84

Bunda Sania memeluk erat ayah Arham, menangis tergugu di dada bidang sang suami.

****

Setelah melaksanakan sholat,Nara melangkah ke arah dapur untuk mengambil air minum, namun langkahnya terhenti tepat di depan pintu kamar ayah bundanya yang sedikit terbuka.

Awalnya ia menghiraukan, namun ia mengerutkan keningnya ketika mendengar teriakan sang bunda, ia mendekat dan mengintip apa sebenarnya yang terjadi.

"T -transplantasi jantung?" Ucap Nara yang mematung diambang pintu.

Air matanya mengalir deras membasahi pipinya ia melangkah ke arah kedua orang tuanya yang tengah menangis tergugu di ranjang tidurnya.

"A-ayah, i-ini g- gak mm-mungkin kan?" Nara berujar dengan air mata yang terus mengalir.

"B- bunda..."

Bunda Sania dan ayah Arham tentu terkejut melihat anaknya, ia ingin menghampiri anaknya namun dengan gesit Nara melangkah menghindar.

"Jawab Bun!"

Tidak ada kata lain untuk mengelak, yang dilakukan bunda Sania mengangguk dengan berbarengan air matanya mengalir semakin deras.

CINTA SEORANG HAFIZ ANA ROSIDA 85

"Ya Allah." lirih Nara ia tidak bisa menopang tubuhnya sendiri ia ambruk namun kesadarannya masih tetap, ia menatap lekat wajah sang ayah dan berusaha berdiri untuk menggapai keberadaan sang ayahnya.

"Kenapa yah, kenapa harus bohong."

Ayah Arham berusaha menahan air matanya dengan mengembangkan senyuman, ia menatap wajah anaknya "Ayah tidak mau anak ceria ini sampai sedih." Tangan ayah arham mengusap air mata yang terus mengalir membasahi pipi Nara.

"Tapi dengan seperti ini Nara semakin sedih ayah."

"Udah udah, gausah nangis masak anak ayah nangis."

"Ayah gapapa nak." Ucap Arham menenangkan.

"Ayah jangan tinggalin Nara, pokoknya ayah harus sehat. "

Ayah Arham hanya menampilkan senyumannya.

****

"Ngelamunin apa bang." Tanya azura, yang melihat sang Abang tengah duduk termenung menatap langit langit malam.

Hafizh menoleh ke arah sumber suara seraya menggelengkan kepala.

"Mikirin Nara ya?." Tebaknya.

"Apaan sih dek."

"Halah, ngaku aja kenapa sih bang,"

CINTA SEORANG HAFIZ ANA ROSIDA 86

Hafizh lebih memilih menghiraukan ucapan adiknya itu, ia kembali fokus menatap langit langit malam.

Sejujurnya Hafizh memang memikirkan Nara, lebih tepatnya memikirkan pembicaraannya tadi bersama Nara, jujur saja ia bimbang mengenai ucapannya tadi, ia takut dikira terlalu pemaksa oleh Nara.

"Tuh kan bengong lagi."

"Siapa yang bengong sih dek, Abang lagi mikirin sesuatu." Ucap Hafizh mengelak.

"Iya sesuatunya itu Nara kan bang." Azura menarik turunkan alisnya menggoda Hafizh.

Hafizh beristigfar menetralkan rasa kekesalannya kepada sang adik" mending kamu masuk, ganggu aja."

"Yee,bilang aja yang aku ucap beneran, pakek ngeles segala."

"Hitungan ketiga kamu gak masuk, Sendal Abang melayang loh."

Azura melotot seraya beranjak berdiri. " Punyak Abang galak amat, awas ntar Nara gamau loh." Azura berujar seraya melangkah untuk masuk kedalam.

Hafizh menghela nafas lega, sekarang pengganggunya telah pergi.

CINTA SEORANG HAFIZ ANA ROSIDA 87

Chapter 13

Bunyi alarm membuat tidur Nara terusik, ia mengerjap kan matanya merotasi kan pencahayaan yang mulai memasuki mata hazel nya, matanya cukup membengkak setelah semalaman menangis.

Ya..... setelah kedua orang tuanya bercerita awal mula penyakit sang ayah Nara begitu terpukul namun Nara bisa berdamai dengan kesedihannya dan berusaha untuk kuat.

Nara mematikan alarm yang hamba ya Allah, angkat penyakit yang ada di dalam tubuh ayah hamba, hanya itu yang hamba inginkan."

"Aamiin." Setelah selesai berdoa Nara membereskan sajadahnya dan dikembalikan ke tempat semula, Nara tetep menggunakan mukenanya kerena setengah jam lagi adzan subuh tiba.

****

"Dek, kok belum siap siap yang mau sholat, terus Abi sama umma mana.?" Tanya Hafizh ketika melihat sang adik yang melewati depan pintu kamarnya.

Azura menoleh ke arah Hafizh yang berada di ambang pintu " lagi pms, kalo by hs3ggda ikut Abi ke pesantren." Beritahu azura.

"Loh kok gak bilang ke abang."

CINTA SEORANG HAFIZ ANA ROSIDA 88

"Tadi umma udah ke kamar Abang tapi kata umma Abang khusyuk muroja'ah sampe ga denger umma yang masuk kamar Abang, jadi umma ke kamar aku buat ngasi tau."

Hafizh hanya menganggukkan kepala" yaudah Abang ke mesjid dulu ya."

"Iya."

Kali ini jadwal Hafizh sebagai imam di masjid komplek dekat rumahnya, setelah sampai di masjid adzan subuh berkumandang.

Selesai Iqamah Para jamaah berdatangan, bukan hanya para lelaki, para wanita bahkan anak muda ikut berjamaah di masjid itu. Hafizh melangkah ke arah saf paling depan, ketika melewati segerombolan wanita segera mungkin Hafizh menundukkan pandanganya.

"Rapatkan shaff nya." Ucap Hafizh sebelum memulai sholat subuh.

"Allahuakbar."

Seluruh para jamaah terhipnotis dengan suara merdunya Hafizh, bahkan ada yang sampai menitihkan air mata karena menikmati lantunan ayat Al Qur'an.

"Assalamualaikum warahmatullahi."

"Assalamualaikum warahmatullahi."

2 rakaat sholat subuh telah usai, kini Hafizh memimpin doa dan seluruh para jamaah mengaminkan.

Sekitar 5 menit doa kini pun selesai, para jamaah, banyak yang sudah keluar tinggallah Hafizh dan satu bapak bapak yang memang menjadi tukang bersih di masjid itu.

CINTA SEORANG HAFIZ ANA ROSIDA 89

"Saya pamit dulu pak." Ucap Hafizh dan segera beranjak berdiri.

"Iya den Monggo,terima kasih sudah menjadi imam di masjid ini."

"Iya pak sama sama." Setelah mengucapkan itu Hafizh melangkah keluar untuk pulang.

Sepulangnya dari mesjid hafizh melangkah untuk langsung masuk ke kamarnya, kali ini ia berniat ingin olahraga karena emang hari weekend.

Pagi ini cukup berbeda dari biasanya, hawa dingin serta embun membuat beberapa orang enggan beraktivitas, tapi tidak dengan Hafizh.

Hafizh keluar dengan pakaian kaos hitam dan Hem dipadukan dengan celana training tidak lupa sepatu talinya.

"Abang mau kemana?" Tanya Azura.

"Lari, bentar."

"Ikut..!! emang mau lari kemana?"

"Keliling alun alun bentar."

"Ikut Abang." Rengek azura.

Hafizh menghela nafas " yaudah sana siap siap." Jeda beberapa detik " Abang tunggu didepan."

Setelah keluar Hafizh mengeluarkan 2 sepeda untuk dirinya dan sang adik, beberapa menit menunggu azura pun keluar gadis itu begitu senang terlihat dari mukanya yang berbinar dan senyumannya yang tidak pernah luntur.

"Ayok bang." Ajak azura.

"Kamu didepan dek." Beritahu Hafizh.

CINTA SEORANG HAFIZ ANA ROSIDA 90

"Lah kenapa?."

"Biar Abang jaga."

Azura Hannya mengangguk dan mengayun sepedanya ke arah alun alun.

Keduanya tiba setelah 10 menit lamanya bersepeda, azura memarkirkan sepeda di sebelah sepeda Hafizh.

"Huh cape bang." Keluh azura dengan nafas tersengal sengal.

"Udah kamu duduk aja disini, nanti Abang kesini setelah selesai joging gimana?"

"Iya deh aku udah capek sumpah."

****

"Semangat mei." Ujar Nara yang melihat Meira ngos-ngosan.

"Bentar Ra duduk dulu capek aku."

Ya kedua gadis itu yang tak lain Nara dan Meira jogging bersama, sehabis sholat subuh Nara di telfon untuk lari bareng karena hari ini weekend.

"Aku haus mei, benar ya aku cari minum dulu."

"Iya Ra,sama aku nitip ya."

Nara hanya menganggukkan kepala dan mengacungkan jempolnya serta melangkah ke salah satu penjual es yang ada di jalanan itu.

"Pak es tebunya dua bungkus."

"Siap neng."

CINTA SEORANG HAFIZ ANA ROSIDA 91

Nara duduk di kursi yang sudah penjual siapkan, ia menoleh ke arah orang orang yang berlalu lalang, memang di hari weekend pasti banyak yang berolahraga entah itu jogging ataupun lainya.

BRAKK

Seluruh pengunjung menoleh ke sumber suara, seorang gadis mungil tertabrak bus yang berkendara dari arah berlawanan, Nara yang memang posisinya tidak jauh dari tempat kejadian sesegera mungkin ia mendekat untuk menolong.

Darah terus mengalir di pelipis gadis kecil itu, para warga yang berada di tempat itu berbondong bondong untuk melihat karena untuk mendekat mereka takut untuk membantu, tapi satu lelaki yang dengan gesit membuka Hem yang dipakai untuk memberhentikan darah yang terus mengalir.

"Cepat telfon ambulan." Teriak lelaki itu.

Nara mendekat ke anak itu dan betapa terkejutnya lelaki yang membantu anak itu adalah Hafizh, lelaki yang dijodohkan dengan sekaligus partner kerjanya.

Nara menepuk pipi gadis kisaran berumur 9 tahun itu,tak memikirkan darah yang berada di telapak tangannya. Jalanan begitu padat mobil dan motor macet total.

"Ambulance datang." Teriak salah satu warga disana, dan benar saja seperkian detik suara sirine mobil ambulance berhenti tepat di samping gadis itu.

CINTA SEORANG HAFIZ ANA ROSIDA 92

Hafizh segera membopong anak itu kedalam mobile ambulance. Nara yang menyadari hal itu segera beranjak berdiri dan mengikuti Hafizh.

"Pak saya ikut." Pinta Nara.

Hafizh menoleh arah suara itu dan yah dia cukup terkejut namun ia menganggukkan kepala, kini yang ada dipikirannya hanya gadis itu agar segera ditangani.

****

"Dengan keluarga pasien?"

Dua manusia yang berbeda jenis kelamin itu , menoleh berbarengan dan mendekat ke arah dokter itu.

"Gimana keadaanya dok?" Tanya Hafizh ia sampai tidak mendengarkan apa yang dokter ucapkan.

"Apa kalian keluarga dari anak itu?" Tanya dokter itu kembali.

Hafizh dan Nara kompak menggeleng " Tidak pak, kami hanya menolong adik itu." Nara bersuara.

"Tapi saya yang akan membayar administrasi itu, jadi tolong lakukan yang terbaik "

Sang dokter mengangguk mengerti " Mari ikut saya , ada yang mau dibicarakan."

Nara serta Hafizh mengikuti langkah dokter hingga tiba di ruangannya.

"Silahkan duduk."

CINTA SEORANG HAFIZ ANA ROSIDA 93

"Jadi begini, akibat benturan tadi mengakibatkan pendarahan di kepalanya jadi ia sangat membutuhkan donor darah seg..."

"Apa golongan darahnya dok."

"Si dokter menghela nafas, golongan darah AB+ sangat sulit untuk saat ini, dirumah sakit kami hanya tinggal 1 kantong, sedangkan yang dibutuhkan 3 kantong darah."

Nara tersenyum dan mengangguk " kebetulan darah saya AB+ dok, dokter boleh ambil darah saya secepatnya agar adik itu selamat." Pinta Nara.

"Nara..?" Panggil hafizh

"Tidak usah mendonorkan darah kamu, saya akan menelfon kerabat saya yang menjadi dokter siapa tau di rumah sakitnya ada golongan darah AB+."

"Udah pak gapapa, lagian meskipun ada di rumah sakit lain kita masih menunggu sedangkan anak itu butuh pertolongan secepatnya."

Hafizh menghela nafas. " Saya khawatir Ra."

Nara menenangkan Hafizh dengan senyumannya. " Pak saya ini berniat menolong orang, jadi insyaallah, Allah yang akan menjaga saya."

CINTA SEORANG HAFIZ ANA ROSIDA 94

CINTA SEORANG HAFIZ ANA ROSIDA 95

Chapter 14

Drtt drtt

Nara merogoh handphone yang ada disebelahnya, tertera Meira .Nara menoleh ke arah sang dokter dan Hafizh bergantian.

"Izin mengangkat telepon dok, pak." Nara beranjak berdiri sedikit menjauh setelah mendapatkan anggukan dari keduanya.

"Ra, kamu kok lama sih aku lumatan ni nungguin kamu.

"Assalamualaikum, duh maaf banget mei tadi aku bantuin adek adek yang kecelakaan jadi ga inget apa apa lagi maaf ya, kalok kamu mau pulang dulu gpp."

"Tapi kamu ga kenapa napa kan?" Tersirat nada kekhawatiran meira di sebrang sana.

Nara terkekeh kecil " Alhamdulillah aku gapapa kok."

"Yaudah kalo gitu aku tutup Ra, owh iya aku pulang dulu ya."

"Iya hati hati, maaf loh mei."

"Gapapa santai."

"Yaudah Assalamualaikum."

"Waalaikumussalam." Setelah itu Nara menaruh kembali handphonenya.

CINTA SEORANG HAFIZ ANA ROSIDA 96

Sebelumnya Hafizh memang sudah menghubungi sang adik jika ia membantu korban kecelakaan ,jadi ia tenang karena adiknya sudah pulang setelah ia mengabarinya.

****

"Sudah." Ucap suster yang bertugas mengambil darah Nara, untuk di transfusi kan kepada anak itu.

"Terima kasih sus." Setelah mengucapkan itu Nara turun dari brankar dan melangkah untuk keluar.

Sedangkan Hafizh tengah berbincang dengan polisi yang menyelidiki atas kecelakaan yang menyebabkan anak kecil terbaring dirumah sakit.

"Saya dan tim sudah menyelidiki atas kasus kecelakaan, ini murni ketidak kesengajaan karena mobil itu mengalami rem blong dan kami juga sempat menyelidiki anak itu tidak mempunyai kerabat melainkan yatim piatu, tapi anak itu tinggal di salah satu panti asuhan pelita indah" Ucap polisi.

Hafizh menatap kertas yang diberikan polisi mengenai keluarga korban dan ternyata memang benar anak itu memang yatim piatu.

Hafizh mengangguk mengerti " baik terima kasih atas kerjasamanya pak " ucap Hafizh bersalaman.

"Sama sama , kalau begitu saya pamit."

Setelah polisi itu undur diri, Hafizh melangkah ke arah administrasi ia akan membayar tanggungan anak itu.

CINTA SEORANG HAFIZ ANA ROSIDA 97

Nara keluar dari ruangan dan duduk di depan kursi, ia menoleh ke arah samping menatap Hafizh yang melangkah ke arahnya.

"Sebaiknya kamu pulang Ra, biar saya antar."

Nara menatap ke arah Hafizh " Terus anak itu gimana pak.?" Tanyanya.

"Anak itu sudah ada pendampingnya, tadi saya sudah berbincang dengan ibu pantinya dan izin untuk pulang."

Nara mengangguk " iya."

Setelah Nara mengangguk Hafizh melangkah diikuti Nara, keduanya sampai di lobby rumah sakit, dan sudah ada mobil yang menunggu keduanya.

"Loh kok udah ada mobil bapak " heran Nara bertanya kepada Hafizh.

Hafizh menoleh ke arah Nara " iya, sebelum kamu keluar, tadi saya sudah menghubungi teman saya untuk menjemput kita."

Nara hanya ber oh ria saja, dan melangkah untuk masuk ke dalam mobil Hafizh.

Diperjalanan tidak ada perbincangan, kali ini Nara jauh lebih gugup, karena ada 2 lelaki, walaupun Nara kenal tetapi ia tidak pernah berkomunikasi terlebih dahulu.

Hafizh berada di samping sopir, ia menoleh ke belakang ingin melihat Nara, namun ia segera mengalihkan ketika matanya dan mata Nara saling bersitatap.

CINTA SEORANG HAFIZ ANA ROSIDA 98

Setengah perjalanan suara adzan Dzuhur berkumandang Hafizh menyuruh Fariz memberhentikan mobilnya disalah satu masjid terdekat.

"Kamu tidak shalat?" Tanya Hafizh kepada Nara yang tidak turun saat mobil berhenti didepan masjid.

Nara menggeleng " sedang uzur."

Hafizh mengangguk mengerti " Yasudah saya shalat dulu, kamu mau disini atau turun."

"Saya disini aja pak."

"Yasudah saya turun dulu, ayo riz." Ajak hafiz kepada Fariz.

"Iya."

****

"Bun, Nara belum pulang?" Tanya ayah Arham yang tengah menikmati kopi yang disuguhkan sang istri.

"Belum kayaknya mas, tadi aku lewat depan kamarnya sepi."

Ayah Arham menganggukkan kepala. " Emangnya tadi izin kemana?"

"Tadi bilangnya mau joging sama Mei__"

"Assalamualaikum." Salam Nara .

Mendengar suara salam ayah Arham dan bunda Sania yang berada di ruang tamu menoleh ke arah pintu.

"Waalaikumussalam, ini nih yang dicari."

CINTA SEORANG HAFIZ ANA ROSIDA 99

Nara melangkah mendekat dan mencium tangan kedua orang tuanya.

Duduk sini Ra, " ujar bunda Sania seraya memegang lengan Nara."

"Aww, sakit Bun." Ringis Nara.

Bunda Sania menatap heran anaknya dan menggulung baju anaknya untuk melihat kenapa dengan Nara.

"Ini kenapa Ra?"

"Itu Bun, tadi ada kecelakaan, terus anak itu butuh transfusi darah kebetulan golongan darah Nara sama anak itu sesuai jadi Nara bantu."

"Tapi kamu gapapa kan." Tanya ayah Arham.

"Gapapa ayah, bunda, tenang aja tadi juga ada pak Hafizh yang ikut ngebantu." Beritahu Nara seraya membenarkan lengan bajunya.

"Loh kok bisa sama nak Hafizh."

"Nara juga gatau, waktu kejadian Nara udah ngeliat pak Hafizh nolong anak itu, terus dirumah sakit juga Nara ga sempet nanyak." Sengirnya.

"Owh iya nak, persiapkan diri besok keluarga nak Hafizh akan kesini." Beritahu ayah Arham.

Nara tidak kaget karena diperjalanan pulang Hafizh sempat membicarakan hal ini, dan Nara hanya menganggukkan kepala.

"Iya yah."

"Yaudah yah, Bun, Nara ke kamar dulu."

"Iya sayang."

CINTA SEORANG HAFIZ ANA ROSIDA 100

****

Tok tok tok

"Ka Nara di suruh turun sama bibi mau makan Siang ." Teriak gadis berumur 9 tahun, gadis itu sepupu Nara yang berkunjung.

Nara mendengar teriakan itu melangkah untuk membuka pintu " sini masuk fi, kakak mau ambil kerudung dulu ya."

Gadis yang bernama Fifi itu mengangguk mengerti, setelah Nara siapp dengan kerudungnya keduanya melangkah bersama menuruni anak tangga, hingga sampai di meja makan yang banyak sekali hidangan.

Nara menyalami seluruh kerabatnya, kecuali yang laki laki ia hanya menangkupkan kedua tangannya.

"Loh kok ada mbak Cici.?" Kaget Nara.

Wanita yang di sebut itu menoleh ke arah Nara " kenapa emangnya?"

"Engak papa, Nara kaget aja bukanya mbak ada di Singapore ya."

"Iya emang, mbak dihubungi bundamu tuh jadi mbak langsung atur jadwal buat kesini."

"Ya Allah bunda, kok sampe nelfon bak cici kan kasian jauh jauh dari Singapure ke sini."

"Gapapa Ra, justru mbak denger kabar ini seneng kamu mau tunangan ya kan!." Goda Cici.

CINTA SEORANG HAFIZ ANA ROSIDA 101

"Ih apaan sih mbak, owh iya mas fano sama alga kemana?" Nara sengaja mengalihkan pembicaraan karena membahas hal itu membuat jantungnya tidak aman.

"Tadi alga merengek, mungkin di ajak jalan jalan."

"Owlah, padahal aku mau gendong."

"Tarlagi Dateng Ra, udah sabar sekarang alga udah ga kayak dulu lagi yang mau ke siapapun, dia sekarang milih milih orangnya."

"Gitu ya mbak, semoga ke aunty nya tetep inget soalnya udah 1 tahun lebih ga ketemu."

"Semoga aja, tapi kayaknya kalo ke kamu mau deh Ra."

"Kenapa bisa gitu?" Heran Nara.

"Iya aku juga bingung, kalo ngeliat orang cantik dia tu gesit mau minta di gendong."

Nara terkekeh" mungkin ajaran mas fano mbak."

Mba Cici ikut tertawa " Mungkin ya ."

"Udah udah dari tadi ngomong terus, kamu makan dulu Ra terus siap siap sebentar lagi nak Hafizh dan keluarganya datang." Ucap bunda Sania datang dari arah dapur.

CINTA SEORANG HAFIZ ANA ROSIDA 102

CINTA SEORANG HAFIZ ANA ROSIDA 103

Chapter 15

Bismillahirrahmanirrahim kedatangan saya beserta keluarga ingin mengikat tali persaudaraan semakin erat, ingin menyatukan sebuah hubungan yang harmonis dan tentunya Atas ridho Allah.

Hafizh Abkar Al Ghafi

Happy reading

Siang kali ini terasa berbeda bagi Hafizh sinar matahari yang begitu terang menyesuaikan suasana hatinya, keringat dingin di sekujur tubuhnya membuatnya kaku untuk melangkah.

Kali ini ia akan mempersunting seorang wanita cantik yang dijodohkan dengannya, selama perjalanan ia hanya diam memikirkan jawaban si wanita terhadap niat baiknya.

Langkahnya terus terayun hingga tiba di ambang pintu tangannya di rangkul sang adik yang terus mengembangkan senyuman, Abi dan umma nya sudah terlebih dahulu masuk diikuti kerabat kerabatnya.

"Bang ga usah gugup." Bisik azura.

Hafizh melangkah memasuki rumah Nara yang sudah banyak keluarga nya dan keluarga Nara, ia duduk ditengah tengah Abi umma nya sebelum duduk ia bersalaman dengan ayah Nara yang berada di samping dekatnya.

CINTA SEORANG HAFIZ ANA ROSIDA 104

"Ganteng ya Bun, calon suaminya kak Nara, boleh gak kalok buat salsa aja." Ucap salsa gadis umur 9 tahun terlalu polos membuat seluruh keluarga yang berada di sana tertawa.

"Sudah, sudah kita mulai acaranya!." Ujar ayah Arham.

"Nak Hafizh siap?" Tanya ayah Arham , yang langsung di angguki oleh Hafizh.

Dilain sisi Nara tengah duduk di kamarnya ditemani Meira sahabatnya, Nara terlihat jauh lebih anggun kali ini. Hijab menjuntai menutupi dada membuat aura kharismatik melekat ditubuhnya.

"Mashaallah sahabat aku cantik banget." Kata Meira ia begitu takjub dengan penampilan Nara kali ini, walaupun ia sering melihat Nara memakai pakaian seperti itu, tapi kali ini jauh lebih berbeda.

"Ih apaan sih mei, gausah gitu ah."

"Cie salting ya." Meira mencolek dagu Nara dengan jari telunjuknya.

"Tau.."

Tok tok tok

Nara dan Meira menoleh ke arah pintu, terlihat mbak Cici melangkah ke arah Nara dengan tersenyum.

"Ra, ayok keluar keluarga Hafizh sudah datang." Ajak mbak Cici.

Meira bangkit untuk membantu Nara, " tangan kamu basah Ra" beritahu Meira.

"Aku gugup." Cicit Nara.

CINTA SEORANG HAFIZ ANA ROSIDA 105

Meira tersenyum menenangkan Nara "its Oky Ra, coba tarik nafas buang secara perlahan."

Nara mengangguk dan melangkah keluar didampingi Meira disebelah kanan dan mbak Cici sebelah kiri.

Tatapan mata menoleh ke arah tapakan kaki dari arah tangga, keluarga inti tersenyum menatap kehadiran Nara, lain halnya dengan Hafizh ia hanya menatap sekilas dan tersenyum tipis setelah itu Hafizh menundukkan pandanganya.

"Sini nak, duduk sini." Panggil bunda Sania menunjukkan satu tempat yang memang disediakan untuk Nara.

Nara menatap sang ibunda dan melangkah untuk menempati tempat yang bunda Sania tunjuk.

"Ternyata masih sama sama malu ya." Kata umma Fatimah menatap Hafizh dan Nara bergantian yang sama sama menunduk malu.

Bunda Sania mengangguk membenarkan "iya tidak berubah seperti awal pertemuan."

"Sudah sudah kita mulai,nak Hafizh bagaimana.?"

"Siap om."

Hafizh menghela nafas sejenak

"Bismillahirrahmanirrahim, saya Hafizh Abkar Al Ghafi putra kedua dari Abi Hamzah dan umma Fatimah.Kedatangan saya kali ini, ingin meng khitbah putri semata wayang om, seorang wanita yang insyaallah baik akhlaknya cantik rupanya yang sangat menjaga marwahnya, untuk menjadi pendamping seumur hidup saya, menjadi

CINTA SEORANG HAFIZ ANA ROSIDA 106

warna yang belum lengkap di hidup saya dan tentunya menjadi teman sehidup semati bersama saya, untuk itu saya izin kepada om yang membesarkan hingga saat ini apakah saya boleh meminangnya untuk dijadikan pendamping saya."

Ayah Arham terenyuh dengan ucapan Hafizh." Saya sebagai ayah yang membesarkannya menerima kamu sebagai pendamping anak saya memulai kisah yang tidak pernah anak saya dapatkan dari saya, Tapi kembali lagi kepada anak saya semua tergantung dia menerima atau tidaknya."

"Sebelum memulai ke jenjang yang lebih serius apa boleh om bertanya?."

"Silahkan om."

"Apakah kamu akan menjaga anak saya dan tidak akan menyakitinya?"

Hafizh tersenyum "Saya bukan tipikal lelaki yang marah akan melakukan kekerasan, tetapi saya tidak tau ke depannya seperti apa yang pasti saya akan menjaga sesuatu yang saya cintai dengan baik."

"Untuk perihal menyakiti, saya berjanji pada diri saya sendiri tangan ini insyaallah tidak akan melukainya tapi akan mengelus kasih sayang dan menasehati dengan sebaik baiknya."

Ayah Arham tersenyum lega " om percaya, "

"Nara.." panggil ayah Arham.

Nara yang sedari tadi menunduk menoleh ke arah ayahnya. " Iya ayah."

"Apa jawaban kamu dari yang nak Hafizh sampaikan."

CINTA SEORANG HAFIZ ANA ROSIDA 107

Nara memilin tangannya yang basah sungguh kali ini ia begitu gugup, degup jantung yang terus berdebar membuatnya sulit untuk berbicara.

"B- bismillahirrahmanirrahim saya Naraya Putri Salsabila siap menerima khitbah-han dari Hafizh Abkar Al Ghafi."

"Alhamdulillah."Seluruh keluarga berucap syukur mendengar jawaban dari Nara.

Hafizh memberikan kotak cincin kepada umma nya " umma, karena Hafizh belum bisa menyematkan cincin ini jadi Hafizh minta tolong umma yang pakaikan."

Umma Fatimah mengambil kotak yang diberikan Hafizh lalu memakaikan cincin itu di jari manis Nara " Mashaallah cantiknya." Kata umma Fatimah setelah cincin itu tersemat di jari manis Nara.

Nara tersenyum dan menyalami tangan umma Fatimah.

****

Sore harinya seusai kepulangan keluarga Hafizh, Nara memilih untuk kembali ke kamar bersama Meira.

Netra Nara menatap tangan yang tersemat cincin di jari manisnya " Aku ini bener udah tunangan mei ?"

Meira menatap Nara mendengar ucapan sahabatnya itu ia memutar bola matanya malas " ya menurut kamu! Itu mimpi!"

"Ya gak gitu, maksud aku tuh, diumur aku yang belum genap 19 tahun masa udah tunangan."

CINTA SEORANG HAFIZ ANA ROSIDA 108

"Ra, ini udah takdir jadi seberapa jauh kamu ingin menjauh takdir ini akan tetep Dateng, lagian kenapa kamu kok ngerasa kayak gitu, padahal kamu yang sering ngajarin aku hal hal yang kayak gini, its Oky percaya, ayah kamu melakukan ini mungkin ini yang terbaik."

Nara mendengar penuturan Meira iya terenyuh, hatinya yang gelisah sedikit tenang " Makasih Ra udah jadi sahabat baik aku."

Meira tersenyum " Aku yang bersyukur punya sahabat kayak kamu."

Nara merentangkan kedua tangannya " kita sama sama beruntung , kita ditakdirkan untuk saling melengkapi, untuk menutupi kekurangan kita berdua."

Meira membalas pelukan itu." Bestie aku yang paling mashaallah."

'Tok tok tok'

"Nara Meira ayo nak turun dulu kita makan." Panggil bunda Sania dari luar kamar Nara.

Mendengar teriakan sang bunda, Nara dan Meira melepaskan pelukannya.

"Iya bunda, tarlagi Nara turun sama Meira." Saut Nara dari dalam kamarnya.

"Yaudah bunda turun ya!"

"Iya."

Setelah mendengar ucapan sang anak, bunda Sania melangkah untuk turun terlebih dahulu.

CINTA SEORANG HAFIZ ANA ROSIDA 109

Chapter 16

Seminggu setelah pertunangan ,Nara dan Hafizh tidak pernah bertemu, keduanya sibuk dengan urusan masing masing, Nara yang sibuk urusan sekolahnya dan Hafizh sibuk pekerjaannya.

Hari Senin ini cuaca begitu panas, Hafizh melangkah keluar dari restaurant diikuti oleh Fariz menuju mobil Pajero nya.

Kini keduanya akan mengadakan rapat di salah satu restaurant ternama di daerah Jakarta untuk pengembangan restaurant dan hotel masing masing dengan memoerluaskan cabang keduanya.

"Selamat siang pak." Hafizh berjabat tangan dengan pak Rendro pemilik hotel Near the Wind yang berasal dari inggris.

"Siang, silahkan duduk." Ucap Rendro dan mempersilahkan Hafizh dan Fariz untuk duduk.

"Kita mulai rapatnya." Kata Fariz sekretaris pak Rendro.

Sekretaris pak Rendro yang diketahui bernama Angga mengangguk seraya mengeluarkan berkas-berkas pentingnya.

Terhitung sudah 1 jam lamanya proses meeting terlaksana kini 4 lelaki yang ada di meja bundar tengah makan siang bersama.

CINTA SEORANG HAFIZ ANA ROSIDA 110

"Terimakasih pak Rendro atas hidangannya dan semoga kerja sama kita berjalan dengan lancar sesuai rencana." Ucap Hafizh seraya berjabat tangan dengan pak Rendro dan juga Angga.

"Iya pak sama sama, semoga meeting tadi adalah awal suksesnya rencana kita." Kata pak Rendro menimpali.

"Ya sudah kalau begitu pak, saya dan sekretaris saya izin pamit, Assalamualaikum." Setelah mendapat anggukan Hafizh melangkah untuk pergi dan menuju lift untuk sampai di lobby.

Setelah turun dari lift, keduanya sampai di lobby hotel,Namun langkah Fariz tiba tiba terhenti ketika menangkap sosok wanita yang sangat ia kenali tengah turun dari mobil dan melangkah untuk masuk ke dalam hotel.

"Fizh Fizh, itu Alya kan?" Tunjuk Fariz memberi sebuah pertanyaan yang jawabannya sudah ia ketahui, netranya tetap mengarah ke wanita itu yang terus melangkah hingga tidak terlihat karena tertutup gedung yang menjulang tinggi.

Hafizh menoleh dan mengingat ingat wajah wanita yang tidak asing baginya " sepertinya iya, saya tidak begitu asing melihat dia."

"Makin cakep ya Fizh."

"Istighfar riz, zina mata." Kata Hafizh menasehati temanya itu.

"Astagfirullah, tapi emang bener dia cakep, coba aja dia suka gue, tapi tuhan berpihak ke elo."

CINTA SEORANG HAFIZ ANA ROSIDA 111

"Maksudnya ." Tanya Hafizh tidak mengerti maksud dari ucapan Fariz.

"Yee Lo lupa apa pikun, waktu SMA kan dia ngejar ngejar Lo."

Hafizh menghela nafas lelah " itu masa lalu, lagian saya tidak menerima dia, bahkan menggubrisnya saja tidak."

"Tap__"

"Kamu ngomong lagi, saya tinggal."

Mendengar ucapan Hafizh segera Fariz terdiam ia mendekat ke arah Hafizh dan menghadap ke arahnya " Maaf bos saya mengaku salah!" Dengan gaya hormatnya Fariz berucap.

"Hem."

Setelah itu Hafizh melangkah ke arah parkiran dan Fariz menyusul.

****

"Hai girls." Sapa gadis dengan balutan gaun putih yang hanya sebatas lututnya.

"Hai gue kira Lo ga bakal Dateng Al." Kaget gadis yang bernama Reni.

"Pasti Dateng lah, Resti mana?" Tanyanya.

"Tuh di dalem, pasti dia seneng Lo Dateng."

Gadis yang di sebut Al itu mengikuti langkah Rani menuju kamar hotel temanya itu.

CINTA SEORANG HAFIZ ANA ROSIDA 112

"Happy birthday Res, Sorry baru Dateng" ucap Alya kepada Resti.

Keduanya berpelukan " Thanks you, gue kangen Lo al, kapan Lo balik?"

"2 Minggu yang lalu, tapi sorry gue baru Dateng sekarang soalnya papa ga nge bolehin gue keluar".

Resti mengangguk mengerti " yaudah duduk dulu sini, acaranya entar malem, gue udah undang seluruh alumni.

"Bentar bentar, berarti Hafizh juga termasuk?"

Resti menatap Alya dan mengangguk" iya lah, malahan orang yang gue chat dulu temen teman Hafizh udah gue chat semua."

"Dibales apa ?Terus Lo ngechet siapa?" Tanya Alya beruntun.

"Boro boro dibales, dibaca aja enggak, gue ngechet Fariz."

Reni menangkap raut berbeda dari wajah Alya " Lo masih demen sama Hafizh?"

Alya menoleh ke arah Reni dan mengangguk mantap " gue gabisa lupain dia, bahkan waktu pertama kali gue pulang ke Indonesia tempat pertama yang gue datengin restaurant dia."

Resti tersenyum ke arah Alya " gue tau kalok Lo tetep cinta ke Hafizh, maka dari itu gue undang dia juga."

"Tapi..."

"Tapi, apa res?"

"Tapi gue gatau dia dateng apa ngak." Kata Resti.

CINTA SEORANG HAFIZ ANA ROSIDA 113

"Semoga aja dia dateng, gue sangat berharap ketemu dia, soalnya waktu gue ke restoran dia gue gaketemu." Alya sangat berharap bertemu dengan Hafizh lelaki pujaan hatinya waktu semasa Sekolah SMA, tapi ia tidak pernah di gubris oleh Hafizh.

"Owh iya, Novi kemana kok gue ga keliatan?" Tanya Alya kepada kedua temanya ketika tidak menemukan satu temen nya lagi.

"Dia udah Chet tadi, katanya bisanya malem kalok sekarang ada acara keluarga."

Sedangkan Alya hanya mengangguk mengerti.

****

Selepas dari sekolahnya, Nara mampir ke salah satu Alfamart untuk membeli cemilan yang telah habis dirumahnya, ia tengah memilih beberapa makanan kesukaannya.

"Ini aja deh, yang penting aku ada buat ngemil " Nara mengambil 5 bungkus biscuit rasa coklat.

Dirinya ingin melangkah ke arah kasir namun lantainya licin dan Nara terpleset, tidak tidak tubuhnya tidak jatuh ke lantai, ada satu tangan yang membantunya.

Nara segera menepis tangan itu, untungnya keduanya tidak bersentuhan, " Lo gapapa." Tanya lelaki itu.

"G- gapapa kok, makasih ya saya duluan."

Laki laki itu mengangguk seraya menatap kepergian Nara dengan wajah merekah. " Cantik." Ucap lelaki itu, dan kembali ke aktifitasnya untuk membeli sesuatu.

CINTA SEORANG HAFIZ ANA ROSIDA 114

Setelah itu Nara berjalan ke arah kasir yang cukup ramai, hingga beberapa menit tiba gilirannya.

"5 bungkus ya dek." Ucap sang kasir.

" Iya mbak, berapa?" Tanya Nara dan mengeluarkan dompet dari dalam tasnya.

"25 ribu semuanya." Kata sang kasir memberikan cemilan itu setelah dibungkus

Nara mengangguk dan berterima kasih sebelum pergi.

Setelah keluar dari Alfamart, Nara mengambil kunci motornya untuk melaju ke toko butik.

Beberapa menit berkendara Nara tiba di butik ayu, ia menatap jam yang melingkar di lengan kirinya, menunjukkan jam setengah 3.

"Assalamualaikum mbak Sofia." Salam Nara ketika hendak masuk, ia melihat Sofia sedang melayani pembeli batik

"Waalaikumussalam loh Nara , disuruh masuk sama Bu ayu?" Kaget Sofi ketika melihat Nara

Nara mengangguk " iya mbak, ada beberapa style baju yang harus aku desain."

Sofia mengangguk mengerti " yaudah sana cepetan , Bu ayu udah dari tadi "beritahu Sofia.

"Yaudah mbak, Nara ke atas dulu."

"Iya iya, mbak mau melayani pelanggan ini dulu."

Setelah mendengar penuturan Sofia Nara melangkah untuk ke ruangan Tante ayu.

CINTA SEORANG HAFIZ ANA ROSIDA 115

Chapter 17

Tok ! Tok ! Tok !

"Assalamualaikum Tante, ini Nara" beritahu Nara ketika tiba di depan ruangan ayu.

"Waalaikumussalam masuk aja Ra, " ucap Tante ayu dari dalam.

Nara membuka pintu, dan melangkah ke arah Tante ayu yang sibuk dengan kertas kertas pentingnya.

Nara menyalami punggung tangan Tante ayu dan duduk di depan kursi kosong yang ada di depan Tanta ayu

"Maaf ya Tan, baru Dateng "

"Gapapa Tante tau kamu juga lagi sibuk, gimana hubungan kamu sama Hafizh.?" Tanya Tante ayu.

"Ga gimana gimana sih tan, kita saling ngejaga aja sebelum halal."

Tante ayu mengangguk paham " Tante waktu denger kabar kamu dan Hafizh itu langsung kaget, Ra, terus Tante juga minta maaf waktu acara pertunangan kalian tidak Dateng."

Nara tersenyum " gapapa Tan Nara ngerti kok."

"Owh iya Tan, yang mau Nara bikin desainnya tentang apa?"

"Waktu Tante Chet kamu itu gak beneran ada hal yang sibuk,tapi Tante nyuruh kamu kesini buat ngasih hadiah karena waktu pertunangan kamu tante ga Dateng."

CINTA SEORANG HAFIZ ANA ROSIDA 116

"Tante ga usah repot repot lagian itu cuman acara kecil kecilan."

"Gapapa sekali kali,lagian kamu mau jadi istri ponakan Tante, otomatis kammu bakalan jadi ponakan Tante juga."

Nara tersenyum haru mendengar ucapan Tante ayu.

****

Sepulangnya dari butik ayu, Nara melajukan motornya untuk melaju pulang,kini Nara tiba di depan gerbang rumahnya, membuka gerbang yang terkunci untuk memasukkan sepedanya.

Setelah memarkirkan sepeda ke tempatnya, Nara membuka pintu yang tidak dikunci , tidak lupa mengucapkan salam sebelum melangkah masuk.

Setibanya di ruang tamu, Nara menoleh ke arah dapur tidak mendapati sang ibunda ia tidak memikirkan hal itu, mungkin bunda dan ayahnya sedang keluar alibinya.

Setibanya di kamar, Nara mendudukkan tubuhnya yang lelah itu, membuka hijab, kaos kaki, serta hand sock yang menutupi auratnya.

Di lain sisi bunda Sania tengah membantu sang suami mendorong kursi roda, keduanya melangkah ke ruangan cake up.

"Apa ada keluhan pak, atau ada bagian yang sakit selama di luar jangkauan para medis.?" Tanya salah satu dokter yang menangani ayah Arham.

CINTA SEORANG HAFIZ ANA ROSIDA 117

"Setiap malam saya sering merasakan sakit di bagian jantung dok."

Dokter itu menghela nafas panjang" Memang resikonya itu pak, jika tidak disegerakan untuk tranplantasi jantung secepatnya."

Bunda Sania menatap ayah Arham, menggenggam tangan sang suami berusaha menguatkan.

Terdengar helaan nafas yang kesekian kalinya dari ayah Arham.

"Terima kasih dok." Setelah banyak berbincang dan berkonsultasi ayah Arham melangkah keluar sebelum pulang , menebus obat terlebih dahulu.

****

"Kalian pada diundang?." Tanya Rendra kepada temanya yang kini tengah berkumpul.

Ketiga lelaki itu mengangguk, kecuali Hafizh mengerutkan alis tanda bingung.

"Diundang kemana?"

"Lah, Lo gak diundang, Fizh?"

Hafizh menggeleng, "saya tidak tahu, emang diundang kemana?"

"Acara birthday si Resti ,temen semasa SMK kita Fizh masa Lo gak diundang si Resti kan sahabat si Alya yang suka sama Lo itu."

Kling.

CINTA SEORANG HAFIZ ANA ROSIDA 118

Bunyi notifikasi, mengalihkan tatapan kelima pria itu ke arah handphone yang berada di meja.

Rendra mengambil ponselnya, tertera Reni tengah mengirim pesan.

'Ren, jangan lupa nanti malem acara birthday Resti, gue harap Dateng sama temen temen Lo, terutama Hafizh.'

'Iya, gue sama anak anak pasti hadir.'

Rendra menaruh kembali handphonenya ke meja dan menatap Hafizh.

"Lo wajib Dateng Fidz,barusan Reni Chet gue."

"Jam berapa?"

"Habis Maghrib sampe selesai."

Hafizh menghela nafas, "iya saya Datang."

"Nah gitu dong baru kompak."

"Hmm."

"Hafizh menoleh ke arah jam tangannya, tertera jam menunjukkan hampir setengah 5, untungnya tadi ia bersama Fariz sholat ashar di perjalanan.

"Ya sudah saya pulang dulu, nanti kita ketemu di tempat acaranya, terus sharlock aja lokasinya."

"Yoi, hati hati Fizh."

"Iya, Assalamualaikum."

"Waalaikumussalam."

****

CINTA SEORANG HAFIZ ANA ROSIDA 119

"Thanks udah Dateng." Kata Resti kepada teman temanya yang telah datang.

"Nih kadonya, sorry cuman Bawak itu." Ucap gadis berambut cokelat dipadukan baju selutut nya. Nofi.

"Ya ampun Nov, Lo Dateng gue udah seneng, makasih ya."

"Sama sama, eh Al, kapan Lo Dateng?."

"2 Minggu yang lalu." Ucap Alya setelah keduanya berpelukan.

Netra Alya menatap sosok lelaki yang sangat ia kenali, senyumnya merekah ke Tika lelaki itu melangkah ke arahnya.

"Selamat Res, lama ga ketemu makin cakep Lo."

"Makasih Fin."

"Selamat Resti." Ucap Aldi,Fariz dan Rendra.

"Makasih semuanya,"

Sedari datang ke tempat itu, Hafizh sama sekali tidak menatap sekitarnya, ia hanya menunduk karena pakaian wanita yang lainya sangat minim bajunya saja banyak yang terbuka.

Sedari tadi Hafizh ber istighfar dalam hatinya, ia ingin cepat cepat keluar dari tempat ini, jika bukan karena ajakan temanya dan untuk menghormati temanya dengan hadir ke acaranya. Ia sudah sedari tadi keluar dari tempat ini.

"Selamat." Kini Hafizh berucap.

"Iya sama sama Fizh, by the way Alya ada disini."

Hafizh mengerutkan keningnya " Urusannya sama saya apa?"

CINTA SEORANG HAFIZ ANA ROSIDA 120

"Ya gaada, aku cuman ngasih tau kok "

"Ya udah, silahkan nikmati hidangannya."

Setelah itu Hafizh dan teman temanya melangkah ke tempat makanan, Hafizh tidak berniat untuk makan jadi ia hanya mengambil es cappucino yang ada di situ.

"Saya duduk sana dulu."

Mendapati persetujuan dari keempat temanya Hafizh menduduki salah satu meja yang kosong,beberapa menit hening tiba tiba tarikan kursi membuat Hafizh menoleh.

"Fizh, lama kita ga ketemu ya."

Seketika Hafizh berdiri, ia ingin beranjak pergi namun tangannya segera di tahan.

"Lepas!!"

Alya segera melepas tangan Hafizh,ia sedikit ketakutan dengan tatapan Hafizh.

"Kenapa sih Fizh, kamu kayak jijik sama aku."

Hafizh hanya diam, tanpa ingin membalasnya.

"Aku cinta sama kamu Fizh." Ucapan Alya berhasil membuat Hafizh menatap ke arahnya walaupun hanya sebentar.

"Maaf Al, saya tidak bisa membalas cinta kamu, saya sudah terikat dengan seseorang."

Mata Alya memerah menahan tangis dan terkekeh sumbang. " Kamu pasti bohong kan, biar aku berhenti suka sama kamu, tapi kayaknya rencana kamu ga mempan buat aku."

CINTA SEORANG HAFIZ ANA ROSIDA 121

"Buat apa saya bohong, sedangkan saya sudah melamarnya."

Ucapan Hafizh membuat air mata Arya lolos turun melewati pipinya, " Fizh aku cinta kamu, bahkan dari SMK sampai sekarang kenapa kamu tega sama aku." Teriak Alya yang membuat seluruh atensi mengarah ke duanya.

"Alya jangan membuat ke gaduhan, sepuluh pengunjung menatap ke arah kita."

Alya menghiraukan ucapan Hafizh, ia menatap seluruh tamu yang hadir dan menatap sahabatnya yang tengah berlari ke arahnya.

"Al Lo kenapa, udah jangan teriak teriak malu diliatin tamu."bisik Resti berusaha meredakan emosi Alya.

"Res Lo gak tau apa apa, Cowok yang gue suka selama bertahun tahun, ternyata dia udah ngelamar perempuan lain, kalo Lo ada di posisi gua apa yang lo lakuin."

"Iya Al, gue paham tapi tolong jangan kayak gini "

Alya menatap Hafizh, "Kalo aku gabisa dapetin kamu,maka perempuan lain gaboleh dapetin kamu juga!." Setelah berucap hal itu Alya melangkah pergi diikuti Resti , Novi dan Reni.

Fariz mendekat ke arah Hafizh " udah gausah di dikirim, mungkin dia cuman kebawa emosi " kata Fariz menenangkan yang diangguki teman temanya.

CINTA SEORANG HAFIZ ANA ROSIDA 122

CINTA SEORANG HAFIZ ANA ROSIDA 123

Chapter 18

Setelah kejadian malam itu, sudah 2 Minggu lamanya Hafizh tidak pernah melihat Alya kembali, ia bernafas lega karena Alya tidak menganggu hidupnya bahkan Nara calon istrinya.

Siang ini kedua orang tuanya dan kedua orang tua Nara akan mengadakan pertemuan untuk membahas kelanjutan mengenai hubungannya dan Nara.

"Ini sudah deal ya, pernikahan kalian akan di laksanakan 2 Minggu lagi, jadi kalian berdua harus mempersiapkan diri dari sekarang." Ucap ayah Arham.

"Iya ayah,"

"Alhamdulillah,"

"Ayah, bunda ,Abi, umma dan pak Hafizh, apa Nara boleh minta sesuatu?."

"Kamu mau apa nak, insyaallah kita semua penuhi." Kata umma Fatimah.

"Apa boleh Nara minta, kalau pernikahannya yang sederhana saja cukup keluarga dekat kita dan kerabat kerabat lainya."

"Loh kenapa Ra, ini kan acara sakral kita."

Hafizh menimpali.

"Emangnya acara mewah berpengaruh buat akad pernikahan pak?, "

CINTA SEORANG HAFIZ ANA ROSIDA 124

"Bukan begitu, saya tanya kenapa kamu mau acara sederhana, apa ada sesuatu yang kamu inginkan?"

"Sebenarnya di hari pernikahan kita , saya ingin mengundang anak yatim piatu yang terlantar di jalanan, jadi kita sediakan makanan buat anak yatim piatu saja."

Seluruh keluarga yang ada disana tersenyum haru mendengar ucapan nara.

"Iya, insyaallah saya akan kabulkan."

Nara tersenyum, " saya juga mau mengundang anak yatim yang sering saya datengin."

"Iya iya."

"Terima kasih pak Hafizh, sudah memenuhi keinginan saya."kata Nara dengan wajah tersenyum.

"Sama sama."

"Owh iya, nak Nara sekolahnya gimana?" Tanya umma Fatimah.

Nara yang mendapati pertanyaan menoleh ke arah umma Fatimah " Alhamdulillah lancar umma, insyaallah 4 bulan lagi Nara lulus, sekarang sibuk praktek."

"Yang semangat ya, supaya bisa membanggakan ayah dan bunda kamu."

"Aamiin, insyaallah umma Nara akan mengusahakan."

Sudah satu setengah jam lamanya kedua orang tua Nara dan Hafizh berbincang,kini kedua orang tua keduanya memutuskan untuk pulang dan menyiapkan beberapa keperluan yang harus di persiapkan.

CINTA SEORANG HAFIZ ANA ROSIDA 125

"Kami pamit Hamza, Fatimah, dan nak Hafizh." Ucap ayah Arham sebelum mengundurkan diri, diikuti umma Fatimah dan Nara.

"Iya hati hati Ar."

"Ayah Arham mengangguk dan melangkah pergi, tidak lupa mengucapkan salam."

"Waalaikumussalam warohmatullahi wabarokatuh." Balas ketiganya.

Seusai kepergian keluarga Nara, Hafizh dan kedua orang tuanya duduk kembali.

"Fizh." Panggil Abi Hamzah.

"Iya Abi."

Abi Hamzah tidak langsung menjawab, ia masih menatap lekat wajah anaknya dan menghela nafas berat.

"Setelah kamu menikah dengan nak Nara, tolong jaga dia ya, buat dia bahagia, agar dia tidak larut dalam kesedihan.

"Insyaallah Abi, larut dalam kesedihan?" Ulang Hafizh ketika mendengar ucapan sang Abi.

"Agar dia mengikhlaskan cinta pertamanya ketika suatu saat cinta pertamanya pergi." Lirih Abi Hamzah, air matanya lurus mengungkapkan isi hatinya, umma Fatimah mengelus punggung Abi Hamza agar sedikit lebih tenang.

"Maaf Abi, Hafizh masih bingung ini maksudnya gimana?" Tanya Hafizh ketika tidak mengerti ucapan sang Abi.

CINTA SEORANG HAFIZ ANA ROSIDA 126

"Arham mengidap penyakit jantung,dan jika dia tidak secepatnya mendapati tranplantasi jantung maka ia akan meninggal dengan rasa sakitnya." Beritahu Abi Hamza.

Hafizh yang mendengar penuturan sang Abi diam mematung, ia berusaha mencerna semuanya, rasanya semuanya hancur.

"Jadi ini maksud Abi menjodohkan kami berdua?"dengan mata tersorot kesedihan Hafizh berucap.

Abi Hamza mengangguk "Biar Abi ceritakan".

( Flash back )

Abi Hamzah dan ayah Arham mengadakan pertemuan, keduanya sempat bercanda ria menceritakan masa masa mudanya yang lalu.

"Ham." Panggil Arham ketika Hamzah tengah fokus ke layar handphone.

"Iya Ar, bentar bentar ini istri saya lagi chat."

"Kenapa?" Tanya Abi Hamzah setelah menaruh handphonenya di meja.

"Kamu ingat perjanjian kita dulu."

Abi Hamzah berusaha mengingat sesuatu, hingga beberapa menit ia menatap ayah Hamza dan mengangguk.

"Perjodohan." Kata Abi Hamzah setelah mengingat semuanya.

"Ya betul, mungkin sekarang waktunya kita menjodohkan anak kamu dan anak saya."

"Emangnya anak kamu sudah lulus SMK?"

"Belum tapi sebentar lagi insyaallah lulus."

CINTA SEORANG HAFIZ ANA ROSIDA 127

"Kenapa kammu terburu buru sekali Ar."

Ayah Arham terdiam cukup lama, ia mengingat kenangan kenangan dengan anaknya dan istrinya.

"Saya takut tidak bisa menikahkan anak satu satunya saya ham."

"Kenapa kamu bicara seperti itu Ar, kematian ada di tangan tuhan."

"Iya memang benar kematian ada di tangan tuhan, tapi saya sudah tidak kuat ham, saya sakit, saya sudah lelah dengan penyakit saya ini."

Abi Hamzah berusaha mencerna setiap kata yang keluar dari mulut ayah Arham.

"Saya sakit gagal jantung ham." Ucap ayah Arham dengan suara tercekat, ia menatap Abi Hamza dengan raut permohonan " tolong kita lakukan perjodohan secepatnya dan saya mau Hafizh dan Nara menjadi suami istri agar saya tenang, ketika suatu saat Tuhan mengambil nyawa saya."

Tanpa sadar Abi Hamza menitihkan air mata, ia melihat seorang Arham rapuh, lelaki tangguh tapi berbeda ketika ada di hadapannya.

Abi Hamzah memeluk tubuh sahabatnya mencoba menguatkan " kamu pasti bisa lewati ini semua, dan insyaallah kamu akan sembuh. Kita akan mengadakan pertemuan untuk perjodohan anak kita."

Ayah Arham tersenyum mendengarnya." Terima kasih ham,"

"Sama sama."

CINTA SEORANG HAFIZ ANA ROSIDA 128

(Flash back of)

Hafizh tercengang ketika mendengar cerita dari sang Abi " Ini tidak benar kan Abi?"

"Ini kenyataannya nak."

"Bagaimana jika Nara mengetahui?" Sungguh Hafizh memikirkan bagaimana rapuhnya Nara ketika mengetahui ayahnya ternyata memiliki penyakit yang berbahaya dan mengancam nyawanya.

"Nara sudah terlanjur tau, tapi Arham langsung mencari akal agar Nara tidak sedih, dan sekarang Nara taunya Arham sudah proses penyembuhan."

Hafizh bernafas lega setidaknya Nara tidak terlalu larut dalam kesedihan.

****

"Terus gue harus gimana ren, gue sayang sama dia, gue gabisa kehilangan dia." Kejadian malam itu, membuat Alya shock dan depresi, akhir akhir ini yang ia lakukan hanya melamun dan menangis.

Reni yang sedang menjenguk Alya menatap iba sahabatnya itu. " Udah Al, berarti Hafizh bukan jodoh Lo."

"Ga segampang itu Ren, 7 tahun gue nunggu dia buat cinta , tapi apa yang gue dapet, hanya rasa sakit." Tatapan mata Alya tersorot kesedihan ia menatap Reni penuh permohonan.

CINTA SEORANG HAFIZ ANA ROSIDA 129

"Plis ren bantu gue." Ucapnya dengan sedikit memohon.

Reni menghela nafas panjang " iya gue bantu, tapi bantu apa?"

"Singkirkan cewek itu, agar jauh dari hafiz." Ucapan Alya terdengar serius terlihat dari matanya yang menyorot tajam dan kedua tangannya tergenggam erat.

Reni mendengar permintaan sahabatnya menggeleng keras. " Lo gila! gak gak bisa gue gabisa lakuin ini."

"Plis Al jangan,karena cinta Lo ngelakuin hal hal yang kriminal, gue tau Lo baik dan Lo gak akan lakuin ini " Reni berusaha membujuk sahabatnya itu, Reni tau Alya adalah gadis baik hanya saja gadis itu sedikit kehilangan arah karena sebuah cinta.

Alya tertawa keras." Ok Vine kalo Lo gak bisa bantu, gue sendiri yang akan lakuin." Kata Alya penuh penekanan.

"Al Lo apa apaan sih, ayo sadar jangan sampai amarah yang nguasain Lo." Tangan Reni berusaha mengelus punggung Alya yangs Edang emosi.

Tapi Alya segera menepis tangan Reni " Sahabat gue gamau bantu, jadi gue harus turun tangan sendiri."

Reni mengalah " Ya gue bantu!."

Mendengar ucapan Reni, Alya tersenyum senang dan memeluk sahabatnya itu.

CINTA SEORANG HAFIZ ANA ROSIDA 130

CINTA SEORANG HAFIZ ANA ROSIDA 131

Chapter 19

Kamis pagi ini ada mapel yang banyak disukai para siswa siswi di GRAHA SCHOOL, bagaimana tidak pembelajaran olahraga yang sering kali dilakukan diluar kelas, tentu saja menjadi kesenangan bagi para siswa siswi.

Kali ini olahraga akan di gabung karena akan melakukan praktek untuk kelulusan kelas 12.

Kelas 12 A,B,C,D menjadi satu. Bahkan lapangan kini sudah dipenuhi beberapa siswa siswi. Praktek kali ini dicampur dari kelas kelas lainya.

Nara dan Meira tersenyum senang, ketika keduanya menempati 1 kelompok yang sama.

'Duk Duk Duk' bunyi mic yang diketuk oleh panitia.

"Assalamualaikum warahmatullahi wabarokatuh." Salam sang panitia memulai praktek dengan salam.

"Waalaikumussalam warohmatullahi wabarokatuh." Balas seluruh siswa.

Nara dan Meira duduk di kerumunan ratusan siswa di bawah pohon mangga dekat lapangan, tepuk riuh semakin jelas ketika guru olahraga memulai praktek voli.

Sebagian kelompok sudah terpanggil dan menyelesaikan permainan nya dengan sangat mudah.

Raut muka Nara sedikit tegang ketika kelompoknya sudah terpanggil, ia memaksakan senyumnya berusaha menetralkan kegugupannya.

CINTA SEORANG HAFIZ ANA ROSIDA 132

"Ayo Ra." Ajak Meira.

Nara tersenyum "Ah iya." Nara pun beranjak berdiri mengikuti langkah Meira ketengah lapangan.

Terdengar sorakan sorakan menyemangati dari kelasnya, tangkisan dimulai dari Hania teman kelompoknya juga, gadis itu melempar bola kepada afi dan berlanjut kepada Meira, kini giliran Nara yang menangkap dah yah!! Berhasil, Nara tersenyum lega ketika bola itu sudah bisa ia tangkap.

Tapi sorakan terdengar kembali, finish terakhir adalah memasukkan bola voli itu ke dalam ring, Nara sempat menatap kelompoknya yang tersenyum seolah olah mengatakan 'kamu bisa'.

Nara menetralkan degup jantungnya, matanya terpejam memasrahkan semuanya, dengan matanya yang tertutup ia melemparkan bola itu.

Hitungan detik, tepuk tangan meriah Nara dapati, matanya tetap terpejam erat.iapun mendapati serangan pelukan dari teman temanya dan matanya pun terbuka ketika teman temanya bersorak senang, karena Nara memasuki bola voli tercepat.

Selesainya praktek bola tadi, Nara langsung mengajak Meira ke kantin, ia lupa telah melewati makan paginya, karena sehabis sholat subuh tidur lagi, dan yah tadi pagi Nara kesiangan dan tidak sarapan.

"Aku tebak kamu belum sarapan ya?"

Mendapati pertanyaan Nara mengangguk membenarkan dari ucapan Meira.

CINTA SEORANG HAFIZ ANA ROSIDA 133

"Iya, tadi aku kesiangan mei."

Meira berdecak mendengar ucapan Nara " kamu kebiasaan sih Ra, makanya sehabis sholat tu jangan molor lagi."

"Yaudah bentar, aku pesenin makan dulu, entar maag kamu kambuh lagi."

"Makasih bestie, makanannya seperti biasa ya." Ucap Nara.

Dan diacungi jempol oleh Meira dan melangkah untuk memesan.

****

Pulang sekolah kali ini lumayan pagi dari hari biasanya, Nara tengah menunggu taksi online pesanannya di depan halte yang tidak jauh dari sekolahnya.

Awalnya Nara sempat di tawari pulang bareng bersama Meira, tapi Nara menolak karena ia tau Meira sekarang ada acara keluarga dan jika mengantar dirinya akan memakan waktu cukup lama.

Dari ke kejauhan sosok laki laki tengah menatap lekat wajah Nara, ia tersenyum sebelum melajukan motornya melesat ke suatu tempat.

"Dengan mbak Nara?" Tanya driver taksi online

"Benar pak." Ucap Nara dan melangkah untuk masuk ke dalam taksi itu.

CINTA SEORANG HAFIZ ANA ROSIDA 134

Setelah masuk Nara menyuruh sang taksi mengantarnya ke alamat yang sudah ia katakan.

Sekitar 10 menit lamanya, hingga taksi itu tiba di depan restauran, Nara melangkah turun dan memberikan uang seratus ribu rupiah.

"Ini mbak kembaliannya."

"Tidak usah pak, kembaliannya buat bapak saja."

"Ya Allah terima kasih mbak, semoga rezekinya makin lancar."

"Aamiin, saya terima kasih juga pak."

Setelah itu Nara melangkah masuk ke restaurant, langkahnya mengarah ke salah satu resepsionis.

"Permisi mbak." Ucap Nara ramah.

"Iya, selamat siang ada yang bisa saya bantu?" Tanya sang resepsionis dengan senyum ramahnya.

Nara mengangguk " saya ada keperluan dengan pemilik restaurant ini, apa pak Hafizh ada?"

Sang resepsionis itu mengangguk mengerti " Mari saya antar."

Keduanya tiba di depan ruangan Hafizh, sang resepsionis mengetok pintu tidak lupa mengucapkan salam terlebih dahulu.

Tidak menunggu lama sosok lelaki kekar keluar.

"Waalaikumussalam, Ada apa Fani?" Tanya Fariz.

"Em maaf pak saya menganggu, ini ada tamu yang ingin bertemu dengan pak Hafizh."

CINTA SEORANG HAFIZ ANA ROSIDA 135

Fariz menoleh ketika mengetahui siap orangnya, dan menyuruh Fani untuk kembali bekerja.

"Kamu Nara Calon istrinya Hafizh?"

"Iya benar pak."

"Yasudah sebentar, saya panggilkan dulu Hafizh."

Kk

Nara hanya menganggukkan kepala tak ingin menjawab.

Fariz melangkah masuk, dengan senyum menggoda, sedangkan Hafizh kebingungan melihat Fariz yang berbeda dari sebelumnya.

"Siapa riz?" Tanya Hafizh yang sibuk berkutat dengan laptopnya.

"Calon istri Lo." Ucapan fariz berhasil membuat netra Hafizh yang semula menatap laptop kini sepenuhnya menatap Fariz.

"Siapa?" Ulangnya, sebenarnya Hafizh mendengar tapi ia ingin mendengarnya sekali lagi untuk meyakinkan.

"Itu si Nara, calon istri Lo kan? Ada di depan tuh." Dagu Fariz mengarah ke depan pintu yang terbuka lebar.

Tanpa bertanya kembali, Hafizh segera melangkah menuju luar pintu.

"Nara." Panggil Hafizh ketika sudah sampai di depan pintu dan melihat Nara membelakanginya.

Nara yang semula membelakangi pintu menoleh ke arah yang menyebut namanya.

CINTA SEORANG HAFIZ ANA ROSIDA 136

"Kenapa?" Tidak mendapati sahutan Hafizh kini kembali bertanya.

"Em boleh bicara ga pak?" Tanya Nara dengan suara pelan.

Hafizh menoleh ke kiri dan ke kanan menatap lorong ruangannya yang cukup sepi. " Kita bicara di bawah saja, disini sepi takut ada sesuatu."

Nara tentu menyetujuinya, justru ia bisa bernafas lega karena di tempat ini cukup sepi baginya.

Kini Nara dan Hafizh tengah duduk di salah satu meja bundar yang tersedia di restaurant itu.

"Mau bicara apa?" Ulang Hafizh, ketika ia telah duduk di kursi berhadapan dengan Nara.

"Ini perihal pernikahan kita."

"Lalu?"

"Nara mau minta izin."

Hafizh menghela nafas " iya mau minta izin apa?"

"Apa boleh nanti setelah kita nikah, Nara kerja?"

"Kalau saya tidak mengizinkan, apa kamu akan menuruti?"

Terlihat dari raut wajah Nara berubah seketika. Hafizh tersenyum melihat raut wajah Nara yang terlihat sedih.

"Maksudnya, bukan kamu yang kerja, tapi kamu yang mempekerjakan."

"Gimana ceritanya."

"Ya bisah karena kamu bosnya."

CINTA SEORANG HAFIZ ANA ROSIDA 137

Chapter 20

Keduanya tidak banyak membicarakan hal hal karena mereka masih tau batasan antara lelaki dan perempuan walaupun keduanya sudah terikat akan tetapi kita tidak tau kedepanya bukan.

Setelah selesai berbincang dengan Hafizh Nara memutuskan untuk pulang, awalnya Hafizh sempat berniat ingin mengantar Nara tapi apalah daya, Nara sangat kekeuh untuk pulang sendiri, ia tidak ingin merepotkan walaupun Hafizh sudah katakan ia tidak merasa direpotkan.

Dilain sisi Reni, Rendra, Alfin dan Resti tengah menjenguk Alya.setelah kejadian malam itu Reni menceritakan kepada Rendra sepupunya, kalau Alya tidak baik baik saja.

"Gimana keadaan Lo Al." Tanya rendra

"Baik."

"Apa bener Lo gini gara gara, Hafizh mau nikah?"

Alya mengangguk, matanya kini tampak bengkak karena sering menangis.

"Sorry Al, gue gabisa bantu banyak, intinya Lo harus move on dari Hafizh, lagi pula sebentar lagi dia akan menikah."

Mendengar penuturan dari Rendra, entah mengapa membuat dada Alya sesak, ia meremas seprei yang menutupinya berusaha menghilangkan rasa sakit hatinya.

CINTA SEORANG HAFIZ ANA ROSIDA 138

Reni yang melihat Alya meremas seprei menandakan gadis itu keberatan atas ucapan rendra.

"Gue mau ngomong sama Lo, tapi di luar."

"Bentar ya Al." Reni menarik lengan Rendra membawanya menjauh dari kamar Alya.

Setelah keduanya sudah keluar dari kamar Alya, Reni segera melepas tangannya dari lengan Rendra sedikit kasar.

"Lo apa apaan sih Dra, ngomong kayak gitu ke Alya."

" Loh, kok Lo marah ke gue." Bingung Rendra.

"Ya Lo kan tau ke adaan Alya tu masih kacau, sedangkan Lo ngomong kayak gitu."

"Justru menurut gue itu bener, biar Alya gak semakin terluka."

"Cara Lo salah Dra, justru dia makin kacau sekarang."

"Ya Ok Vine gue salah." Rendra berniat ingin masuk kembali tapi segera di tahan oleh Reni.

"Dra tunggu!" Reni menahan Rendra yang ingin masuk

"Apalagi sih reni."

"Gue boleh minta tolong, plis ren tolongin gue."

Sungguh Rendra jengah dengan sepupunya ini " iya apaan."

"Plis cari tau siapa calon istri Hafizh."

Rendra bingung dengan permintaan sepupunya.

"Lo mau ngapain, gue saranin jangan jadi jahat karena teman."

CINTA SEORANG HAFIZ ANA ROSIDA 139

"Plis Dra, gue kasian sama Alya, Lo ga tau jadi dia, menunggu seseorang yang dia cintai bertahun tahun, tapi endingnya menyakitkan."

"Gue emang gatau dan gamau tau, plis jangan paksa gue buat jadi orang jahat. Pesen gue Lo jangan sampai ngelakuin hal hal yang ngebuat diri Lo menyesal, karena kalo Lo sampe ngelakuin itu gue ga akan bantu Lo.!!"

"Dan satu lagi, Lo tadi bilang sayang sama sahabat Lo, berarti kita sama ren, Lo sayang sama sahabat Lo , gue juga care sama Hafizh karena di udah banyak ngebantu gue." Tekan Rendra.

Tanpa di sadari ada lelaki yang mengintip pembicaraan mereka.

****

Nara melangkah menuruni tangga untuk sampai di dapur, ia ingin mengambil air minum karena persediaan air di kamarnya sudah habis.

"Bunda lagi bikin apa?" Tanya Nara yang tengah mengisi air dari galon yang ada di dapur.

Bunda Sania menoleh mendapati sang anak " ini bikin sayur lodeh, mau makan?"

"Engga Bun masih kenyang."

"Tak kirain mau makan, soalnya tumben turun."

CINTA SEORANG HAFIZ ANA ROSIDA 140

"Hehehe sebenarnya Nara males turun Bun, tapi tadi waktu mau minum airnya Udah habis, jadi Nara ambil ke dapur."

Bunda Sania hanya ber oh ria, Karen sibuk menggoreng takut gosong.

"Owh iya Bun, ayah belum pulang?" Nara menoleh ke arah ruang tamu ketika tidak mendapati ayahnya, biasanya sebelum jam 4 ayah Arham sudah duduk di ruang tamu dengan membaca koran.

"Belum, tadi emang udah ngabarin kalau pulang telat "

"Yaudah deh Bun, Nara ke kamar lagi."

"Iya nak, nanti bunda panggil kalau udah mau makan."

Nara mengangguk dan menaiki tangga satu persatu hingga tiba di kamar.Nara merebahkan tubuhnya menghadap langit langit kamar.

"Tinggal hitungan hari aku udah jadi istri orang." Ucap Nara pada dirinya sendiri.

Banyak hal yang Nara takuti tapi segera ia tepis, dari apakah ia bisa menjadi istri yang shalihah? Apakah dia bisa menjadi ibu yang menjadi contoh yang baik untuk anak anaknya suatu ? Bayang bayang itu selalu menghantui isi pikiran Nara beberapa hari ini.

Tapi disisi lain ia beruntung dijodohkan dengan sosok lelaki yang insyaallah baik akhlaknya sopan tutur katanya, pekerja keras, dan pastinya banyak yang mengangumi calon suaminya. Tapi dirinyalah yang beruntung mendapati laki laki itu.

CINTA SEORANG HAFIZ ANA ROSIDA 141

Kling ! Kling !

Suara notifikasi WhatsApp membuyarkan isi pikiran Nara, gadis itu mengambil handphone yang ia taruh di Nakas samping kasur.

Tertera nama Hafizh yang tengah mengirim pesan.

Pak Hafizh.

Assalamualaikum Ra, besok saya jemput jam 7 pagi buat fitting baju pernikahan kita.

Me

Waalaikumussalam iya pak.

Pak Hafizh.

Yasudah, hanya itu yang mau saya bicarakan, maaf menganggu.

Me

Iya pak, tidak menganggu sama sekali.

Hanya itu pesan terakhir dari Hafizh.

Nara menaruh kembali handphonenya sebelum melangkah ke kamar mandi, karena sebentar lagi adzan Maghrib berkumandang.

****

Malam harinya Hafizh tengah duduk di ruang tamu, dengan memangku kitab yang ia baca.

Umma Fatimah datang dengan membawa beberapa cemilan dan secangkir kopi susu.

CINTA SEORANG HAFIZ ANA ROSIDA 142

"Sudah kamu bilang ke nak Nara, kalau besok kalian fitting baju?"

"Sudah umma, tadi sebelum Maghrib."

"Assalamualaikum." Salam Abi Hamza.

Umma Fatimah dan Hafizh beranjak berdiri, untuk menyalami Abi Hamzah.

"Tumben malem Bi pulangnya." Tanya umma Fatimah.

"Iya tadi sempat di ajak berbicara dengan pak kades." Beritahu Abi Hamzah.

Memang benar, awalnya setelah sholat isya dan berzikir Abi Hamza ingin langsung turun terlebih dahulu, tetapi di undakan tangga masjid Abi Hamza bertemu dengan pak kades dan tanpa disadari keduanya berbincang hingga lupa waktu.

"Yaudah, sebentar tak bikini kupi dulu." Seusai mengatakan itu umma Fatimah melangkah ke arah dapur untuk membuatkan sang suami kopi.

Seusai kepergian umma Fatimah, Abi Hamzah duduk berhadapan dengan sang anak yang tengah sibuk dengan kitabnya.

"Bagaimana perkembangan restaurant."

Mendapati pertanyaan sang Abi, Hamzah menutup kitabnya dan di taruh di meja.

"Alhamdulillah lancar Abi."

"Syukurlah

CINTA SEORANG HAFIZ ANA ROSIDA 143

Chapter 21

"Maaf udah buat umma dan pak Hafizh menunggu." Ucap Nara yang baru memasuki mobil Hafizh.

"Tidak sama sekali."

"Gapapa nak." Ucap umma Fatimah dan Hafizh berbarengan.

"Owh iya, bunda kamu mana?" Tanya umma Fatimah.

Nara menatap pintu gerbang dirumahnya, terlihat bunda Sania tengah mengunci pintu gerbang itu karena tidak ada orang.

Ayahnya sejak subuh tadi berangkat ke kantor jadi ia sedari subuh hanya berdua dengan sang bunda.

Tidak menunggu lama, bunda Sania juga ikut masuk dan sempat meminta maaf juga karena telah membuat calon menantu dan calon besannya menunggu.

****

Kurang lebih setengah jam perjalanan,kini Hafizh dan Nara telah sampai di boutique ayu, semuanya berjalan beriringan hingga tepat di depan ruangan Tante ayu, umma Fatimah mengetuk ruangan itu.

Setelah mendapati jawaban, umma Fatimah dan bunda sania melangkah masuk diikuti Nara dan Hafizh.

"Assalamualaikum." Salam umma Fatimah.

CINTA SEORANG HAFIZ ANA ROSIDA 144

"Waalaikumussalam." Tante ayu mempersilakan semuanya untuk duduk dulu.

"Mau Hafizh dulu atau Nara?"

Nara dan Hafizh saling menatap satu sama lain ketika mendengar pertanyaan Tante ayu.

"Pak Hafizh dulu."

"Kamu dulu."

Hafizh dan Nara berucap berbarengan, Tante ayu kebingungan menoleh ke arah Nara dan Hafizh bergantian." Lalu yang mana, dulu ini?" Tanya Tante ayu kebingungan.

"Barengan aja gimana." Goda bunda Sania membuat Tante ayu dan umma Fatimah tertawa, ketika melihat raut wajah Hafizh dan Nara berubah memerah karena malu.

"Kalau menurut umma, kamu dulu ya nak Nara, biar nantik kamu selesai, tanya ke Hafizh apa yang kita g dari yang kamu pakai."

Nara mengiyakan dan mengikuti langkah Tante ayu ke salah satu ruangan.

"Kamu pilih aja Nara."

Nara masih menatap baju baju pengantin, Se taunya ia tidak pernah membuat model seperti ini selama bekerja disini.

"Ini baru ya Tan?"

"Yang mana?"

"Semuanya, soalnya waktu terakhir Nara kesini, ini baju gaada disini dan seingat Nara, ga pernah buat model seperti ini."

CINTA SEORANG HAFIZ ANA ROSIDA 145

"Bener, emang ini baru semua, ini kan pesanan Hafizh dari turki, memangnya Hafizh tidak cerita?"

Nara menggeleng " pak Hafizh gada cerita apa apa ke Nara Tan, kita aja cuman satu kali chattingan." Beritahu Nara.

"Yaudah, pilih dulu mana yang kamu suka nanti di coba dan kasih lihat ke calon suami kamu."

Nara berjalan melihat lihat beberapa baju pengantin hingga akhirnya ia menatap satu baju pengantin simple tapi elegan, tidak membentuk lekuk tubuh dan banyaknya permata yang menambah aura mahal dan kharismatik.

Nara menoleh ke arah Tante ayu yang sedang menatap ke arahnya " boleh cobain ini Tan?"

"Tentu boleh Nara."

Nara melangkah ke bilik ruangan tempat untuk mengganti baju, setelah baju pengantin itu terpakai ditubuhnya, Nara melangkah keluar diikuti Tante ayu.

Hafizh adalah sosok pertama yang menatap Nara ketika berjalan ke arahnya, ia tersenyum namun tidak ada yang menyadarinya.

"Mashaallah."

"Mashaallah nak, kamu cantik sekali." Puji umma Fatimah dan bunda Sania,.

"Ini beneran anak bunda?" Tanya bunda Sania kee dirinya sendiri.

Nara yang mendengar hal itu terkekeh " bukan, aku anaknya ayah arham."

CINTA SEORANG HAFIZ ANA ROSIDA 146

Bunda Sania ikut terkekeh mendengar candaan sang anaknya.

"Em pak Hafizh, Nara boleh pilih yang ini?" Tunjuk Nara dengan menunjukkan baju pengantin yang melekat ditubuhnya.

Sungguh Nara begitu gugup, hanya ingin bertanya, matanya menunduk tak berani menatap Hafizh yang membuat degup jantungnya semakin berdetak kencang.

"Sangat boleh, kau cocok menggunakan pakaian apapun asalkan itu mengikuti syariat islam."

Nara mengangguk dan melangkah untuk kembali ke dalam untuk mengganti pakaiannya.

Sudah satu jam berlalu, Nara dan Hafizh sudah menentukan baju pilihannya masing masing, kini waktunya mereka untuk pulang.

****

Seusai mengantar Nara dan bunda Sania, Hafizh mengantar sang umma terlebih dahulu sebelum bertemu dengan sahabat sahabatnya.

"Umma Hafizh izin harus pergi lagi." Tidak lupa hafiz menciumi tangan sang umma sebelum menyalakan mesin mobilnya.

"Iya nak hati hati "

CINTA SEORANG HAFIZ ANA ROSIDA 147

Setibanya di rumah Aldi, ternyata semua temanya sudah berkumpul, Hafizh mengucapkan salam dan duduk di salah satu kursi kosong dekat dengan Alfin.

"Maaf telat." Ucap Hafizh Ketika baru saja duduk.

"Santai, yaudah apa yang mau Lo omongin, soalnya tumben ngajak kita ngumpul duluan.?" Tanya Rendra.

Hafizh tidak menjawab, ia hanya memberikan lembaran undangan pernikahan yang di taruh di atas meja.

"Ini beneran Fizh." Ketiga temanya kaget tapi tidak dengan Fariz ia tau terlebih dahulu karena memang keduanya setiap hari bertemu.

"Benar, doakan semoga lancar."

"Pastilah, wow makan enak." Ucap Rendra.

Memang dari mereka berlima Rendra lah orang yang paling senang jika berurusan dengan makanan, padahal orang tuanya mempunyai bisnis yang cukup sukses, tapi bukan Rendra namanya jika tidak senang untuk makan gratisan.

"Saya hanya mengundang beberapa orang dan acaranya tidak terlalu mewah, kami juga mengundang anak yatim." Beritahu Hafizh.

"Mashaallah, sungguh mulia hatimu." Perkataan Aldi mengundang semuanya tertawa bahkan Hafizh pun ikut, tetapi hanya tersenyum.

"Bukan ide saya tapi calon istri saya."

"Calon istri gak tuh!" Kini Alfin berucap.

"Hafizh hanya menggeleng geleng kan kepala melihat kelakukan temanya."

CINTA SEORANG HAFIZ ANA ROSIDA 148

"Jaga adek sepupu gue ya Fizh." Aldi berucap dengan serius menatap lekat wajah Hafizh.

"Tanpa kamu beritahu saya pasti akan menjaganya."

"Gue percaya dan gue pegang janji Lo itu.!!"

****

"Kamu kok keluyuran Ra? Calon pengantin gaboleh keluar sembarang Lo."

Kini Nara berada di rumah Meira, sehabis Hafizh mengantarnya tadi, ia berniat untuk kerumah sahabatnya.

Awalnya Nara tidak diizinkan oleh bunda Sania, karena Nara kekeuh dan memaksa akhirnya bunda Sania mengizinkan.

"Emangnya ga boleh main dirumah kamu, lagian aku bosen dirumah terus.

"Ya bukanya gaboleh, aku cuman nanyak kenapa ga minta antar siapa gitu, atau kalok emang kamu kesepian kenapa ga ngechet biar aku aja Yang ke sana."

"Udahlah lagian aku udah sampe dengan selamat."

"Owh iya aku mau ngasih ini ke kamu." Nara mengeluarkan sebuah kertas undangan dari tasnya.

Nara menyodorkan kertas itu dan diterima Meira.

"Ini beneran sahabat aku bentar lagi mau nikah?"

CINTA SEORANG HAFIZ ANA ROSIDA 149

Chapter 22

Kata sakral ijab qobul adalah bentuk keseriusan saya untuk menjadikanmu satu satunya wanita yang ada di hati saya.

Hafizh Abkar Al Ghafi

Happy reading

Hari ini adalah hari dimana dua insan akan terikat sebuah hubungan pernikahan, membina rumah tangga yang harmonis.

Di salah satu gedung mewah dihadiri beberapa tamu undangan kerabat dan anak yatim piatu lainya. Semuanya telah siap untuk melihat proses ijab qobul yang di gelar.

Hari yang begitu cerah, menyesuaikan hati 2 insan yang beberapa menit lagi akan sah menjadi suami istri.

Didepan cermin, terpantul gadis cantik dengan polesan make up yang membuat aura kecantikan nya semakin bertambah. Gaun putih yang melekat ditubuh mungilnya terkesan elegan seperti putri di sebuah kerajaan. Dipadukan dengan hijab syar'i yang menutupi dadanya dilengkapi mahkota yang bertengger sempurna di atas kepala.

"Ra kamu cantik banget, aku sampe pangling." Meira berucap, dengan terkagum kagum menatap cantik wajah sahabatnya itu.

"Ga usah gitu aku malu mei." Nara menutupi wajahnya karena malu.

CINTA SEORANG HAFIZ ANA ROSIDA 150

Bunyi Ketukan pintu membuat Nara dan meira menoleh ke asal suara, Nara mendapati sang ibunda yang tengah berjalan ke arahnya.

"Mashaallah putri bunda, cantik sekali."

Mendengar pujian sang bunda entah kenapa membuat air mata Nara membendung.

"Jangan nangis sayang nantik makeup nya luntur." Bunda Sania menghapus air mata sang Nara dengan tissue.

"Udah yuk, turun acaranya udah mau dimulai."

Nara mengangguk dan berdiri, langkahnya terus menuruni tangga di bantu bunda Sania di sebelah kiri dan Meira di sebelah kanan.

Hafizh menatap kedatangan Nara yang tengah menuruni anak tangga, ia tersenyum menatap cantiknya wanita yang akan menjadi istrinya itu.

"Sudah siap nak.?" Tanya penghulu.

Hafizh menetralkan degup jantungnya dan mengangguk yakin.

"insyaallah saya siap."

Sang penghulu mengangguk menyuruh ayah Arham dan Hafizh berjabat tangan.

"Yaa Hafizh Abkar Al Ghafi binti Hamzah Al Ghafi, An kahtuka Wajawaztuka Mahtubatan binti Arham Malik bil mahri 24434.000.00 junaih masry wamajmu eati adat asshalaa, haalan."

"Qobiltu nikaahaha watazwijahaa bil Mahril maadzkuri haalan." Dengan lantang dan satu tarikan nafas, Hafizh

CINTA SEORANG HAFIZ ANA ROSIDA 151

berucap. Air mata Hafizh luruh ketika menyelesaikan kata sakral itu.

"Sah."

"SAH!!"

Bukan hanya penduduk bumi mendengar kata janji yang terucap dari lisan hafizh , tapi penduduk langit juga, bahkan Arsy bergetar mendengar kata ijab qobul.

"Tanggung jawab ayah sudah berpindah kepadamu nak, jadi ayah titip anak ayah, jadikan dia wanita Sholehah, cintai dia seperti kamu mencintai ibumu, karena dia akan menjadi ibu dari anak anakmu."

"Satu lagi, ayah tidak pernah bermain kasar dia dibesarkan dengan cinta, jadi ayah mohon ketika dia berbuat salah, nasehati lah dia jangan pernah kammu melakukan tindakan kekerasan." Hafizh Mengangguk Mendengar nasehat ayah mertuanya.

"Insyaallah hafizh akan menjaga Nara dengan baik seperti yang ayah ucapkan."

Hafizh mencium tangan abi nya dan ayah mertuanya, sebelum menghampiri sang istri yang tengah menunduk.

Meira sedikit menjauh dari Nara ketika melihat Hafizh yang ingin menghampiri Nara.

"Assalamualaikum Zawjati."

'Blush'

Entah kenapa mendengar panggilan Hafizh tubuh Nara yang semula dingin kini berubah panas, bahkan untuk

CINTA SEORANG HAFIZ ANA ROSIDA 152

sekedar menjawab salam mulutnya sangat kelu untuk berbicara.

"Assalamualaikum Humaira." Ulang Hafizh, kini sedikit keras.

"W- waalaikumussalam." Nara berucap dengan sedikit gugup.

Mendengar Nara menjawab salamnya, Hafizh segera menyodorkan tangannya untuk dicium.

Nara lantas mengambil tangan Hafizh untuk di cium. Dan Hafizh mendaratkan tangannya dia tas kepala dan membacakan beberapa bait doa.

****

Acara ijab qobul telah selesai sedari tadi, kini acara resepsi akan diadakan di tempat yang sama,Nara tidak menyangka para tamu akan sebanyak ini, padahal sudah ia katakan bahwa tidak ingin pernikahannya terlalu mewah.

Sedari tadi Nara menunduk menormalkan detak jantungnya yang terus berdegup, bagaimana tidak sedari tadi Hafizh terus menggenggam erat tangannya yang membuat tubuhnya panas dingin.

"P- pak." Panggil Nara dengan pelan.

Hafizh yang sedari tadi menatap ke depan ,kini menoleh ke arah Nara." Iya kenapa?"

CINTA SEORANG HAFIZ ANA ROSIDA 153

"B- boleh dilepas dulu tangannya, Nara gerah." Sebenarnya bukan gerah tapi Nara sudah tidak kuat, bahkan jantungnya serasa ingin pindah tempat.

Hafizh melepas tautan tangannya "Maaf, Saya tidak sadar tadi."

"Gapapa." Balas Nara sekenanya.

Dari arah depan beberapa teman Hafizh datang, ketiga lelaki itu membuat heboh.

"Selamat Fizh, doain gue cepet nyusul." Ucap Rendra bersalam ala lelaki dengan Hafizh.

"Iya Fizh selamat, doain juga ya, biasanya doa orang baru nikah manjur." Kini Aldi dan fariz berucap yang dibalas gelengan kepala oleh Hafizh, tidak habis pikir dengan ucapan temanya itu.

"Terima kasih sudah hadir." Hafizh berterima kasih ke temanya yang sudah berkenan hadir.

"Santai."

"Owh iya, Alfin kemana?" Tanya Hafizh ketika tidak melihat satu temanya lagi.

"Tadi sih udah Dateng, tapi tiba tiba ada urusan, jadi di cuman nitip salam dan selamat buat lo." Jawab Rendra, karena memang tadi Alfin jalan bersamanya, tapi tiba di ambang pintu, Alfin berucap ada urusan mendadak.

Hafizh mendengar penuturan Rendra merasa janggal, tapi segera ia tepis semua itu.

Hafizh mengangguk mengerti, "yasudah tidak apa apa silahkan nikmati hidangannya, saya tau kalian semua."

CINTA SEORANG HAFIZ ANA ROSIDA 154

"Ra selamat ya, jadi istri yang baik." Ucap Aldi, dan ingin memeluk adik sepupunya itu.

"Makasih Abang." Balas Nara.

Tapi satu tangan segera menahannya, " Maaf dia milik saya, tidak ada yang boleh menyentuhnya."

"Haduh Fizh fizh, kan Lo tau dia dek gue."

Hafizh tidak menjawab membuat Aldi kepalang kesal terhadap Hafizh.

"Yaudah gue turun, jaga adek gue Fizh." Fariz dan Rendra ikut turun setelah pamit ke Hafizh dan Nara.

Nara menatap kedatangan Meira, gadis itu menangkupkan kedua tangannya saat bersalaman dengan Hafizh.

Pelukan keduanya terlepas, Meira menyeka air mata Nara yang mengalir.

"Pengantin baru kok sedih, senyum dong. " Kesepuluh jemari Meira terangkat untuk mengembangkan senyum Nara.

Nara tak membalas apapun, ia hanya bisa menangani diperlukan Meira.

"Jaga Nara ya pak, dia tu cengeng orangnya tapi sok kuat aja." Kini Meira berucap ke Hafizh.

"Pasti saya jaga."

"Yaudah , aku ke bawah dulu Ra, soalnya banyak yang antri, inget jangan nangis malu tu diliatin " Meira melepas pelukan Nara.

"Makasih mei."

"Sama sama ,yaudah aku turun ya."

CINTA SEORANG HAFIZ ANA ROSIDA 155

Ber jam jam keduanya terus berdiri, tidak diberi kesempatan untuk duduk walau hanya beberapa detik.

"Nak Hafizh, Nara kalian makan dulu biar ada tenaga, terus istirahat tamu tamu biar urusan bunda dan umma kalian, lagian sudah tinggal sedikit."

Hafizh berdiri, membantu Nara yang kesusahan berjalan karena gaunnya.

"Nara ke kamar dulu ya bunda."

"Iya nak, gih kalian istirahat pasti capek."

CINTA SEORANG HAFIZ ANA ROSIDA 156

CINTA SEORANG HAFIZ ANA ROSIDA 157

Chapter 23

Disebuah kamar 2 orang yang sudah menjadi suami istri tengah dilanda kecanggungan, lebih tepatnya hanya Nara yang mengalami hal itu sedangkan Hafizh terlihat biasa saja.

"Ra." Panggil Hafizh yang tengah membuka jas yang ia pakai dan hanya menyisakan kaos hitam sebagai dalaman.

"Iya pak." Nara menoleh ke arah Hafizh.

"Masih tetap memanggil dengan sebutan itu?"

"M- maksudnya M - mas." Wajah Nara terasa panas ketika dirinya menyebut kata 'mas'

Hafizh tersenyum mendengar panggilan dari Nara untuk dirinya.

"Saya suka panggilan itu, jangan terlalu sungkan, saya sekarang sudah menjadi suami kamu jadi kalau ada apa apa bicarakan ke saya."

"Ya sudah, saya mau bersih bersih dulu, lepas itu kita istirahat pasti kamu lelah."

Hafizh berlalu dari pandangan Nara, melangkah ke arah kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya yang terasa gerah.

Sedangkan Nara, melangkah ke arah meja rias, untuk membuka kerudungnya, digantikan dengan kerudung oversize.

CINTA SEORANG HAFIZ ANA ROSIDA 158

Saat ingin membuka resleting gaunnya Nara sedikit kesusahan dan dikagetkan dengan tangan seseorang yang membantu membukakan resleting gaunnya.

"Sudah." Ucap Hafizh.

"Terima kasih."

Hafizh mengangguk " Gih bebersih saya sudah menyiapkan air hangat buat kamu mandi."

Tanpa berlama lama, Nara berjalan ke arah kamar mandi sesampainya di kamar mandi Nara mengunci pintu dengan rapat.

"Ya Allah, jantung aku ga aman." Ucap Nara dalam hati.

Sudah beberapa menit berlalu Nara telah selesai dengan mandinya, kini ia keluar dari kamar mandi dengan piyama panjang dan kerudung oversize sampa persis seperti warna bajunya.

Hafizh yang sedang memainkan handphone menoleh ketika melihat Nara keluar dari kamar mandi, handphonenya ia taruh di Nakas dan menyuruh Nara untuk mendekat.

"Sini." Hafizh menyuruh Nara untuk mendekat ke arahnya.

Nara berjalan ke arah ranjang, duduk ditempat yang Hafizh pinta, sebenarnya Nara masih malu jika berduaan dengan Hafizh apalagi di ruangan tertutup, tapi apalah daya, keduanya sudah sah bahkan melakukan hal lebih pun tidak masalah.

CINTA SEORANG HAFIZ ANA ROSIDA 159

"Capek ya?" Tanya Hafizh ketika Nara sudah ada di dekatnya.

Nara mengangguk " iya, tapi dikit kok."

"Mau Mas pijitin?" Tawar Hafizh yang mendapati gelengan cepat dari Nara.

"Gausah mas gapapa kok, paling besok udah baikan."

"Yaudah kamu tidur, dari tadi kan gak istirahat."

"Mas gak istirahat juga?"

"Mas masih mau muroja'ah hafalan dulu, tarlagi mas tidur."

Nara menuruti ucapan Hafizh dan segera membaringkan tubuhnya di samping sang suami.

Sudah satu setengah jam lamanya Hafizh Muroja'ah hafalannya, jam menunjukkan jam setengah sebelas, ia taruh Al-Qur'an ke tempat nakas. Hafizh menatap wajah damai Nara yang terlelap dan rambutnya tertutup hijab.

"Cantik, Selamat tidur zawjati" Hafizh mencium pipi Nara sebelum tubuhnya ia baringkan dan menyusul Nara ke alam mimpi.

****

Bunyi alarm handphone milik Hafizh membuat tidur Nara terusik, Nara membuka matanya membalikkan tubuhnya dan cukup kaget ketika ada Hafizh disampingnya, tapi ia baru mengingat sesuatu jika Hafizh adalah suaminya.

CINTA SEORANG HAFIZ ANA ROSIDA 160

Nara berniat ingin mengelus wajah suaminya, tapi ter urung ketika Hafizh terbangun langsung menatapnya, karena bunyi alarm berbunyi kembali.

"Sudah bangun dari tadi?, kenapa tidak bangunin mas?" Dengan suara khas bangun tidur Hafizh berucap.

Hafizh mematikan alarm di handphone Nya dan melihat jam menunjukkan pukul setengah 3 kurang 15 menit.

"Baru bangun, terus aku duduk mas malah kebangun." Jawab Nara.

"Mau shalat tahajjud bareng mas."

Nara mengiyakan " iya."

"Yaudah, sana mas bersih bersih dulu, Nara Meu nyiapin perlengkapannya."

Hafizh tersenyum sebelum turun ia mencium pipi Nara, yang membuat sang empu bereaksi berbeda " perlengkapannya ada di lemari itu, Sayang."Tunjuk Hafizh ke salah satu lemari. Dan melangkah memasuki kamar mandi.

Nara mematung mendengar ucapan Hafizh apa tadi? 'Sayang' hingga beberapa menit ia sadar dan turun dari ranjang untuk mengambil perlengkapan sholat di lemari yang Hafizh tunjuk.

Seusai Nara menggelar sajadah, ia melihat Hafizh berjalan ke arahnya.

"Udah sana ambil wudhu, mas tunggu sini."

Dua Rakaat sholah tahajud sudah terlaksana, dua insan yang menyatu atas takdir tuhan itu tengah menengadah tangan menyatukan bai baik doa.

CINTA SEORANG HAFIZ ANA ROSIDA 161

"Pada sang pemilik takdir, hamba sangat bersyukur atas nikmat mu, diberikan sosok wanita yang mau dibimbing tanpa ada rasa amarah, mau bersama sama menuju ridho mu tanpa rasa lelah, berikanlah kebahagian yang tiada Tara bagi kami, terima kasih sudah memilih hamba menjadi pendampingnya di dunia dan akhirat, hamba akan menjaga dia dengan sebaik baiknya."

Doa Hafizh.

"Mukjizat mu sangat dahsyat ya Allah, hingga dari banyaknya wanita akulah yang engkau pilih menjadi pendampingnya, terima kasih atas karuniamu, akan ku patuhi dia karena dia begitu sempurna untuk mendidik ku ke jalan yang lebih baik."

Seusai berdoa Nara mengambil tangan Hafizh untuk ia cium, begitu pula dengan Hafizh yang mencium ubun ubun nya.

Seusai sholat dan berdoa, tanpa sepatah kata apapun, Hafizh melangkah mengambil Al-Qur'an yang tadi malam ia taruh di Nakas, dan kembali melangkah ke tempat semula, Nara terus menatap gerak gerik Hafizh hingga lelaki itu duduk di depannya dengan Al-Qur'an yang Hafizh pegang.

"Kata ayah kamu punya hafalan?"

"Iya, tapi jarang di muroja'ah soalnya akhir akhir ini lumayan sibuk."

Hafizh mengangguk " Dengarkan Mas, sesibuk sibuk apapun jangan sampai meninggalkan urusan akhirat apalagi kamu diamanahkan hafalan. Yang mana semua itu harus di

CINTA SEORANG HAFIZ ANA ROSIDA 162

jaga dengan baik, mulai saat ini sesibuk apapun sempatkan untuk muroja'ah ya?"

"Makasih udah ngingetin Nara."

Hafizh memegang pundak Nara yang tertutup mukenah, " Tidak usah berterima kasih, ini sudah tugas Mas untuk selalu mengingatkan kamu, kita belajar sama sama."

"Kalau mas boleh tau, kamu sudah hafal berapa jus?"

"15 belas jus, mau ke enam belas."

"Mashaallah, lanjutkan ya, mas akan bantu sampai kamu hafal 30 jus, dan bergelar Hafizhah.

Mata Nara berbinar gadis itu menerbitkan senyumannya. " Beneran mas."

"Beneran, masa mas bohong.!"

****

Pagi harinya kedua pasangan itu berjalan berbarengan menuju meja makan yang ada di hotel . Seluruh keluarga menatap tersenyum ke arah pengantin baru.

"Serasi ya pengantin baru." Bisik umma Fatimah ke bunda Sania.

Bunda Sania menoleh ke arah anak dan menantunya yang tengah berjalan ke arahnya dan menganggukkan kepala benar, atas ucapan besannya itu.

"Betul, walaupun jarak umur mereka terpaut 5 tahun, tapi mereka sangat serasi, tampan dan cantik perpaduan yang pas."

CINTA SEORANG HAFIZ ANA ROSIDA 163

"Sudah sudah, ini di meja makan jangan berbicara.!" Tegur Abi Hamzah, dan ayah Arham berbarengan yang melihat para istri tengah berbisik bisik.

"Pagi, semuanya." Sapa Hafizh, lelaki itu menggeser kan kursi agar Nara langsung duduk, setelah itu dirinya duduk di sebelah sang istri.

Mendapati perlakuan seperti itu, Nara sebisa mungkin menahan senyumannya, karena disini masih banyak keluarganya.

Sedangkan para orang tua tersenyum melihat pemandangan hal itu, dan mereka bersyukur walaupun pernikahan mereka tidak didasari rasa cinta tapi mereka berusaha untuk saling mencintai sebagaimana suami istri lainya.

CINTA SEORANG HAFIZ ANA ROSIDA 164

CINTA SEORANG HAFIZ ANA ROSIDA 165

Chapter 24

"Umma dan yang lainya pamit dulu, kalian hati hati di jalan." Peringat umma Fatimah sebelum menaiki mobil yang sudah terparkir dihalaman hotel.

"Iya umma pasti." Jawab Hafizh.

Sedangkan bunda Sania telah berlalu terlebih dahulu untuk menyiapkan sesuatu, karena nantinya Hafizh dan Nara akan menginap di rumah bundanya sebelum di boyong Hafizh.

"Kamu ada yang ketinggalan?" Hafizh bertanya mumpung keduanya masih ada di area hotel.

Nara menatap dirinya dari pantulan kaca mobil, menelisik pakaiannya jika ada yang kurang dan membuka tasnya guna melihat barang barang apa ada yang ketinggalan.

"Gaada, mas." Jawab Nara, dan menutup tasnya kembali.

"Yaudah kita. Berangkat sekarang." Hafizh membukakan pintu untuk Nara dan setelah Nara masuk, ia memutari mobil dan ikut masuk.

Diperjalanan, tidak ada yang bersuara antara Hafizh dan Nara, keduanya sama sama bungkam tidak ada yang ingin memulai pembicaraan, bunyi radio yang menyanyikan lagu kesukaan Nara membuatnya enggan berbicara dengan Hafizh, karena sangat menikmati alunan lagu yang bergenre Arabic song.

CINTA SEORANG HAFIZ ANA ROSIDA 166

Nara tersadar akan sesuatu, ketika mobil suaminya tidak berjalan ke arah rumahnya.

"Kita mau kemana?" Nara bertanya karena ia cukup hafal jalanan sini, ini bukan arah untuk kerumahnya.

"Saya mau ke Indomaret sebentar, ada yang mau di beli." Pandangan Hafizh sekilas menatap kearah Nara.

Nara hanya ber oh ria saja, ia tidak berbicara kembali, hingga tiba di depan Indomaret.

Hafizh mematikan mesin mobil,dan membuka seat belt nya, ia menoleh ke arah Nara, "kamu ikut saya atau mau tunggu disini?"

"Kalau Nara tunggu disini gapapa?" Bukan menjawab justru Nara kembali bertanya.

"Tidak apa apa tunggu sini, saya hanya sebentar."

Nara hanya mengangguk.

"Totalnya 254.000 mas." Ujar sang kasir.

Hafizh mengangguk, dan menyodorkan kartu black card.

Seusai membeli yang diperlukan, Hafizh melangkah untuk keluar, tapi bahu seseorang tidak sengaja menubruknya, dan kresek yang ia pegang terjatuh.

Wanita itu berniat untuk mengambil kresek yang terjatuh karenanya, ia menoleh ke arah lelaki itu untuk mengembalikan, dan betapa terkejutnya dia ketika melihat sosok lelaki yang ia cintai.

"Hafizh" Alya berniat memegang tangan Hafizh, tapi Hafizh segera cepat menghindar.

CINTA SEORANG HAFIZ ANA ROSIDA 167

"Maaf Al, saya harus pergi istri saya pasti menunggu."

"I__ istri, jadi kata anak anak tu bener kalau kamu nikah" suara Alya tercekat, air matanya menumpuk di pelupuk mata siap terjun.

"Iya, saya sudah menikah, jadi tolong hilangkan perasaan kamu terhadap saya." Tegas hafiz, ia hanya tidak mau ada orang yang tersakiti karenanya, walaupun nyatanya dia yang memulai rasa sakit.

"Yasudah Al, saya duluan Assalamualaikum."

Alya menatap punggung Hafizh, ada rasa sesak yang ia dapatkan ketika mendengar fakta menyakitkan dan lebih parahnya dari seseorang yang ia cintai.

"Jika aku gabisa dapetin kamu, maka istri kamu juga gaboleh dapetin kamu. Kita tunggu tanggal mainnya!" Alya menoleh sekilas sebelum masuk ke dalam Indomaret.

Sedangkan Nara, ia melihat dengan jelas suaminya tengah berbicara dengan seseorang wanita, tapi ia berusaha tepis rasa yang membuatnya sakit hati. Tetapi didalam benaknya ia bertanya tanya siap wanita itu? Kenapa berbicara dengan suaminya?

Sedang berkelana dengan pikiran, Nara terkaget dengan suara pintu mobil yang terbuka.

"Kenapa bengong hmm."

"Hah, gapapa kok mas." Jawab Nara seadanya.

"Yaudah, kamu mau mampir kemana? Atau mau langsung pulang aja?."

CINTA SEORANG HAFIZ ANA ROSIDA 168

Nara masih berfikir dan Hafizh setia menunggu jawaban dari istrinya.

"Kayaknya pulang aja deh mas, pasti kamu capek nyetir."

"Tidak, saya tidak lelah, kalau kamu mau ke suatu tempat akan saya antar."

Nara menggelengkan kepala " udah pulang aja, lain kali ke suatu tempatnya."

Hafizh menuruti kemauan Nara, ia berbelok ke arah kiri ketika berada di perempatan untuk menuju rumah mertuanya.

Sesampainya di pelantaran rumah Nara , Hafizh segera turun untuk membukakan pintu mobil untuk Nara.

"Makasih." Ucap Nara setelah turun dari mobil.

"Sama sama."

****

"Bunda, kuah sopnya kayanya kurang garam deh." Beritahu Nara yang tengah mencicipi kuah sop bikinan bunda Sania.

"Yaudah, ditambah garamnya Ra."

Setelah semuanya selesai dimasak bunda Sania menyuruh Nara untuk memanggil suaminya, begitupun bunda Sania memanggil ayah Arham.

Cklek.

CINTA SEORANG HAFIZ ANA ROSIDA 169

"Mas.." panggil Nara yang memasuki kamarnya tidak menemukan sosok suaminya, ia menoleh ke arah kamar mandi yang tertutup, Nara menduduki ranjang tidurnya menunggu suami yang kemungkinan berada di dalam kamar mandi.

Suara derup langkah kaki menelusup pendengarannya, nara menoleh dan mendapati hafizh tengah berjalan kearahnya.

Nara beranjak berdiri,ketika Hafizh duduk di samping Nara," ayo mas makan melem, udah ditungguin bunda sama ayah."

"Yaudah ayo," Hafizh menggenggam tangan Nara sampai di meja makan.

"Jangan sungkan ya Fizh, anggap rumah sendiri." Kata ayah Arham.

"Iya ayah."

"Mas mau pakai sambel?" Tanya Nara yang tengah mengambilkan lauk pauk untuknya.

"Sedikit saja."

Selama makan keempatnya tidak ada yang berbicara, beberapa menit semuanya telah selesai dengan makanan malamnya, Hafizh dan ayah arham berada di ruang tamu sedangkan Nara dan bunda Sania tengah membereskan sisa makanan dan mencuci piring yang habis digunakan.

"Nara.." panggil bunda Sania.

CINTA SEORANG HAFIZ ANA ROSIDA 170

Nara menoleh ke arah bundanya, ia hanya menjawab dengan deheman dengan tangannya yang sibuk mencuci piring.

"Kamu sekarang sudah menjadi istri, semua tanggung jawab ayah, sudah menjadi tanggung jawab suami kamu,jadi bunda harap apapun masalahnya harus dibicarakan dengan suami kamu."

"Surga kamu sudah berpindah ke nak Hafizh, jadi bunda mau kamu menjadi istri yang Sholihah, patuhi semua yang suamimu katakan selagi itu baik kerjakan, jangan sesekali membantah suami, karena itu akan menghambat jalanya kamu masuk surga."nasihat bunda Sania.

"Satu hal lagi, perlakukan ibu mertuamu seperti kamu memperlakukan bunda,jangan beda bedakan mana antara ibu dan mertua semuanya sama setara, dia melahirkan sosok suamimu dan bunda ini melahirkan kamu."

"Hanya itu yang mau bunda bilang." Bunda Sania menjeda ucapannya dan mengambil sesuatu dari sakunya. " Ini pemberian dari nenek kamu untuk bunda, kalung liontin berbentuk bunga mawar, katanya walaupun orang lain menyakitimu ia akan membantumu karena ada duri yang tertanam, jadi jangan balas orang yang menyakitimu tapi doakan dia semoga bisa berubah kedepanya."

Bunda Sania mengambil tangan Nara yang telah bersih, ia berikan kalung liontin itu untuk anaknya. " Ini dari nenek kamu buat bunda, dan sekarang bunda akan kasik ini ke kamu,

CINTA SEORANG HAFIZ ANA ROSIDA 171

jaga baik baik ya nak, bunda sayang kamu." Bunda Sania mencium puncak kepala Nara.

"Ajak suami kamu, ini udah malam."

"Iya bunda, makasih atas nasehatnya Nara akan selalu mengingat atas ucapan bunda."

"Sudah seharusnya bunda menasehati kamu nak."

Nara tersenyum haru, dan memeluk erat bundanya.

CINTA SEORANG HAFIZ ANA ROSIDA 172

CINTA SEORANG HAFIZ ANA ROSIDA 173

Chapter 25

Suatu keberuntungan bisa mendapatkan kamu.

Hafizh Abkar Al Ghafi

Happy reading

Di gedung yang cukup terbengkalai ada satu sosok lelaki dan 2 sosok wanita yang tengah beradu argument. Semuanya terasa menegangkan ketika salah satunya membicarakan hal yang cukup membahayakan.

"Lo dan gue sama." Tunjuk lelaki itu kepda salah satu wanita yang ada disana.

Gadis itu menaikkan satu alis, merasa kebingungan dengan ucapan lelaki yang ada di depannya "sama? Maksudnya."

"Ya gue suka sama wanita yang dinikahi cowok yang Lo suka itu.!"

"Jadi gue mau ngajak Lo kerja sama, " lelaki itu menyodorkan tangan guna menyetujui tidaknya kerja sama antara keduanya.

Gadis itu tersenyum dan menyodorkan tangan,guna mengiyakan.

"Yaudah gue cabut, " Dan tanpa sepatah katapun, lelaki itu mengambil kunci motornya dan keluar dari gedung tua itu.

Sedangkan dua wanita itu tersenyum merekah, sebelum ikut berlalu dari gedung itu.

CINTA SEORANG HAFIZ ANA ROSIDA 174

****

Kedua pasutri itu tengah berada di belakang halaman, memandangi beberapa tanaman yang tumbuh dengan segar,di kebun itu disediakan tempat seperti gazebo untuk diduduki agar menikmati suasana dengan tenang.

Hafizh yang tengah mencabuti rerumputan yang menalar di bunga bunga indah seketika tersenyum jahil ke arah istri nya yang sangat fokus terhadap bunga bunga di depannya.

Hafizh melihat hewan melata yang berada di tanah lumpur yang menumpuk.

Dengan ide jahilnya Hafizh menakut nakuti Nara dengan cacingnya di lempar ke arah Nara, namun tidak sampai mengenai.

"Aaaaa..." Nara berteriak dan seketika bangkit ketika cacing itu berada tepat di samping tangannya yang ingin mencabuti rerumputan.

Hafizh tergelak melihat istrinya yang ketakutan, ia pun ikut berdiri, walaupun tawanya tak kunjung pudar.

Nara menatap curiga ke arah suaminya "pasti Mas yang melempar!"

"Iya maaf mas yang melempar, lagian kamu fokus banget sama tanamannya sampai lupa kalau ada mas." Tutur Hafizh.

CINTA SEORANG HAFIZ ANA ROSIDA 175

"Ish, nyebelin." Nara berlalu dari kebun itu melangkah ke samping rumah untuk mencuci tangannya dan melangkah masuk kedalam rumah.

"Saya, salah?." Tanyanya pada diri sendiri.

Hafizh ikut berlalu menghampiri sang istri yang tengah merajuk karena ulah ya sendiri.

Sebelum masuk ke dalam rumah, Hafizh melihat sang ayah tengah duduk di teras ditemani secangkir kopi dan kertas koran yang dibaca.

Hafizh menghampiri dan ikut duduk disamping sang mertua.

"Bagaimana hubungan kamu dengan anak ayah, dia mematuhi kamu kan?" Ucap sang ayah ketika mendapati sang menantu tengah menghampirinya.

Hafizh menoleh mendapati pertanyaan hal itu. " Alhamdulillah, Nara mematuhi saya yah, dia wanita yang gampang diatur dan tidak mudah untuk melawan, selama beberapa hari ini menikah yang saya ketahui dari sifatnya, dia gadis kuat Sholehah dan pekerja keras." Jeda sejenak " Saya bangga memiliknya"

Ayah Arham menatap sang menantu, menepuk punggung Hafizh singkat " ayah percayakan dia bersanding dengan kamu, jaga dia jika suatu saat ayah sudah tidak ada, tolong kuatkan dia."

"Ayah jangan berbicara seperti itu, semuanya tergantung ketetapan Allah, insyaallah ayah akan sehat dan saya akan menjaga Nara semampu saya."

CINTA SEORANG HAFIZ ANA ROSIDA 176

"Iya nak, terima kasih sudah menerima anakku ayah."

Hafizh menggeleng " seharusnya Hafizh yang berterima kasih sama ayah, dari banyaknya lelaki yang menginginkan Nara, tapi ayah memilih Hafizh untuk bersanding dengannya."

"Ayah bersyukur memiliki menantu seperti kamu."

"Yasudah kalau begitu ayah mau ke dalam, panasnya sudah terasa menyengat, kamu kedalam juga, susul istrimu tadi ayah liat dia masuk dengan wajah kesal."

Hafizh menggaruk kepalanya yang tidak gatal, kenapa ia begitu lupa dengan istrinya? Padahal niatnya tadi ingin menemui istrinya tapi terurung ketika melihat mertuanya tengah duduk diteras.

Cklek.

Bunyi pintu, membuat Nara yang tengah memainkan handphone menoleh ke arah pintu, ia mendapati sang suami berjalan ke arahnya.

"Ra.." panggil Hafizh.

"Sayang." Panggil Hafizh kembali, kini dengan suara lembutnya, ia menghampiri Nara yang tengah menundukkan kepala.

"Maafin mas ya?"

Hening tidak ada jawaban membuat Hafizh semakin merasa bersalah.

Nara menatap sekilas, ia menatap raut wajah Hafizh yang merasa bersalah.

CINTA SEORANG HAFIZ ANA ROSIDA 177

"Sayang, maafin mas ya?" Untuk kesekian kalinya Hafizh mengucapkan maaf.

"Hmm." Nara hanya berdehem singkat.

****

"Mas tau tempat ini." Tanya Nara yang baru keluar dari mobil Hafizh.

"Iya, mas sempat nolongin anak kecil yang hampir keserempet mobil.dan anak itu minta mas Antar ke sini." Beritahu nya seraya mengandeng tangan Nara dan melangkah menuruni kolong jembatan.

Keduanya sampai di bawah kolong jembatan, di sana sudah banyak anak anak yatim piatu yang bermain bahkan bercanda gurau.

"Assalamualaikum." Salam Nara dan Hafizh berbarengan.

"Waalaikumussalam, wah ada kak Nara." Seru salah satu gadis yang ada disana.

"Ini siapa kak, pacar kak Nara ya." Goda salah satu dari mereka.

"Iya, pacar halal kakak."setelah itu Nara terkekeh sendiri " ini suami kakak tim." Jawab Nara kepada Fatimah.

"Kalian sih ga Dateng waktu kakak nikah." Nara berucap dengan nada merajuk.

"Iya kak, maaf ya kita ga Dateng.

"Gapapa, ini Kaka Dateng biar kalian tau suami kakak."jelas Nara yang mendapati seruan godaan dari anak panti semuanya.

CINTA SEORANG HAFIZ ANA ROSIDA 178

"Reyhan." Panggil Nara.

Reyhan melangkah lebih mendekat ketika dipanggil oleh Nara.

"Nih bagiin, sama rata ya!"Peringat Nara yang mendapati anggukan dari Reyhan.

"Siap kak." Reyhan dengan gaya hormatnya.

"Owh iya, kakak kok ngak liat Faiz, dia kemana tim?"

"Ada dibelakang sana kak, dia pasti senang kalau ada kakak." Tunjuk Fatimah ke salah satu pohon rindang.

Nara mengangguk " yaudah Kaka mau samperin dia dulu, kamu makan gih ."

Nara melangkah bersama Hafizh mendekati salah satu pohon yang ditunjuk Fatimah, dan mendapati Faiz tengah duduk bersandar di akar pohon yang cukup besar.

"Faiz kenapa kok sendirian disini?"

"Kak Nara, loh kok ada Abang ganteng?"

Nara mengikuti arah tunjuk Faiz, ia mengerutkan kening tanda bingung. " Abang ganteng?"

"Iya, Faiz kan pernah cerita ke kakak waktu faiz hampir keserempet mobil dan ditolong kakak ganteng, ya kakak ganteng nya dia." Tunjuk Faiz kearah Hafizh.

Begitupun dengan Hafizh ia sama kagetnya dengan Faiz namun ia tidak seheboh Faiz dan menatap lembut ke arah istrinya yang tengah menatap ke arahnya.

"Kok bisa kebetulan ya." Heran Nara.

"Semuanya sudah ketetapan takdir Ra, "

"Owh iya, Abang ganteng kok bisa sama kak Nara?"

CINTA SEORANG HAFIZ ANA ROSIDA 179

"Panggil saja dengan sebutan kamu terhadap istri saya"

"Jadi waktu iku, kak Nara ngundang kita anak yatim buat pernikahan."

"Iya, tapi kalian ga Dateng."nada Nara terdengar sedikit merajuk, membuat Hafizh yang melihatnya gemas sendiri.

"Maaf ya, kak ."

"Iya gapapa, Kaka cuman becanda, lagian sekarang kita ketemu lagi ya kan." Nara berusaha merubah suasana yang terlihat sedih menjadi cukup bahagia.

Sudah satu jam lamanya Hafizh dan Nara berkumpul dengan para anak yatim piatu, keduanya berniat ingin pulang setelah melakukan aktivitas bersama anak yatim itu.

"Ra, saya butuh pendapat kamu."

Nara menoleh ke arah Hafizh yang tengah sibuk menyetir. "Iya, soal?"

"Kalau saya, membangun sebuah panti buat anak anak tadi apa kamu setuju."

"Kamu beneran?" Kaget Nara.

Hafizh mengangguk " iya saya serius, boleh apa tidak."

"Kenapa harus tanya ke aku, ya pasti boleh lah." Nara tersenyum haru setelahnya.

"Kan kamu istri mas, ya mas harus tanya kamu dulu, mungkin buat kamu ini hal kecil tapi bagi mas sebuah pendapat dari sebuah pasangan adalah momen yang relatif, kita wajib bertanya dan berpendapat, dan jawaban atas yang

CINTA SEORANG HAFIZ ANA ROSIDA 180

ditanyakan itu menjadi sebuah hal yang berharga, bisa menciptakan moment yang orang lain tidak miliki."

"Untuk kedepanya kita harus saling jaga kepercayaan dan jangan sampai kurangnya komunikasi dalam hubungan kita ini."

"Makasih sudah, melibatkan aku dalam hal apapun." Nara reflek memeluk Hafizh dari samping yang dibalas Hafizh dengan kecupan.

"Suatu keberuntungan bisa mendapatkan mu" ucap Hafizh dengan disertai beberapa kali kecupan di puncuk kepala Nara.

"Justru aku yang beruntung bisa dapet lelaki Sholeh seperti kamu mas."

"Kita sama sama beruntung, saling melengkapi yang masih kurang di dalam diri kita masing masing."

"Owh iya, besok ikut saya ya ke bandung sekalian pamitan sama ayah dan bunda, kita tinggal di rumah yang sudah mas siapkan."

"Besok ya?" Tersirat nada kesedihan.

"Kenapa? kamu masih mau sama ayah bunda, kalau gitu gapapa kita nginep satu hari lagi."

Nara segera menggeleng " ngak, aku ikut kemana suamiku pergi."

"Pintarnya."

"Owh iya, ngapain kita ke bandung?"

"Rahasia, besok saja setelah sampai di bandung baru mas ceritakan."

CINTA SEORANG HAFIZ ANA ROSIDA 181

Chapter 26

"Kamu masih inget kan sama ucapan bunda kemarin?"

"Inget bunda."

"Bunda mau, kamu menjadi istri yang Sholihah, ikuti apapun yang suamimu katakan selagi itu benar dan baik ya." Bunda Sania memeluk erat anaknya, tidak mudah melepas putri satu satunya, tapi semua itu bunda Sania korbankan demi kebahagian anaknya.

"Makasih ya bunda, udah menjadi sosok ibu yang sangat baik."

"Dan untuk ayah, terima kasih juga sudah menjadi pahlawan tanpa jasa, mengorbankan segalanya hanya untuk membahagiakan Nara, ayah akan selalu menjadi cinta pertama Nara."

Ayah Arham terenyuh mendengar ucapan putrinya, ia merentangkan tangannya dan Nara membalas pelukan ayah Arham.

"Ayah sayang, dan bangga memiliki sosok putri yang cantik, baik dan tentunya Sholehah, jadi istri yang mematuhi suaminya nak, tanggung jawab ayah sudah berpindah ke suamimu jadi perlakukan dengan hormat dia seperti kamu menghormati ayah."

Ayah Arham menghapus air mata sang anak yang terus mengalir membasahi pipi chubby nya.

CINTA SEORANG HAFIZ ANA ROSIDA 182

"Dan untuk kammu Hafizh, ayah minta tolong jaga dia, perlakukan dia sebagaimana kamu menjaga ibumu."

Hafizh mengangguk " iya ayah, Hafizh akan menjaga Nara semampu Hafizh, dia wanita yang Allah takdirkan untuk dicintai bukan untuk disakiti."

"Iya nak."

"Yasudah kami pamit ya ayah bunda, insyaallah kita sering sering ke sini." Nara menyalami bunda dan ayahnya diikuti Hafizh setelah itu keduanya memasuki mobil dan berlalu dari pekarangan rumah ayah Arham.

"Semoga ini yang terbaik ya mas." Ucap bunda Sania yang masih setia menatap kepergian anaknya dan sang menantu.

"Insyaallah ini yang terbaik,." Ayah Hamzah mengelus punggung istrinya guna berusaha menenangkan kesedihan sang istri.

"Ayo ke dalam, nanti kita tunggu kabar dari anak kita kalau sudah sampai ke bandung."

****

Allahuakbar Allahuakbar

Suara adzan terdengar di penjuru arah, menyuruh para pekerja ataupun para pengendara untuk berhenti sejenak untuk melaksanakan kewajiban.

CINTA SEORANG HAFIZ ANA ROSIDA 183

"Kita sholat disini dulu ya,takutnya waktu sholat ashar terlewat kalau kita lanjutkan perjalanan." Beritahu Hafizh yang menggulung lengan bajunya.

Keduanya berpisah di bilik toilet, Hafizh memasuki toilet untuk laki laki dan Nara untuk perempuan.

"Mas.." panggil Nara pelan setelah keluar dari toilet, Nara menoleh ke arah Hafizh dan mendapati suaminya tengah mengantri untuk berwudhu.

Hafizh menoleh dan menaikkan satu alisnya seolah menanyai ada apa?.

Nara melangkah mendekati Hafizh " Aku lagi uzur." Bisiknya.

Hafizh menatap istrinya yang terlihat gelisah, dan menutupi bagian belakangnya.

"Gimana dong." Panik Nara.

"Kamu tidak membawa itu?" Yang dimaksud 'itu' adalah pembalut tapi mungkin Hafizh sedikit malu untuk berucap.

"Aku lupa kalau setiap dua bulan sekali tanggal haid aku berubah jadi aku lupa buat beli."

Hafizh menghela nafas " Yasudah tarlagi kita beli, tapi saya sholat dulu, kamu tunggu didepan sana." Tunjuk Hafizh di undakan tangga masjid paling bawah.

Nara mengikuti apa yang Hafizh ucapkan ia melangkah ke tempat yang Hafizh tunjuk.

Sekitar 10 menit lamanya Nara menunggu Hafizh, hingga orang yang ditunggu berada di sampingnya, Nara

CINTA SEORANG HAFIZ ANA ROSIDA 184

menoleh ke arah Hafizh yang tengah merapikan rambutnya yang sedikit basah karena air wudhu.

"Udah?" Tanya Nara yang sibuk merapikan tatanan rambut Hafizh.

"Udah ayok," Hafizh berdiri diikuti Nara.

Keduanya memasuki mobil dan Hafizh melajukan mobilnya.

Di Perempatan jalan, Hafizh melihat salah satu Indomaret , ia memutuskan berhenti untuk membeli yang sangat dibutuhkan sang istri kali ini. Pembalut.

"Kamu tunggu sini, biar mas yang beli."

Nara menahan lengan kanan Hafizh yang mau membuka pintu mobil.

"Kenapa?"

"Kamu tunggu sini aja, biar aku yang beli sendiri."

"Kalau saya memangnya kenapa.?" Tanya Hafizh.

"Emangnya kamu ga malu." Cicit Nara.

Hafizh membenarkan posisi duduknya, ia menatap Lamat wajah Nara " Bentar! Malu?, Dengarkan mas, seusai pengucapan ijab qobul dan di sah kan oleh keluarga kita, sejak saat itu tentang kamu kehidupan kamu, kelebihan serta kekurangan kamu, mas terima , jadi untuk apa mas malu, kamu istri mas dan seharusnya membantu kamu jika membutuhkan , ingat! Jangan berbicara itu lagi mas ini suami kamu, panggil mas jika kamu membutuhkan sesuatu. Paham!!"

Nara tidak berkutik, ia mengerjakan matanya meminimalisir detak jantungnya, baru pertama kali mendengar

CINTA SEORANG HAFIZ ANA ROSIDA 185

ucapan suaminya begitu panjang, dan setiap kata membuatnya tergelitik bahagia.

"Ya sudah mas mau turun dulu buat beli itunya."

Nara mengiyakan dan menatap punggung Hafizh yang menjauh memasuki Indomaret.

Sekitar 3 jam perjalan kini Hafizh sampai di halaman pesantren Al Maliki bandung, tepat saat itu suara adzan Maghrib berkumandang keduanya berucap basmalah bersama.

Nara menelisik sekeliling banyaknya santri berlalu lalang terburu buru untuk melaksanakan sholat Maghrib berjamaah.

Terlihat dari arah depan 2 pria menunduk hormat ke arah Hafizh.

"Assalamualaikum Gus," salam Ilham dan Reza menyalami tangan Hafizh dengan takzim.

"Waalaikumussalam, panggil nama saja."

"Ah sungkan Gus, kalau begitu saya pamit mau sholat dulu." Pamit kedua lelaki itu, namun sebelum melangkah keduanya melirik singkat ke arah Nara.

"Ayo kita masuk." Ajak Hafizh, tangannya menggenggam lembut Nara.

Keduanya memasuki sebuah rumah cukup sederhana namun terlihat megah, di samping kanannya ada sebuah gazebo dan dilengkapi tanaman tanaman cantik membuat suasana terkesan begitu indah.

Nara mengangguk saja, dan mengikuti langkah Hafizh yang memasuki rumah itu.

CINTA SEORANG HAFIZ ANA ROSIDA 186

"Assalamualaikum." Salam Hafizh dan ia mengetuk pintu sebanyak tiga kali.

Ketukan ke tiga pintu terbuka menampilkan satu wanita berparas cantik.

"Waalaikumussalam, lohh Abang." Kaget wanita itu.

Nara sedikit Cemburu ketika wanita itu menyalami punggung tangan Hafizh dengan takzim, dan Nara menatap Hafizh yang tidak ada pergerakan sama sekali seolah olah iya sudah biasa diperlakukan hal itu dengan wanita di depannya.

"Kakek dan nenek ke mana sil?" Tanya Hafizh.

"Kakek lagi sholat berjamaah, kalau nenek lagi sholat dikamar." Beritahu wanita yang bernama Silvi.

Wanita yang bernama Silvi itu menoleh ke arah wanita yang bersama Hafizh, Silvi mengerutkan alis tanda bingung menerka nerka siapa wanita yang bersama Abang sepupunya itu.

"Owh iya, kalau yang di samping Abang siapa?"

Hafizh menoleh ke arah sang istri dan menerbitkan senyumannya " kenalin ini istri Abang,"

Kata spontan yang keluar dari mulut Hafizh membuat Silvi tersedak air liurnya sendiri, ia menatap tak percaya Hafizh kalau dia sudah menikah.

"Kok Silvi gatau."

"Iya, Abang cuman ngundang beberapa, lagian kan kamu baru aja pulang dari Mesir mana bisa Dateng."

"Hehehe owh iya lupa." Kekeh Silvi.

CINTA SEORANG HAFIZ ANA ROSIDA 187

"Owh iya kak, aku adik sepupunya bang Hafizh, namanya Silvi." Silvi menyodorkan tangannya ke arah Nara dan di balas sama oleh Nara.

"Salam kenal aku Nara." Ucap Nara sedikit kaku.

"Kalian serasi perpaduan cantik dan tampan , owh iya kalau kak Nara sekarang kerja atau kuliah?"

"Masih sekolah." jawab Nara.

"Hah.. maksudnya gimana." Bingung Silvi.

CINTA SEORANG HAFIZ ANA ROSIDA 188

CINTA SEORANG HAFIZ ANA ROSIDA 189

Chapter 27

"Hah.. maksudnya gimana?" Bingung Silvi.

"Iya, aku masih sekolah, insyaallah tiga bulan lagi baru lulus."

Silvi menatap Hafizh dan Nara bergantian " Abang maunya sama yang daun muda ternyata." Usil Silvi membuat Hafizh melotot kan matanya.

"Astagfirullah." Hafizh hanya menggelengkan kepala mendengar ucapan adik sepupunya itu.

"Ben__" Silvi yang hendak ingin menimpali kembali, terurung ketika melihat sang kakek tengah berjalan ke arahnya.

Kedatangan kyai Ali yang di bantu 2 lelaki pengurus ndalem, membuat Hafizh Nara dan Silvi berdiri, mereka menyalami dengan takzim kakeknya.

"Baru Dateng Fizh." Tanya kakek Ali, yang baru menduduki salah satu kursi yang memang disediakan untuk kyai Ali.

"Ngih kek, Hafizh baru Dateng."

Kakek Ali menatap perempuan yang tengah menunduk di samping sang cucu " ini istrimu? "

"Ngih kek, ini istri Hafizh."

Sebelum berucap kembali, kakek Ali menyuruh kedua pemuda abdi ndalem kepercayaannya untuk meninggalkannya. tempat ini.

CINTA SEORANG HAFIZ ANA ROSIDA 190

"Kalian berdua sudah boleh pergi, terima kasih sudah nganterin ngeh."

"Sami sami kyai, kami pamit undur diri Assalamualaikum."

Setelah kedua pemuda itu pergi, netra kyai Ali mengarah ke sosok wanita yang sedari tadi menunduk.

"Siapa namanya nduk?." Tanya kyai Ali kepada Nara.

Nara yang sedari tadi menunduk, kini menatap kyai Ali dan tersenyum tipis. " N- nama saya, Nara kyai."

Kyai Ali tersenyum " Cantik seperti nama mu."

"owh iya sudah bertemu dengan nenekmu?" Tanya kyai kepada Hafizh.

"Belum kek, tadi Silvi bilang masih shalat."

"Yasudah, nanti kita bicara lagi, pasti kalian lelah perjalanan jauh dan belum sholat pastinya, antar istri ke kamarmu fizh."

****

"Kamu dulu mas, biar aku yang nyiapin semuanya." Ucap Nara ketika keduanya telah sampai di kamar Hafizh.

Hafizh mengiyakan dan melangkah memasuki kamar mandinya.

Nara menatap sekeliling kamar, banyak kitab kitab yang tersusun rapi di dalam rak, Nara melangkah lebih mendekat ketika netranya menatap satu kitab yang tidak tersusun rapi.

CINTA SEORANG HAFIZ ANA ROSIDA 191

Ia berniat ingin merapikannya ketika telah berada di depan kitab itu,netranya menyerobok lurus judul sampul kitab itu bertuliskan kitab Fathul izhar.

Ingin menggapai buku itu, untuk melihat isi dari kitab namun terurung ketika bunyi pintu kamar mandi terbuka, terlihat Hafizh berjalan ke arah ranjang dengan handuk

Yang menutupi setengah tubuhnya.

Nara sudah tidak begitu kaget lagi, Karen ia sudah cukup terbiasa dengan Hafizh yang hanya menggunakan handuk jika selesai mandi.

Namun tetap saja walaupun Nara sudah cukup terbiasa ia tidak bisa menyangkal bahwa jantungnya berdetak lebih kencang dari biasanya jika Hafizh seperti itu.

"K_ kamu kok ngak langsung pakai baju sih mas."

"Kan baju Mas dipegang kamu." Beritahu Hafizh dan arah matanya menunjuk ke arah tangan Nara yang membawa baju Koko warna hitam dipadukan sarung berwarna putih liris abu abu.

"Hehehe iya Nara lupa." Kekeh Nara yang dibalas gelengan oleh Hafizh.

"Sana pakai, ntar waktu Maghrib hampir habis loh." Nara menyodorkan baju untuk Hafizh segera pakai.

"Eh eh eh, kok disini, dikamar mandi sana." Panik Nara, ketika Hafizh hampir saja membuka handuknya.

"Kenapa?"Hafizh bertanya seolah olah tidak faham dengan ucapan istrinya.

CINTA SEORANG HAFIZ ANA ROSIDA 192

"Pake tanya kenapa lagi, udah ih sana cepetan pake baju mas,!!"

"Iya sayang iya."

Hafizh bergegas Menganti baju dan lantas menunaikan sholat tiga rakaat sholat Maghrib.

Seusai Hafizh sholat, Nara berniat membersihkan diri sebelum keduanya harus keluar menemui kakek dan nenek Hafizh.

Sedangkan di dapur ndalem, sedang riuh para ustadzah dan para abdi ndalem tengah berbisik-bisik ketika mendengar sesuatu dari salah satu santriwati yang bertugas di bagian ruang ndalem.

"Mbak Dina tau ngak, tadi ada Gus Hafizh, tapi yang bikin Neneng bingung, beliau bawa seorang wanita." Bisik Neneng yang ternyata bisikannya terdengar seluruh warga dapur karena memang dapur ya sedikit hening.

"Neneng?" Panggil ustadzah Risa.

"Iya ustadzah." Neneng menoleh ke arah ustadzah Risa.

"Kamu tadi ngomong apa?"

"Owh itu ustadzah, tadi waktu Neneng lagi piket di ruang tamu ndalem, Neneng gak sengaja ngeliat Gus Hafizh tapi sama perempuan." Ujarnya jujur.

"Mungkin, Ning azura," timpal ustadzah lia yang berada di samping Risa.

"Bukan ustadzah Neneng kenal sama Ning azura, sedangkan perempuan itu asing di penglihatan Neneng."

CINTA SEORANG HAFIZ ANA ROSIDA 193

"Kamu serius?"

"Iya ustadzah, ngapain saya bohong."

"Ya sudah terima kasih infonya, kamu kerjain lagi itunya."

"Iya ustadzah."

Neneng kembali berjalan ke arah Dina yang tengah memotong wortel dan tempe untuk persiapan konsumsi makanan besok pagi.

"Beneran ada Gus Hafizh neng.?" Tanya Dina ketika Neneng sudah duduk ditempat seperti semula.

"Iya bener Din, dan perempuan yang sama Gus Hafizh tu cantik banget, aku yang cewek aja Sampek pangling liat ya."

Dina menerka nerka siapa perempuan yang bersama gusnya itu dan secantik apa perempuan itu.sampai sahabatnya sendiri merasa pangling dengan perempuan itu.

****

Dimeja persegi panjang itu tawa serta candaan menjadi satu, kakek Ali dan nenek Halimah sangat senang atas kedatangan sang cucu dan ditambah kali ini perempuan yang menjadi istri cucunya itu.

Wajah putih berseri namun sudah keriput tersenyum menatap harmonisnya hubungan pernikahan cucunya.

"Maaf ya nak, nenek tidak hadir di acara pernikahan kalian." Sebenarnya sudah jauh jauh hari nenek Halimah ingin menghadiri acara pernikahan cucunya, namun qodarullah

CINTA SEORANG HAFIZ ANA ROSIDA 194

karena umur yang semakin menua membuat nenek Halimah dan kakek Ali tidak biasa berpergian cukup jauh, keduanya hanya melihat dari layan handphone yang tersambung saat acara ijab Qabul di laksanakan.

"Sudah nek gapapa, lagian acaranya sudah berlalu." Hafizh berusaha agar neneknya tidak merasa bersalah.

Tatapan nenek Halimah kini mengarah menatap Nara, yang sedari tadi hanya menyimak.

"Kalian mau menginap berapa lama disini.?" Pertanyaan itu di arahkan untuk keduanya.

Nara dan Hafizh menatap satu sama lain." Nara tergantung Mas Hafizh nek." Jawab Nara.

"Mungkin kita menginap disini tiga harian soalnya Nara harus sekolah." Lirik Hafizh kepada Nara.

"Besok ajak istrimu keliling pesantren." Celetuk kakek Ali.

"Iya kek,memang Hafizh berniat mengajak Nara untuk melihat suasana disini."

"Aku ikut bang." Silvi yang tengah sibuk dengan makanannya ikut bersuara.

"Memangnya kamu ga kuliah.?"

"Nga, kan besok tanggal merah." Silvi memberi tahu.

Nara menatap interaksi Hafizh dan Silvi entah kenapa membuat moodnya seketika berubah, yang awalnya gembira ketika diajak berkeliling pesantren tetapi berubah ketika Silvi berniat ingin ikut. Sebenarnya Nara tidak masalah tapi entah kenapa dirinya kali ini begitu sensitif.

CINTA SEORANG HAFIZ ANA ROSIDA 195

"Astagfirullah, jangan gitu Ra, dia kan sepupunya suami kamu." Nara bergumam di dalam hati.

"Em kak Nara, Silvi boleh ikut gak?" Silvi menatap penuh harap ke arah Nara.

"E-e boleh kok." Nara tersenyum mengizinkan.

"Yeay makasih kak." Silvi begitu senang karena ia baru merasakan mempunyai sosok Kaka wanita, Silvi anak tunggal jadi ia merasa sendiri walaupun memiliki sepupu perempuan juga tapi jarang bertemu karena kesibukan masing masing antara keduanya.

CINTA SEORANG HAFIZ ANA ROSIDA 196

CINTA SEORANG HAFIZ ANA ROSIDA 197

Chapter 28

Tidak usah khawatir, banyaknya wanita di luaran sana tetap namamu yang berada di hati ini.

Hafizh Abkar Al Ghafi

Happy reading.

Hafizh menangkap sebuah perubahan pada diri Nara seusai makan malam bersama, setelah sampai di kamar, istrinya tidak bertegur sapa dengan nya, hanya menyuruh untuk segera tidur dan tidak ada pembahasan lain setelahnya .hafizh menerka nerka apa dirinya berbuat salah?.

"Ra, kamu udah tidur.?" Hafizh memegang bahu Nara yang tertidur membelakanginya.

Sedangkan Nara, sejujurnya dia tidak harusnya seperti itu tapi karena haid moodnya tiba tiba berubah dan ditambah tadi yang membuat dirinya panas.

"Udah mau tidur, mending mas juga tidur biar besok ga kesiangan."

"Kamu kenapa, dari masuk kamar kayak yang marah, apa mas buat salah?"

"Ngak ada."

"Coba sini ngadep mas ngomongnya." Pinta Hafizh yang di balas gelengan oleh Nara.

Hafizh menghela nafas, "Kalau mas buat salah, mas minta maaf ya, tolong jangan menyiksa mas dengan diam

CINTA SEORANG HAFIZ ANA ROSIDA 198

seperti ini. Kalau kita ga cerita gimana mas tau letak kesalahan masalahnya."

"Ngadep sini ya, dosa loh membelakangi suami." Bisik Hafizh di telinga Nara dengan lembut.

Mau tidak mau Nara membalikkan badan menghadap ke arah suaminya, selepas berbalik matanya dan mata Hafizh saling bertatap keduanya sama sama tidak bisa lepas dari pandangan masing masing, namun setelah beberapa menit Nara segera memutuskan kontak mata itu. Nara mengubah posisinya menjadi duduk dan bersandar di tepi ranjang.

"Kenapa Hmm?" Tanya Hafizh yang kesekian kalinya, ia terus menatap manik mata hazel milik nara.

Nara hanya diam tanpa berniat bersuara, tangannya sibuk memilin jari jemarinya sendiri.

Jari telunjuk Hafizh mengangkat dagu istrinya yang tengah menunduk " Coba bilang, apa ada yang bikin kamu ga nyaman disini."

Nara berusaha untuk menghindari tatapan Hafizh, tapi itu nihil Karen seluruh jemari Hafizh berada di dagunya menjadi penopang untuk terus menatapnya.

"G_ga ada mas." Nara sebisa mungkin tetap terlihat biasa saja,walaupun sebenarnya jantungnya sudah tidak aman karena tatapan teduh dari sang suami.

"Atau kamu cemburu gara gara Selvi." Tebak Hafizh tepat sasaran.

CINTA SEORANG HAFIZ ANA ROSIDA 199

Nara melepas tangan sang suami yang berada di dagunya "Nga_ pain A_aku cemburu." Ucap Nara menyangkal.

"Kenapa kamu gugup gitu ngomongnya."

"Siapa yang gugup, udah ah aku mau tidur udah malem." Nara hendak merebahkan tubuhnya kembali, namun terurung ketika suaminya menahan tubuhnya.

"Kalau kamu memang bener ga marah, kenapa kayak ngehindar dari tatapan mas."

"Siapa yang ngehindar, aku itu cuman mau tidur."

"Yasudah sana tidur, mas mau nganter Silvi dulu."

Nara yang mendengar perkataan suaminya, lantas terduduk kembali, sedangkan Hafizh berusaha menyembunyikan kedutan di bibirnya.

"Mau kemana?" Tanya Nara sedikit sewot.

"Ga aku izinin." Ucap Nara kembali.

Hafizh tersenyum ketika melihat raut wajah istrinya yang kesal, ia sekarang tau kenapa istrinya mendiami dirinya sedari tadi karena cemburu ke Silvi yang ber notabene sebagai sepupu sepersusuannya.

"Mas mau bicara, kamu dengerin jangan dipotong dulu.mengerti!"

Nara mengangguk.

"Yang pertama saya minta maaf karena tadi saya bersalaman dengan Silvi, awalanya mas mau cerita tapi lupa, dan sekarang waktunya yang pas buat cerita, Silvi itu anaknya om irhas saudara kandungnya Abi, nah waktu saya umur 2

CINTA SEORANG HAFIZ ANA ROSIDA 200

tahun Tante Lisa istrinya om Irhas melahirkan, tapi karena. Keadaanya kritis selama 2 Minggu, umma berniat membantu untuk memberikan asi untuk Silvi. Jadi kami berdua saudara sepersusuan. Nah untuk kedekatan mas sama Silvi itu udah hal biasa karena saya menganggap Silvi seperti saya ke Zulfa, hanya sebatas adik tidak lebih, begitupun Silvi menganggap saya sebagai kakak, karena dia anak satu satunya." Beritahu Hafizh.

Nara tidak berkutik, jadi ia cemburu ke saudara sepersusuan suaminya, Nara merutuki dirinya karena sudah berfikiran yang tidak tidak.

"Maaf." Cicit Nara.

"Tidak apa apa, kalau kamu merasa cemburu berarti itu tanda cinta." Kekehan Hafizh yang di balas cubitan di perut Hafizh.

"Tidak usah khawatir, banyaknya wanita di luaran sana tetap namamu yang berada di hati ini." Ucap hafizh penuh lembut.

****

Pagi ini sesuai dengan perkataan semalam, Nara dan Hafizh ditemani silvi tengah berjalan mengelilingi pondok pesantren, sesekali Nara berdecak kagum menatap berbagai keindahan yang berada di sekitaran pesantren ini.

Para santri sesekali mengucapkan salam dan menunduk hormat ketika para cucu kyai nya berjalan melewati

CINTA SEORANG HAFIZ ANA ROSIDA 201

segerombolan para santri dan santriwati bahkan para ustadz dan ustadzah pun ikut menyalami cucu kyai nya, berharap dapat berkah.

"Kok masjidnya ada dua mas?"

"Iya, untuk shalatnya dipisahkan antara akhwat Dan Ikhwan begitupun para ustadz dan ustadzahnya."

"Bahkan asramanya berjauhan antara laki dan perempuan agar menghindari yang namanya ikhtilat, tabarruj dan sebagainya"

"Kenapa harus berjauhan, kan pasti ada para pengurus jika ada yang melanggar?"

"Kita tidak tahu kedepanya seperti apa,kalau kita dari awal menyepelekan hal kecil lalu kedepanya bagaimana, kita memang mempercayakan kepada pengurus tentang hal itu, tetapi kita juga harus mengkondisikan keadaan agar pengurus bisa nyaman mengayomi dengan leluasa dan tidak kecolongan."

Nara hanya ber oh ria saja, dan mendengarkan kalimat yang diucapkan sang suami.

"Udah ah, aku mau kesana dulu, kalian berdua aja keliling pesantren nya, lama lama aku tertekan ngeliat keuwuan kalian." Silvi beranjak pergi meninggalkan kedua pasutri yang tengah kebingungan, hingga keduanya sama tergelak, entah apa yang di tertawakan.

Kini keduanya tengah duduk lesehan di pinggir danau belakang pesantren, keduanya sama sama menikmati semilir angin yang menghembus dipermukaan muka keduanya.

CINTA SEORANG HAFIZ ANA ROSIDA 202

Nara sedari tadi tidak melunturkan senyumannya ketika menatap ke arah danau, terlihat disana ada dua angsa yang tengah berenang bersama di tengah tengah danau yang indah. Dipinggiran yang ditumbuhi bunga cantik berwarna warni menambah kesan indah di permukaan danau itu.

Disaat Nara menatap indahnya danau itu, berbeda dengan Hafizh, sedari tadi dirinya terus menatap Lamat Lamat wajah istrinya yang terus mengembangkan senyuman dan sesekali tertawa, tangannya merogoh handphone yang berada di saku gamisnya dan.

Ckrek.

1 foto tersimpan di galeri handphone Hafizh.

"Menatap indahnya ciptaan mu membuat jantungku berdesir memekik rasa kagum yang begitu istimewa."

Kalimat yang Hafizh ucapkan membuat Nara menoleh dan menganggukkan kepala singkat.

"Iya mas, danaunya sangat indah." Ucap Nara membenarkan.

"Bukan danaunya," Hafizh terus menatap lekat mata indah milik nara.

"Terus?"

"Ciptaan Allah yang berupa manusia kuat berhati lembut ditakdirkan bersanding dengan saya, kesempurnaan memang tidak ada, tapi entah mengapa bersamamu kesempurnaan itu melekat dan menjadi satu ketika menatap mu wahai ke kasih halalku."

CINTA SEORANG HAFIZ ANA ROSIDA 203

"Mari bersama, sampai maut memisahkan kita, tetap berpegangan dengan erat ketika badai tiba. Siap?"

Nara menautkan jari nya dengan jari Hafizh "Siap pangeran ku.!" Keduanya tersenyum gembira di pinggir danau itu. Dan dua angkasa itu bersuara seolah olah ikut bahagian dengan kedua pasangan itu.

CINTA SEORANG HAFIZ ANA ROSIDA 204

CINTA SEORANG HAFIZ ANA ROSIDA 205

Chapter 29

Sudah tiga hari lamanya Hafizh dan Nara menginap di pesantren sang kakek, kini keduanya berniat untuk pulang ke jakarta karena memang tidak bisa berlama lama kerena kesibukan keduanya, Nara yang masih berstatus sebagai pelajar dan Hafizh sebagai pemilik restaurant tentunya harus memberi contoh yang baik untuk para karyawannya.

Barang barang pun sudah dimasukkan ke dalam bagasi, Nara dan Hafizh menyalami kakek dan neneknya sebelum memutuskan pergi.

"Kami pamit ya kek, nek, insyaallah kami berdua sering sering kesini jika ada waktu."

"Iya, ingat Fizh berkendara hati hati tidak usah ngebut asalkan selamat sampai tujuan." Peringat nenek Halimah.

"Ya sudah kami pamit nek titip salam juga buat Silvi, Assalamualaikum."

"Waalaikumussalam warohmatullahi wabarokatuh."

Saat Hafizh ingin membukakan pintu untuk Nara, panggilan seseorang membuatnya terurung untuk membuka pintu itu.

"Assalamualaikum Gus, Ning." Sapa ustadzah Risa yang kebetulan melintasi jalanan yang dilewati Hafizh dan Nara.

"Waalaikumussalam" jawab Hafizh dan Nara berbarengan.

CINTA SEORANG HAFIZ ANA ROSIDA 206

Ustadzah Risa menatap Nara dan Hafizh bergantian " Maaf Ning, apa boleh saya berbicara empat mata dengan Gus Hafizh?" Izinnya penuh harap.

"Silahkan, tapi jangan terlalu jauh."

"Terima kasih Ning, mari Gus."

"Disini saja ustadzah. Mau membicarakan tentang apa?"

"Em, sebelumnya maaf Gus saya lancang berbicara ini, tapi saya harus mengatakannya,"

Hafizh hanya diam mendengarkan setiap perkataan ustadzah Risa tanpa berniat menimpali, dan sedari tadi ia tidak menatap ke arah ustadzah Risa dan terus menunduk.

"Silahkan."

"Maaf Gus, saya sempat mencintai sampean, tapi setelah saya mengetahui sampean telah menikah, saya memilih untuk mundur, saya hanya ingin mengutarakan perasaan saya walaupun tidak terbalas, dan terima kasih sudah sempat mengisi hati saya walaupun nyatanya itu hanya sebuah harapan menjadi angan angan."

"Cuman itu Gus yang mau saya sampaikan dan selamat atas pernikahan sampean dengan Ning Nara semoga langgeng selalu."

"Kalau begitu saya pamit Gus, Assalamualaikum." Ustadzah risa berbalik dan berlari setelahnya air matanya luruh begitu saja setelah mengutarakan isi hatinya pada sosok lelaki yang tidak bisa ia miliki.

CINTA SEORANG HAFIZ ANA ROSIDA 207

Sedangkan Hafizh tetap berdiri mencerna ucapan ustadzah Risa, yang sempat menjadi temanya selama 6 tahun di pondok kakeknya.

Hafizh menepis semua ucapan tadi, dan melangkah menghampiri Nara yang tengah menunggu dirinya di dalam mobil.

"Maaf lama."

"Gapapa, emang ngomongin apa mas?"

"Nanti saya cerita setelah kita sampai ."

****

"Gue biarin mereka bersenang senang dulu, kita atur jadwal secepatnya, tapi tunggu aba aba." Ucap seseorang dari telfon.

"Yang penting jangan bertele tele." Balasnya.

"Santai,ikutin apa kata gue.lo percaya kan.?"

"Percaya percaya aja."

"Yaudah tutup dulu, gue ada urusan."

Tanpa sepatah katapun, si penelpon di sebrang sana segera mematikan sambungannya.

"Sial!, gue jadi babunya."

****

Selama perjalanan, tiada henti hentinya nara berkomat Kamit bergumam pujian atas indahnya kota bandung saat ini,

CINTA SEORANG HAFIZ ANA ROSIDA 208

indahnya suasana yang asri dan banyaknya pepohonan membuat lingkungannya terasa rindang.

"Berapa jam kira kira mas, kita sampai di jakarta."

"Tergantung, kalau jalanan macet kemungkinan tiga jam man mungkin bisa lebih, kenapa emangnya?"

"Gapapa,"

"Kalau kamu bosen atau apa, mending tidur biar ga capek."

"Aku ga capek mas, justru pasti kamu yang capek."

"aku temenin kamu aja, biar ga kesepian.

Hafizh tersenyum lalu menggenggam tangan istrinya dengan lembut dan Nara balas dengan sapuan halus dipunggung tangan suaminya.

Setelah kurang lebih 3 jam lamanya, kini keduanya memasuki salah satu rumah lantai dua dengan desain interior yang mewah namun terkesan simple, bercat gold emas di luarnya.

"Tolong bukain pintunya sayang, mas mau ngambil barang barang di bagasi."

"Sandinya tanggal pernikahan kita." Lanjutnya, ketika Nara hendak ingin bertanya.

Tidak lupa mengucapkan salam, sebelum satu langkah kakinya memasuki rumah berlantai dua itu.

"Mas, kamu gak berlebihan apa, beli rumah Segede ini buat kita yang hanya dua orang."

"Kata siapa dua orang."

"Hah, owh berarti umma sama Abi disini juga.?"

CINTA SEORANG HAFIZ ANA ROSIDA 209

"Bukan.!"

"Lah... Terus.., kalau bicara jangan setengah setengah dong mas." Sebal Nara.

"Anak kita!." Bisik Hafizh tepat di samping telinga Nara, dan setelah mengucapkan 2 kata itu Hafizh berlalu menuju dapur.

Nara terdiam kaku, perutnya serasa diterbangkan ribuan kupu kupu, dan pipinya terasa panas mendengar kalimat singkat namun bermakna hal lain untuk keduanya.

Setelah sadar, Nara melangkah ke kamar dirinya dan Hafizh setelah diberi tahu letak kamarnya yang berada di lantai atas.

Memasuki kamar yang ternyata suaminya tengah duduk, membuka aksesoris yang di pakai seperti jam tangan.

"Mas kamu laper?" Tanya Nara yang tepat berada di samping suaminya.

"Belum, kalau kamu?"

"Heem, tapi bahan dapur gaada gimana dong, apa aku belanja dulu di Indomaret depan."

"Jangan nanti sore aja kita belanja, sekarang saya pesenin Go food aja biar cepat."

"Kamu mau pesen apa?"

"Nasi goreng boleh?." Pinta Nara.

" Boleh."

****

CINTA SEORANG HAFIZ ANA ROSIDA 210

Kali ini sesuai ucapan tadi, Hafizh dan Nara tengah berbelanja di salah satu mall ternama di kota jakarta, kenapa keduanya memilih mall dari pada Alfamart, tentunya jawaban keduanya karena lebih lengkap.

Keduanya berjalan beriringan hingga langkahnya terhenti di salah satu bilik toko yang menyediakan berbagai bahan kebutuhan dapur pokok.

"Apa lagi ya?" Ucap Nara pada dirinya sendiri dan menatap kertas yang sedari tadi ia bawa.

Kertas itu ada list belanjaan yang sengaja ditulis agar tidak terlupa.

"Beras udah, bumbu bumbu dapur udah?."Nara tengah mencentang Yang telah dibeli

"Owh iya mie sampe lupa." Nara mendekati Rak yang berisikan berbagai macam varian rasa.

Hafizh yang melihat istrinya tengah mendekati berbagai macam mie langsung mendekat.

"Paling sedikit 3 bungkus."

Nara yang mendengar ucapan itu segera berbalik dan mendapati suaminya tengah menatap dirinya dengan tangan yang menyilang.

"5 ya mas." Bujuk Nara.

"Kalau tidak mau, tidak usah." Hafizh berniat membalikkan badannya namun terurung ketika tangan Nara menahan untuk berbalik.

"Iya.. iya.. aku beli 3 aja."

CINTA SEORANG HAFIZ ANA ROSIDA 211

"Dengerin, mas melarang kamu beli banyak bukan mas pelit tapi mas memikirkan kesehatan kamu, mie itu tidak baik untuk tubuh."

"Kamu boleh beli apapun tapi mie jangan terlalu banyak ya.. mas tidak mau kamu sakit. Paham cantik."

Nara mengangguk " makasih mas udah ngejaga aku."

"Tidak usah makasih ini sudah kewajiban mas."

Seusai berbelanja, keduanya tidak berniat kemanapun jadi langsung pulang karena beberapa menit lagi adzan Maghrib segara tiba.

CINTA SEORANG HAFIZ ANA ROSIDA 212

CINTA SEORANG HAFIZ ANA ROSIDA 213

Chapter 30

Terhitung sudah 1 bulan lamanya Nara dan Hafizh menikah, kini keduanya disibukkan dengan urusan masing masing, bertemu pun saat sore hari bahkan pernah Hafizh pulang malam karena urusan pekerjaannya yang tidak bisa di tunda. Namun ia masih bisa menghandle untuk tidak menginap Karena tidak mau tinggalkan istrinya.

Sore ini kota jakarta di guyur hujan lebat, yang biasanya siang hari terasa panas menyengat, kini tergantikan dengan hawa dingin.

"Dingin dingin begini enaknya makan yang panas panas apalagi mie instan." Gumam Nara pada dirinya sendiri.

Hafizh yang berada di sofa melirik singkat istrinya ketika mendengarkan gumamnya.

"Mau kemana?" Tanya Hafizh yang melihat Nara tengah turun dari atas kasur.

Menoleh singkat " Mau ke dapur." Jeda sejenak " Mau bikin mie." Lanjutnya.

Tetap dengan posisi yang sama, laptop yang masih dipangku bahkan masih menyala Hafizh menghela nafas " buat yang lain aja ya.. kalau mie mas ga ngizinin.

"Kali ini aja mas, aku pengen yang panas panas."

"Kan bisa yang lain, nugget ada di freezer." Beritahu nya.

CINTA SEORANG HAFIZ ANA ROSIDA 214

"Tapi aku maunya mie, lagian aku udah lama ga makan mie." Cerca Nara yang hanya mendapatkan gelengan keras dari suaminya.

"Lalu kemaren apa? Bungkus mie di buang di tempat sampah luar dan ditumpukkan sampah yang lainya, kamu kira mas ngak tau?"

Nara mengerjakan matanya, kenapa suaminya bisah tau padahal di sudah menutupinya dengan sampah sampah lain diatasnya.

"Mas jujur sama aku , kamu cenayang dari kerajaan mana?" Pertanyaan konyol dari Nara terlontar begitu saja.

Hafizh sedikit terkekeh dan menggelengkan kepalanya heran mendengar pertanyaan absurd dari Nara.

"Udah ah aku jadi males yang mau ke dapur." Nara membalikkan tubuhnya untuk kembali ke tempat semula, tubuhnya ia bungkus kembali dengan selimut tebal.

Membiarkan Nara yang tengah merajuk itu lebih baik dari pada dirinya mengorbankan istrinya sakit begitu saja, karena mie tidak sehat dimakan jika keseringan, dan Hafizh tau Nara pecinta mie yang sering kali memakanya tanpa seizin dirinya.

"DUARR." Dibalik keterdiaman keduanya suara gemuruh petir terdengar begitu kencang berbarengan dengan konsletnya aliran listrik.

"AAAA MASS NARA TAKUT." Teriakan istrinya membuat Hafizh segera beranjak untuk mendekat ke arah ranjang.

CINTA SEORANG HAFIZ ANA ROSIDA 215

"Hey istighfar, udah gapapa itu cuman petir." Mengusap punggung Nara berusaha menenangkan.

"Udah ya tenang, petirnya udah gaada."

Nara mengeratkan pelukannya ketika Hafizh berusaha merenggangkan pelukan itu " jangan pergi aku takut." Ucap Nara dengan sedikit bergetar.

Tangan Nara basah dan sedikit bergetar ketika suaminya berusaha meraih tangannya untuk di genggam.

"Sayang, kok basah."

Hafizh menatap wajah istrinya hanya dari pantulan luar kaca. "Hei gausah takut ada mas, kenapa tangan kamu geter kaya gitu terus basah sayang."

"Bentar, lepas dulu pelukannya ya mas mau ngambil tisu bentar." Tak ada respon apapun dari Nara, istrinya itu masih tetap setia memeluk erat tubuhnya.

"Kamu disini aja mas, Nara takut."

Hafizh mengangguk menurut, "iya mas disini, tapi mas mau tanya, apa ada sesuatu yang ngebuat kamu takut seperti ini."

Nara terdiam cukup lama hingga dia mengangguk yakin untuk menceritakan sebuah rahasia, suaminya wajib tahu tentang rasa trauma yang di deritanya bertahun tahun bahkan sebisa mungkin ia terlihat baik baik saja di saat ada kedu orang tuanya.

( Flash back )

CINTA SEORANG HAFIZ ANA ROSIDA 216

Diumur 12 tahun silam, lebih tepatnya awal memasuki kelas 1 SMP, dirinya sangat senang karena bisah sekolah di tempat favoritnya sedari dulu.

Gadis itu sangat cantik dengan kerudung menutupi dadanya, awalnya kedua orang tuanya tidak menyetujui dirinya bersekolah di SMP tetapi menyuruh mondok saja.

Namun Nara sangat ingin sekolah di SMP dengan syarat dirinya akan berpakaian layak seperti di pesantren.

Suatu ketika dirinya bersama temanya sedang ada acara kelompok bersama, di rumah Adel teman sebangkunya. Selama pembelajaran ada satu sosok lelaki baru pulang dari salah satu SMK dan tanpa sadar menatap Nara dengan pandangan berbeda.

Sudah sore, semuanya sudah selesai dan memutuskan untuk pulang, begitupun dengan Nara.

Ia keluar dari rumah temanya dan memutuskan menunggu di halte bus, karena hujan cukup deras.

Sedangkan lelaki itu menatap Nara dari atas balkon dengan senyum merekah dia merasakan jantungnya berdebar ketika menatap sosok gadis yang seumuran dengan adiknya.

Hingga lelaki itu dengan keberanian gigih, mendatangkan sekolah adiknya, Nara langsung bangkit ketika mendapati kakak dari sahabatnya.

"Loh bukanya Adel udah pulang ya kak."

"Iya, gue udah tau." Beritahu nya.

"Owh, terus kakak ngapain disini?"

CINTA SEORANG HAFIZ ANA ROSIDA 217

"Mau ketemu Lo." Singkatnya dan mengeluarkan setangkai bunga mawar dan satu kotak coklat.

"Gue gabisa ungkapin kata kata romantis, tapi apa Lo mau jadi pacar gue? "

"Deg!!"

Apa apaan ini, Nara se bisa mungkin menetralisir detak jantungnya yang terpompa begitu kencang, matanya mengeblur tanda air mata siap meluncur.

"Maaf kak, aku gabisa. Pacaran itu dosa, dan Nara gamau membebankan ayah di akhirat dengan kesenangan maksiat di dunia yang hanya bersifat sementara."

Tanpa mengucap sepatah katapun Nara berlalu dari hadapan lelaki itu.

Hingga setelah satu Minggu lamanya lelaki itu tidak menganggu nya, Nara begitu lega karena Nara tidak mau berurusan dengan percintaan yang hanya membuatnya maksiat.

Kali ini hujan begitu deras, Nara memutuskan untuk duduk di salah satu halte, tiba tiba tangan laki laki dengan lancang menyentuh pergelangan tangannya.

"Gue udah berusaha Move on dari Lo tapi gabisa Ra."

"Apa apaan sih kak lepasin." Nara menghempas tangan lelaki itu dengan sekuat tenaga hingga terlepas.

"Gue masih berusaha sabar Ra, kalok Lo gamau dengan cara gue yang halus, gue bisa ubah dengan cara yang kasar."Tekan lelaki itu. Matanya yang menyiratkan kelembutan kini berubah Menajam bahkan urat lehernya terlihat.

CINTA SEORANG HAFIZ ANA ROSIDA 218

"K- kak Alvin plis jangan gini N- Nara takut." Cicitnya yang dibalas senyum smirk menakutkan.

Lelaki yang di sebut Alvin itu menarik paksa Nara untuk ikut bersamanya, tapi untungnya Nara bisah kabur dengan cepat.

( Flash back of )

Hafizh setiap memeluk tubuh istrinya yang tengah menangis itu " udah udah gapapa lagian sudah berlalu." Hafizh menyeka air mata istrinya dengan kedua tangannya.

"Sekarang kamu sudah milik mas, jadi siapapun yang menyakiti kamu atau membuat kamu tidak nyaman, katakan saja pada mas ya."

Berbarengan dengan selesainya ucapan Hafizh, lampu di kamar itu hidup kembali, Hafizh dengan jelas menatap wajah sembab istrinya yang menangis.

"Kenapa malah ditutup mukanya."

"malu, pasti jelek muka aku."

"Gak ada kata jelek, istri mas ini selalu cantik dan seterusnya cantik."

Nara menyembunyikan saltingnya dan spontan mencubit suaminya " Kamu ih gombal terus."

"Gapapa, dari pada selingkuh terus."

"Kamu Yahh." Hafizh menghindar dari tumpukan bantal yang Nara lempar, dan keduanya berlarian di dalam kamar itu.

CINTA SEORANG HAFIZ ANA ROSIDA 219

Chapter 31

Seusai sholat isya' berjamaah dan dilanjutkan dengan bermurojaah satu sama lain, sesekali Hafizh membenarkan kalimat yang salah terucap dari istrinya ketika melantunkan ayat suci Alquran.

"Shodaqallahhul adzim."

"Tajwidnya Alhamdulillah sudah bagus tinggal diperbaiki sedikit lagi." Hafizh menaruh Al-Qur'an nya di tempat rak kitab, dan menghampiri sang istri yang baru duduk di sofa memainkan handphonenya.

"Mas Nara boleh tanyak?" Nara menghadapkan posisi sepenuhnya ke arah Hafizh yang baru menduduki sofa di sampingnya.

"Na'am Zawjati."

Nara menghiraukan tatapan Hafizh yang membuat jantungnya berdetak kencang," Apa hukum wanita berhias, tapi bukan untuk suaminya?"

"Pertanyaan yang bagus, mau tau apa mau tau banget." Hafizh mencolek dagu istrinya yang menatapnya dengan penuh harap.

"Mau tau banget mas, soalnya banyak sekarang wanita yang sudah bersuami yang berhias tapi di upload di sosial media.

"Kalau menanyai tentang hukum, tentu jawabnya (haram). Allah akan membakarnya dengan api

CINTA SEORANG HAFIZ ANA ROSIDA 220

neraka.Sebab,berhias untuk selain suami termasuk tabarruj dan dapat mengundang nafsu birahi orang laki laki. Jika seseorang wanita melakukan hal semacam ini, berarti ia telah berbuat kerusakan dan berkhianat kepada suaminya."

"Tapi kalau si suami mendukung dan membiarkan si istri tetap berhias dan dipertontonkan di medsos itu yang salah dua duanya atau suami.?"

"Menurut Mas sendiri sebagai sosok lelaki dua duanya sama salah tetapi yang lebih salah si suami karena tidak melarang, tetapi justru membiarkan."

"Suami itu tugasnya selain menafkahi istri, tugas akhiratnya juga harus di jaga yaitu mendidik dengan cara lembut sang istri."

Dan juga hal ini sudah tercantum di Al Qur'an surah An- Nur ayat 31. Yang berbunyi.

.لْ

ُ

وَق تِْ

ٰ

مِن

مُؤ

ْ

ل

ِّ

ل نَْ

ض

ُ

ض

يَغ مِ نْ بصَارِهِ نْ

َ

ا نَْ

ْ

ظ

َ

وَيَ حف رُ وجَهُ نْ

ُ

ف ْ

َ

وَل يُ بْدِ ينَْ هُ نْ

َ

ت

َ

زين

ْ

اِل مَا هَرَْ

َ

ظ هَا

مِن بنَْ

يَض

ْ

وَل مُرِهِ نْ

ُ

بِخ ْ

ٰ

عَل ْ

جُيُ وبِ هِن ْ

َ

وَل يُ بدِ ينَْ هُ نْ

َ

ت

َ

زين ْ

اِل

تِهِ نْ

َ

لِبُعُ ول وْ

َ

ا ىِٕهِ نْ

ۤ

بَا

ٰ

ا وْ

َ

ا ءِْ

ۤ

بَا

ٰ

ا تِهِ نْ

َ

بُعُ ول وْ

َ

ا ىِٕهِ نْ

ۤ

ا

َ

بن

َ

ا وْ

َ

ا ءِْ

ۤ

ا

َ

بن

َ

ا تِهِ نْ

َ

بُعُ ول وْ

َ

ا وَانِهِ نْ

اِخ

وْ

َ

ا ي بَنْ وَانِهِ نْ

اِخ وْ

َ

ا ي بَنْ وٰتِهِ نْ

َ

خ

َ

ا وْ

َ

ا ىِٕهِ نْ

ۤ

نِسَا وْ

َ

ا مَا ْ

ت

َ

ك

َ

مَل هُ نْ

ُ

يمَان

َ

ا وِْ

َ

ا بِعِ ي

ّٰ

الت

ِْ

ي

َ

غ ولِْ

ُ

ا رَبةِْ

ال مِنَْ الرِّجَالِْ وِْ

َ

ا لِْ

ف

ِّ

الط ذِ ينَْ

َّ

ال مْ

َ

ل هَرُ وا

ْ

يَظ ْ

ٰ

عَل عَ ورٰتِْ ْ

ۤ

سَا

ِّ

النْ

ءِ ْ

َ

وَل

بنَْ

يَض رجُلِهِ نْ

َ

بِا مَْ

َ

لِيُ عل مَا فِ ي

يُخ مِ نْ ْ

تِهِن

َ

زين ا

ي وبُو

ُ

وَت ْ

َ

اِل ِْ

ٰ

اللّ جَمِ يعًا ْ

َ

يُّه

َ

ا

ْ

َ

ون

ُ

مِن

مُؤ

ْ

ال مْ

ُ

ك

َّ

عَل

َ

ل ْ

َ

لِحُ ون

ف

ُ

ت ٣١ ۝

"Katakanlah kepada para perempuan yang beriman hendaklah mereka menjaga pandangannya, memelihara kemaluannya, dan janganlah menampakkan perhiasannya

CINTA SEORANG HAFIZ ANA ROSIDA 221

(bagian tubuhnya), kecuali yang (biasa) terlihat. Hendaklah mereka menutupkan kain kerudung ke dadanya. Hendaklah pula mereka tidak menampakkan perhiasannya (auratnya), kecuali kepada suami mereka, ayah mereka, ayah suami mereka, putra-putra mereka, putra-putra suami mereka, saudara-saudara laki-laki mereka, putra-putra saudara laki-laki mereka, putra-putra saudara perempuan mereka, para perempuan (sesama muslim), hamba sahaya yang mereka miliki, para pelayan laki-laki (tua) yang tidak mempunyai keinginan (terhadap perempuan), atau anak-anak yang belum mengerti tentang aurat perempuan. Hendaklah pula mereka tidak mengentakkan kakinya agar diketahui perhiasan yang mereka sembunyikan. Bertobatlah kamu semua kepada Allah, wahai orang-orang yang beriman, agar kamu beruntung."

Nara menyimak dengan saksama tanpa memotong ucapan suaminya, Nara tersenyum terharu sangat bersyukur bisa mendapati sosok suami yang bertanggung jawab antara dunia dan akhiratnya selalu di jaga.

"Makasih yah mas atas semuanya,Nara jadi paham dan ngerti sekarang."

"Sama sama sayang."

"Owh iya, besok mas jalanya pagi,kamu pulang kerumah ayah dulu gapapa? soalnya mas kurang tau jam berapa pulang takutnya kemaleman."

"Yah ditinggal lagi."

CINTA SEORANG HAFIZ ANA ROSIDA 222

"Maaf, mas gabisa ninggalin pekerjaan yang urgent, apalagi Fariz sudah sering ngebantu di luar kota, jadi mas ga enak kalau sering merepotkan dia."

Sebetulnya Nara enggan mengizinkan tapi apalah daya, pekerjaan itu adalah kewajiban suami nya jadi harus dikerjakan, dan Nara memahami hal itu. " Iya gapapa, bier besok aku, kerumah ayah minta antar meira, sekalian ngumpul bentar boleh ga mas?"

"Boleh gapapa, asal tau waktu."

"Yuk tidur udah jam setengah sepuluh." Hafizh berdiri mengulurkan tangannya guna membantu Nara berdiri.

****

"Silahkan siapkan alat alatnya, Bu indi izin kebawah dulu 15 menit lagi keatas. Ingat jangan ramai."

Tepat 2 menit kepergian Bu indi melangkah keluar Suara ricuh terdengar dikelas 12 tata busana, bagaimana tidak ramai! guru dengan entengnya mengubah jadwal yang seharusnya Minggu depan jadi dimajukan saat ini.

"Ini beneran prakteknya jadi sekarang?" Tanya Oliv yang berada di samping kiri tempat duduk Nara dan Meira duduk.

"Kenapa ga dari tadi malem ya Bu indi bilangnya, gue sekarang ada janji." Keluhnya yang tengah mengeluarkan gunting dan penggaris panjang dari dalam tasnya dengan kasar.

CINTA SEORANG HAFIZ ANA ROSIDA 223

"Woy, murid yang lainya udah pada pulang." Beritahu Angga yang baru masuk dalam kelas.

Dan terjadilah perdebatan antara sesama teman ada yang menyetujuinya adapun yang tidak terima dengan keputusan Bu indi.

Sedangkan Nara mengambil handphone yang ada di dalam tasnya, ia ingin menghubungi Hafizh suaminya jika sekarang akan ada praktek dan kemungkinan pulangnya akan telat, walaupun tadi malam suaminya sudah menyuruhnya untuk pulang ke rumah ayahnya, tapi lebih baik ia menghubungi terlebih dahulu dan memberitahu yang semestinya.

Zawji ❤️

"Assalamualaikum Mas, Sekarang Nara ada jadwal praktek, jadi kemungkinan pulangnya habis Ashar."

"Waalaikumussalam Iya gapapa, pulangnya hati hati."

"Iya mas pasti hati hati kan sama Meira. Kamu gimana lancar pertemuannya.?"

"Alhamdulillah lancar, kemungkinan jam 10 malam mas pulang,soalnya masih ada pertemuan selanjutnya.

"Ya udah mas semangat ya, aku of dulu soalnya guru aku udah Dateng."

Tanpa menunggu balasan dari sang suami, Nara segera mematikan dan menaruh handphone kedalam tasnya.

"Gimana sudah disiapkan." Bu indi bertanya dan melangkah menduduki kursi yang ada di depan.

"Sudah Bu!!." Semuanya serempak menjawab.

CINTA SEORANG HAFIZ ANA ROSIDA 224

"Baik, sebelumnya Bu guru minta maaf karena langsung memutuskan praktek saat ini padahal sebelumnya Bu guru bilangnya Minggu depan, tapi tadi pagi Bu guru mendapatkan informasi jika kalian hanya memiliki waktu 2 bulan ke depan, nah jadi Bu indi memutuskan dengan sepihak agar kalian mempunyai waktu yang panjang untuk melaksanakan praktek itu, bagaimana kalian setuju?."

Sedangkan para murid yang tadinya sedikit kesal kini mengerti atas tindakan Bu indi karena ingin murid muridnya mempunyai waktu yang cukup panjang.

"Iya Bu kami setuju, tapi sebagian anak anak ada yang tidak membawa alat Bu?" Beritahu Nara.

Bu indi mengangguk " Tidak papa, untuk yang bawa temenya kasih pinjam ya, dan untuk kamu Nara ikut Bu indi sebentar ada yang mau dibicarakan.!"

"Baik Bu."

"Bentar mei, mumpung aku di panggil Bu indi. Kamu pake dulu alat punyaku." Setelah mengatakan hal itu, Nara berlalu mengikuti langkah Bu indi yang menuju kelas sebelah yang kosong.

"Duduk Ra."

"Ada apa ya bu, apa ada yang salah dari Nara?"

"Gak ada yang salah dari kamu, kamu pintar baik dan sopan tidak ada celah untuk guru guru yang ingin menghukum kamu."

"Jadi begini, dari antara 43 siswa tata busana, Bu indi milih kamu buat jadi desainer Singapura, kebetulan ada salah

CINTA SEORANG HAFIZ ANA ROSIDA 225

satu donatur SMK yang tidak sengaja melihat hasil desain buatan kamu, apa kamu sanggup? Kamu jangan khawatir guru tata busana semua akan turun tangan membantu kamu, dan kepala sekolah juga sudah mengatakan ingin meringankan tugas praktek kamu."

"Maaf sebelumnya Bu, ini terlalu tiba tiba jadi apa boleh Nara meminta waktu."

Bu indi menampilkan senyumannya " boleh, Bu indi kasik waktu tiga hari ke depan ya!."

"Iya Bu, terima kasih sudah mempercayakan pada Nara."

"Sama sama nak, yaudah cuman itu yang mau Bu indi sampaikan, jadi kamu kembali kelas."

CINTA SEORANG HAFIZ ANA ROSIDA 226

CINTA SEORANG HAFIZ ANA ROSIDA 227

Chapter 32

Kini Nara dan Meira tengah berada dalam perjalanan, tadinya praktek tetap dilaksanakan namun tidak sampai selesai, karena cuaca yang tiba mendung Bu indi menyampaikan jika prakteknya di lanjut waktu senggang.

Dan kini hujan membasahi mobil yang ditumpangi keduanya, Nara kali ini pulang ke rumah ayahnya atas permintaan sang suami tadi malam.

"Kenapa mei? Kok kayak yang keguncang ya?"

"Bentar aku cek dulu, kayaknya ban kempes deh."

Meira turun dari mobilnya menerobos hujan, karena memang dirinya tidak membawa payung.

Nara sedikit was was karena tiba tiba mobil yang di tumpanginya mogok di tempat sepi bahkan hanya beberapa pengendara yang lewat.

"Gimana mei." Nara ikut turun dan melihat kondisi mobil Meira yang ban nya kempes.

"Kok tiba tiba ya Ra, padahal tadi udah aku cek mobilnya aman aman aja." Heran Meira.

"Mana sini jalanya sepi lagi." Lanjut Meira.

"Kamu jangan nakut nakutin kenapa sih mei." Nara berujar dengan sedikit ketakutan, matanya menatap arah jalanan yang sepi tidak ada pengendara melintas dan ditambah hujan yang semakin deras.

"Hehehehe sorry."

CINTA SEORANG HAFIZ ANA ROSIDA 228

"Mending masuk dulu mei, aku mau hubungin siapa gitu yang bisa tolongin kita."

"Gimana?"

"Sinyal disini gabisa mei, gimana dong."

Disaat keduanya dilanda kepanikan satu motor berhenti tepat di depan mobil Meira, 2 orang itu turun dan mengetuk kaca mobil Meira.

"Butuh bantuan?" Tanya orang itu, yang menggunakan pakaian serba hitam.

Dari arah dalam mobil, Nara mewanti wanti Meira untuk tidak membuka kaca mobilnya karena takut dengan lelaki itu, tetapi pikiran Meira sekarang kedatangan dua pria itu adalah sebuah peluang untuk membantunya dari situasi ini.

"Iya mas, kita berdua kejebak macet disini soalnya ban mobil saya bocor." Ucap Meira yang sedikit menurunkan kaca mobilnya.

"Ya sudah, kalian berdua turun dulu kebetulan saya bisa mengubah ban nya dengan yang baru, tapi kalian bawa ban serepnya?"

Nara meyakini dirinya bahwa orang itu berniat membantu, dan tanpa adanya pikiran hal negatif dengan semangat dirinya dan Meira turun dari mobilnya.

Namun setelah keluar dari mobil Meira, Nara melihat dengan jelas punggung sahabatnya dipukul dengan balok yang cukup besar hingga pingsan.

"MEI." Nara syok melihat hal itu ia berniat menghampiri sahabatnya yang terkapar lemah tak berdaya tapi

CINTA SEORANG HAFIZ ANA ROSIDA 229

tangannya dicekal kuat "LEPASIN, KALIAN PENJAHAT." dengan sekuat tenaga Nara mendorong lelaki itu tapi hasilnya nihil.

"HEH DIAM, KALAU TIDAK MAU BERNASIB SAMA DENGAN TEMANMU ITU!!"

"Tolong kalian mau apa dari saya, tapi tolong lepasin teman saya, jangan sakiti dia."

Dua lelaki itu tertawa," saya akan lepasin teman kamu tapi nanti !! kita bermain terlebih dahulu."

Salah satu dari keduanya merogoh handphone di sakunya dan menelfon seseorang. Dari gerak geriknya kedua lelaki itu hanya suruhan, tapi siapa? Nara bahkan tidak pernah berbuat masalah, apa Meira? Tapi setahunya Meira pun sama seperti dirinya.

"DIAM!!" bentak lelaki itu lagi, ketika Nara berusaha melepaskan diri.

Nara bersyukur dalam hati ketika melihat satu mobil yang berjalan kearahnya, namun semua itu sirna, ternyata semuanya sudah bersekongkol.

"NGA, SAYA GAMAU, TOLONG LEPASIN SAYA." Nara memberontak dengan sisa sisa tenaganya.

Kali ini Nara sangat membutuhkan suaminya, namun semua itu hanya angan angan karena handphone ada di dalam mobil Meira.

Lelaki yang memakai jaket kulit hitam itu mengangkat tubuh Meira yang pingsan membawa masuk kedalam mobil itu.

CINTA SEORANG HAFIZ ANA ROSIDA 230

Dan Nara? Ya dia dengan terpaksa masuk karena sahabatnya ada di dalam mobil, mau tidak mau dirinya mengikuti apa yang lelaki itu mau.

****

"Hai Cantik." Sapa lelaki yang baru memasuki gedung tua itu.

Langkahnya semakin mendekat dan berjongkok ketika berada di depan wanita yang kini tengah menatapnya ketakutan.

Nara sedikit menghindar dari lelaki yang menatap dirinya lekat penuh lembut, tapi baginya itu terlihat menyeramkan.

"Tenang, gak kira gue apa apain asalkan Lo nurut apa kata gue."

"K- kamu siapa, kenapa sekap saya dan teman saya."

"Gadis cantik, rupanya ingin tau letak kesalahan kamu" lelaki itu berniat menyentuh dagu Nara.

Namun sebelum tangan lelaki itu menyentuh dagunya dengan cepat ia menghindar.

Ia sudah berjanji pada suaminya, hanya Hafizh lah yang bisa menyentuhnya, tidak ada yang lain!

"Owh, tetap sama seperti dulu, sok alim!"

Nara menghiraukan ucapan menyakitkan itu, sekuat tenaga dirinya untuk tidak meneteskan air mata, orang lain

CINTA SEORANG HAFIZ ANA ROSIDA 231

boleh menyakitinya tapi jangan sesekali mencela dirinya sungguh itu sesuatu yang menyakitkan.

Perkataan seperti sudah menjadi hal biasa tapi entah kenapa ucapan yang di lontarkan lelaki dihadapannya berkali kali lipat lebih menyakitkan .

Menghindari kontak mata dengan lelaki yang menutupi separuh wajahnya dengan masker.

"Kenalin gue ALVIN REDGAR MAHESWARA, Cowok yang 5 tahun lalu Lo tolak."

Deg!!

Alvin tersenyum Smirk ketika menangkap raut wajah kaget dari wanita dihadapannya.

"Awalnya gue udah mengubur perasaan ini untuk Lo, tapi pertemuan di Indomaret waktu itu ngebuat gue yakin kalau Lo emang ditakdirkan buat gue. Tapi itu sebelum gue dapet kabar kalau ternyata Lo nikah sama sahabat gue."

"Dan yah untuk kedua kalinya gue sakit, dan untuk kedua kalinya pun berusaha menerima semuanya, menerima kalau wanita yang gue cintai telah dimiliki sahabat gue."

"Tapi kenapa kamu sekap saya, kalau kamu sudah mengikhlaskan saya dengan mas Hafizh."

Nara tidak mendapati jawaban dari lelaki dihadapannya, ia hanya mendapatkan kekehan yang ia tau kekehan itu bukan suatu kebahagian tapi hal yang menyakitkan.

"Gue gak Sudi ikhlasin Lo gitu aja, setelah ayah gue hampir bangkrut karena ulah suami Lo."

CINTA SEORANG HAFIZ ANA ROSIDA 232

"Cuman cara ini gue bisa dapetin Lo."

"K-kak Alvin mau ngapain."

"Gue mau Lo."

Nara ingin berdiri namun sulit karena tadi dirinya berontak dan terkilir, kaki nya yang dilapisi kaos putih kini sedikit berwarna merah karena kegores kaca disampingnya.

"Tolong kak jangan macem macem, saya tau Kakak benci suami saya tapi kita bisa bicarakan baik baik."

"Gue ga suka basa basi,orang itu ngerusak kehidupan keluarga gue."

"Lo nurut, kalo gak mau seperti temen lu itu."

Nara seketika bungkam, matanya men ngeblur kini tenaganya cukup terkuras apa lagi sedari tadi dirinya belum makan.

Netra Nara menatap sahabatnya yang sedari tadi terbaring lemah di sampingnya.

"Saya tidak nyangka, padahal kamu sahabat suami saya, tapi kenapa kamu tega sekap kita berdua."

Alvin terlihat tertawa " Hafizh memang sahabat gue, tapi saat gue tau dia suami lo dan ditambah dia yang menghancurkan bisnis ayah gue, sejak saat itu tidak ada hubungan persahabatan dia antara kita berdua!!."

CINTA SEORANG HAFIZ ANA ROSIDA 233

Chapter 33

Sekitar jam setengah sebelas malam Hafizh sampai dikediaman mertuanya, dirinya sempat pulang terlebih dahulu dan menghubungi istrinya, namun nomer Nara tidak aktif yang kemungkinan Nara sudah tidur karena jam sudah larut malam monolog Hafizh.

Beberapa ketukan hingga pintu terbuka menampakkan bunda Sania, "loh Hafizh, bunda kira siapa, kok malem malem kesini, Nara nya mana?"

"Bukanya, dari sepulang sekolah Nara pulang kesini bunda." Hafizh mencium punggung tangan bundanya dan melangkah untuk masuk mengikuti langkah mertuanya.

"Bentar bunda, ini seriusan nara ga ada di sini."

Bunda Sania menggeleng dengan raut panik, terlihat dari cara berbicaranya yang penuh kekhawatiran.

Terlihat ayah Arham baru datang dari arah dapur dengan langkah cukup tergesa namun terlihat tenang.

Hafizh beranjak berdiri dan menyalami tangan ayah mertuanya.

"Kenapa Fizh."

"Maaf ayah, tadi malam saya sudah bilang kalau tadi pagi ada rapat di luar daerah dan saya menyuruh Nara untuk pulang kesini karena takut saya pulangnya malam, dan benar saya pulang hampir jam 10 sampai rumah bebersih dulu dan menelfon Nara, tapi nomornya tidak aktif dan Hafizh pikir

CINTA SEORANG HAFIZ ANA ROSIDA 234

Nara sudah tidur karena handphone sejak sore tadi sudah offline."

"Bentar, bunda mau hubungi maminya meira, siapa tau mereka ada disana."

Lebih dari 7 kali bunda Sania menelfon mami Meira, namun panggilannya tidak terhubung sama sekali, hal itu membuat ketiganya tampak panik, begitupun dengan Hafizh lelaki itu meminta bantuan temanya untuk membantu mencari istrinya dan untungnya semuanya bersedia.

Jam 1 dini hari seluruh keluarga berkumpul bahkan Hafizh segera menghubungi umma dan abi nya untuk kerumah ayah mertuanya, dan mendapati kabar kehilangan Nara tentunya semuanya panik dan tanpa membawa apapun umma Fatimah dan Abi Hamza kini sampai dikediaman besanya.

"Yang tenang San pasti Nara ketemu, kita tetep berdoa supaya Nara baik baik saja." Umma Fatimah berusaha menenangkan bunda Sania yang terlihat memprihatinkan, sedari tadi tidak berhenti menangis bahkan matanya terlihat sangat sembab.

Jujur Hafizh jauh lebih panik tapi ia sebisa mungkin terlihat biasa saja, ia tidak mau memperkeruh dan membuat semuanya semakin panik.

Ayah Arham awalnya ingin melaporkan ke pihak polisi, namun Aldi segera menahannya untuk sabar dulu.

"Ini masih belum 24 jam om jadi pihak polisi masih mempertimbangkan."

CINTA SEORANG HAFIZ ANA ROSIDA 235

Terlihat ayah Arham ditenangkan juga oleh Abi Hamza, dan disuruh menunggu didalam oleh Hafizh.

"Gimana ham, anak saya satu satunya."

"Yang sabar Ar, saya hanya bisa bantu doa biar semua ini Hafizh yang handle, kamu harus jaga kesehatan Nara jauh lebih butuh kamu, kalau kamu banyak pikiran dan jatuh sakit bagaimana dengan Nara dan istrimu."

"Tadi Nara sempat hubungin Lo?" Tanya Aldi.

"Sekitar setengah 1 siang Nara hubungin saya kalau ada praktek jadi pulangnya agak telat, dan bilangnya mau pulang sama Meira." Beritahu Hafizh.

"Alfin mana Dra?" Tanya Hafizh yang tengah sibuk mengotak Atik handphone nya untuk melacak istrinya.

"Gue gak dapet kabar soal dia dari tadi siang." Jawab rendra.

"Fizh Fizh, gue udah Nemu titik terang dari hasil ngelacak handphone Meira."

"Tapi kok di jalan kenanga? Itu kan jalan sepi?."

"Kita langsung kesana." Hafizh segera beranjak dan menyuruh temanya untuk ikut ke jalan kenanga.

Awalnya Hafizh yang ingin menyetir mobilnya namun Aldi menyuruh Hafizh untuk disampingnya saja dan digantikan dengan Fariz yang menyetir.

"Lo jangan gegabah, gue tau Lo khawatir, tapi dengan keadaan yang kayak gini bisa menambah banyak nyawa!." Ucap Aldi dengan penuh tekanan.

CINTA SEORANG HAFIZ ANA ROSIDA 236

"Sabar Fizh, pasti kita temuin Nara sama Meira." Ujar Fariz, lelaki itu juga sama khawatirnya, apalagi akhir akhir ini ia merasakan suatu yang berbeda ketika tanpa sengaja bertemu sahabat dari teman istrinya itu.

Sedangkan Rendra hanya diam saja, ia teringat beberapa Minggu yang lalu, tentang ucapan sepupunya Reni. Waktu itu dirinya disuruh mencari tau siapa istri dari sahabatnya tapi segera ia tolak.

"Semoga kehilangan Nara dan Meira bukan Lo dalang dari semua ini ren." Batin Rendra dan menatap Hafizh yang terlihat begitu khawatir.

Setelah perjalanan hampir 15 menit semuanya tiba di jalan kenanga,semuanya turun ketika mendapati 1 mobil yang sangat dikenali oleh Hafizh.

Mobil BMW X5 itu milik Meira, Hafizh sangat kenal sering sekali Meira keluar bersama Nara menggunakan mobil itu.

"Fizh tunggu, Lo jangan sendirian kesana." Teriak Rendra yang melihat Hafizh tanpa banyak kata langsung turun dan melangkah mendekat ke arah mobil merah.

Semuanya mengelilingi mobil yang tidak ada penumpangnya, Hafizh dan Aldi masuk ke dalam mobil untuk mencari sesuatu petunjuk, dan netra Hafizh menatap handphone milik istrinya yang terus menyala.

Di dalam chat itu Nara sempat menghubungi hafiz, namun karena jaringan yang tidak terkoneksi membuat pesan itu tidak sampai ke pada Hafizh.

CINTA SEORANG HAFIZ ANA ROSIDA 237

"Saya gagal menjaga seorang istri Al." Lirih Hafizh, tangannya memegang handphone milik nara dan meremas kencang seolah menyalurkan kesedihannya.

Aldi menggeleng "Lo gak gagal, ini musibah Fizh, Nara kuat dia sepupu gue yang kuat." Aldi menenangkan.

"Fizh Lo kenal cincin ini?" Tanya Rendra yang menemui cincin itu di bawah aspal jalanan.

Hafizh menoleh menatap Lamat Lamat cincin itu, dan segera mengangguk itu cincin hadiah darinya untuk anniversary yang ke satu bulan.

"Nemu dimana?" Hafizh mengambil cincin itu yang disodorkan rendra.

"Bawah aspal." Bukan Rendra yang menjawab tapi Fariz, karena emang lelaki itu yang menemukan.

****

"Awsh S-sakit, ?" Nara meringis kesakitan saat kerudungnya ditarik dari belakang menyebabkan lehernya tergores jarum pentul.

Nara dan Meira dipisah ruangan, entah bagaimana keberadaan Meira, Nara tidak tahu yang pasti sedari tadi dirinya terus berdoa semoga Meira baik baik saja.

Sedari tadi dirinya mendapatkan perilaku 2 wanita yang terus menerus menyiksanya, hanya keluar ringisan dari mulutnya, untuk melawan pun dirinya tidak sanggup.

"Al udah Al, jangan terlalu kasar gue takut dia mati." Reni berusaha mengendalikan amarah Alya untuk terus menerus melukai Nara.

CINTA SEORANG HAFIZ ANA ROSIDA 238

"Ya bagus dong, kan itu yang gue mau." Ucapnya penuh dendam.

"LIAT MATA GUE!" Alya mencengkeram dagu Nara untuk menatapnya.

"RASA SAKIT LO ITU, GAK SEBANDING DENGAN LUKA HATI CINTA TAK TERBALAS, LAKI LO ITU CINTA PERTAMA GUE."

"Istighfar mbak, mungkin kalian memang tidak berjodoh."

"AKH GUE GAMAU TAU, INTINYA GUE MAU LO MATI DAN HAFIZH JADI MILIK GUE.!" Dengan nada tinggi Alya berucap langkahnya semakin menjauh, mengambil sesuatu yang sudah disiapkan dirinya.

"T-TOLONG, mbak mau apa istighfar mbak ya Allah." Nara berniat berdiri namun lagi lagi kakinya tidak bisa untuk berdiri.

Dengan sisa sisa tenaga bahkan suaranya kini sudah sedikit serak dan tubuhnya dipenuhi keringat dingin.

"Al, Lo gila.!" Nara dengan sisa sisa tenaganya melihat wanita satunya menahan untuk tidak melukai dirinya.

"Gue bantu Lo cuman buat ngasih pelajaran buat dia, bukan buat ngebunuh. Gue gak mau Lo berurusan dengan pihak berwajib."

Namun Alya hanya menganggap ucapan temanya itu sebagai angin lewat, ia terus mendekati Nara dengan tersenyum Smirk.

CINTA SEORANG HAFIZ ANA ROSIDA 239

Chapter 34

"Gue Nemu titik terang, Fizh."

"Yaudah kita ke sana sekarang!" Hafizh lantas beranjak namun ditahan oleh Aldi.

"Sabar! kita harus susun rencana, siapa yang tau daerah sini?"

"Gue, kebetulan saudara tinggal di daerah sini." Jawab Rendra.

"Tau gedung tua bekas hotel terbengkalai?" Lagi lagi Rendra mengangguk.

"Gue tau, tapi di sana melewati perhutanan dan waktu untuk kesana bisa 1 jam man." Beritahu nya.

"Kita kesana sekarang."

Hafizh lantas beranjak menuju mobilnya dan semuanya mengiyakan, di jam 2 dini hari ini.

Setelah melewati jalanan yang sedikit rusak, kini keempat lelaki itu sampai, Fariz sempat menghubungi pihak polisi dan akan segera sampai.

Hafizh segera memasuki gedung tua berlantai 5, dari bawah keempat lelaki itu melihat dengan jelas di lantai paling atas lampu lampu menyala dan membuat keempatnya semakin yakin, bahwa memang Nara dan Meira terlibat penculikan.

Rendra yang berada paling belakang berhenti seketika, saat kakinya tidak sengaja menginjak sesuatu, tangannya

CINTA SEORANG HAFIZ ANA ROSIDA 240

menghidupkan flash handphone untuk mengetahui apa yang terinjak.

Menemukan satu gelang yang sangat dirinya kenali." Dra cepet." Panggil Fariz, mau tidak mau Rendra mengikuti melangkah masuk, dan gelang itu belum sempat ia lihat dan di simpan di celana Levis hitam yang di pakainya.

"Kita dobrak."

Satu!

Dua!

Tiga!!

BRAKK!!

"Alya?"

"Alfin?"

Semuanya bersamaan antara tidak percaya dan kaget menjadi satu.

"Udah gue duga, Lo bakal kesini, Hafizh." Alfin mendekat, menatap Hafizh dengan tersenyum Smirk.

Matanya yang semula menatap seperti biasa kini menyorot tajam penuh kebencian.

"Bentar bentar, saya masih gak ngerti, ini maksudnya apa? Istri saya dimana?"

"Tenang, istri Lo itu aman sama gue." Alfin menekan kata istri. Dan terkekeh setelahnya.

"Istri Lo cantik, gue akuin Lo pinter nyarinya, tapi gak tau diri."

"Bugh!" Hafizh tanpa sengaja membogem mulut Alvin dan membuat lelaki itu meringis.

CINTA SEORANG HAFIZ ANA ROSIDA 241

"Gue udah sabar Fin, maksud Lo apa?" Setelah sekian lama kini Hafizh menyebut dengan kata Lo gue, karena saking kesalnya, dirinya campur aduk tidak menyangka sahabatnya bisa bisanya menyekap istrinya.

"Dimana Nara?" Tanya Hafizh yang sudah kesekian kalinya.

Tidak mendapati jawaban, justru hanya mendapati Alvin yang terkekeh pelan, itu bukan kekehan apa namun itu terlihat kekehan tersirat penuh kebencian.

Alya mendekat ke arah hafizh tangannya ingin menggapai tangan Hafizh, namun segera menghindar mundur beberapa langkah.

Tatapan Hafizh menyiratkan kekecewaan, tangannya mengepal kuat, berusaha menetralkan emosinya pada wanita yang berada di depannya.

"Gak nyangka gue Vin." Ujar Rendra yang sedari tadi diam.

Alvin menatap Rendra dan yang lainya."Mungkin kalau kalian ada diposisi gue, pasti bakal ngelakuin hal yang sama."Tekannya menatap Rendra dan yang lain bergantian.

"Udah Fizh, Lo cari Nara dan Lo Riz cari Meira biar gue yang urus Alfin."perintah Aldi, yang langsung dilaksanakan oleh Hafizh.

Langkah Hafizh terurung ketika lengannya ditahan oleh Alfin." Istri Lo aman, tenang aja, cuman lecet dikit tadi."

"Mau Lo apa Vin." Marah Aldi dan mendekat ke arah Alvin.

CINTA SEORANG HAFIZ ANA ROSIDA 242

Alvin yang sedari tadi menatap Hafizh kini menoleh ke arah Aldi yang berbicara.

"Kita sahabatan udah lama Vin, kenapa Lo ngelakuin ini sama temen Lo sendiri."

"Sahabat?, basi!" Tekannya.

Hafizh tidak menggubris ucapan yang terlontar dari mulut Alvin, ia terus berjalan melangkah ke salah satu pintu kamar dari banyaknya kamar yang ada di tempat itu.

Rendra yang berniat menghajar Alvin seketika berhenti, ketika melihat seseorang yang keluar dari salah satu ruangan, matanya tersirat penuh kekecewaan, tangannya mengepal hebat berbarengan dengan kagetnya wanita itu.

"Reni?.." batinnya menguak.

****

Setelah kejadian tadi Nara dan Meira ditemukan, keduanya sempat ingin dilarikan ke rumah sakit namun keduanya menolak dengan keras bahwa keduanya baik baik saja, hanya kekurangan oksigen dan kelelahan.

Kini Nara telah sampai dirumahnya, dan Hafizh sempat menghubungi ayah dan bunda nara dan memberitahu jika Nara telah ditemukan. Dan Hafizh menyuruh untuk jangan langsung kerumahnya karena Nara membutuhkan istirahat.

(Flashback off)

CINTA SEORANG HAFIZ ANA ROSIDA 243

"Mas." Mendengar pintu dibuka Nara menoleh dan mendapati suaminya.

Hafizh berlari mendekati Nara yang tergeletak tak berdaya, netranya menatap kaki istrinya yang tertutupi kaos kaki berlumur darah.

Tanpa berfikir panjang, dirinya membuka kemeja yang di pakai dan menyobeknya untuk ia ikat ke kaki istrinya untuk menyumbat darah agar tidak terus keluar.

"M mas, aku takut."

"Syut, heyy udah ada mas, kita pergi sekarang ya." Menangkup wajah sang istri yang terlihat pucat membuat rahang Hafizh mengeras, matanya terpejam menetralkan amarah yang tertahan.

Nara mengangguk semangat, " ia aku mau keluar dari sini aku takut mas."

"Ia ia kita keluar."

Setelah membopong tubuh istrinya, berjalan ke arah pintu namun langkahnya tiba tiba di hadang oleh Alvin dan juga 2 orang lelaki yang tadi sempat menyekap Nara dan juga Meira.

"Lo keluar bawa dia dari sini, siap siap pisau ini gue tancap ke perut Lo itu."

"Anda jangan macam macam." Hafizh menurunkan Nara dan menyuruh untuk menjauh, namun Nara menggeleng kuat. "Ikutin kata mas ya." Mohon Hafizh, membujuk Nara dan akhirnya mau menuruti hingga membuat Hafizh bernafas lega.

CINTA SEORANG HAFIZ ANA ROSIDA 244

Nara berjalan mundur mengikuti arahan dari suaminya.

"MAS AWAS."

"BUGH!"

Teriakan istrinya berbarengan dengan pukulan keras mengenai punggung membuat Hafizh sedikit oleng.

"Astagfirullah."

"Saya masih berusaha sabar menghadapi kamu Vin."

"Gak usah munafik Fizh, Lo itu bermuka dua."

"Ya gak?" Tanyanya pada dua orang yang berada di belakangnya.

"Yoi bos."

"Lo itu, penyebab hancurnya bisnis bokap gue." Setiap pengucapan yang di lontar Alvin ada raut amarah dan dendam di dalamnya terlihat dari sorot mata yang Menajam.

Tanpa disadari, Alvin mengambil beda tajam dari saku belakang, dan ingin menancapkan pisau tajam itu menusuk perut bagian samping Hafizh, namun terurung suara tembakan membuatnya langsung berlari.

"DORR."

"DORR."

"Jangan bergerak, tangannya tetap ke atas, benda tajamnya silahkan di lepas, atau peluru ini siap menembus tubuh anda."

Dan mau tidak mau Alvin dan beberapa suruhannya, tidak lupa Alya dan juga Rani ikut tertangkap.

"Bawa dia."

"Siap."

CINTA SEORANG HAFIZ ANA ROSIDA 245

"Untuk mas Aldi, terimakasih sudah menghubungi kami tepat waktu, hingga kejadian ini bisa segera ditangani."

Aldi dan juga Rendra mengangguk " tentu kami yang haru berterima kasih.

Baik, kalau begitu kasus ini akan segera kami urus dan mereka akan saya tangkap untuk sementara waktu, dan mencari beberapa bukti lainya.

(Flashback off)

Pagi harinya setelah kejadian semalam, ayah beserta bunda dan juga sang mertua datang kerumahnya beserta suaminya.

Ruang tamu kini dipenuhi dengan kerabat sahabat dan keluarganya.

Semuanya mengucapkan syukur, atas keselamatan Nara dan Meira.

****

3 bulan berlalu usai kejadian malam itu yang membuat seluruh keluarga tegang, nanti malam Nara berniat untuk membuat surprise untuk suaminya, karena nanti malam adalah hari bertambahnya umur sang suami.

Pagi pagi ini, Nara pergi ke salah satu Indomaret untuk membeli bahan untuk membuat kue.

Setelah 2 jam lamanya berada di luar rumah, Nara segera beranjak untuk segara pulang, karena tadi pagi dirinya hanya izin untuk keluar sebentar.

"Loh, mas kok belum siap siap sih." Setelah membereskan bahan bahan, Nara segera menaiki tangga

CINTA SEORANG HAFIZ ANA ROSIDA 246

menuju kamar, ia menatap jarum jam yang menunjukkan pukul setengah 8 pagi.

"Bentar sayang, 5 menit lagi." Balas Hafizh yang kembali menutup seluruh tubuhnya dengan selimut tebal.

Nara menggelengkan kepala, langkahnya mendekat ke samping ranjang yang ditiduri suaminya, tangannya membuka selimut itu dan menutup hidung suaminya, berniat mengerjai.

"Sayang gabisa nafas."

"Mangkanya ayo bangun, emangnya kamu ga kerja."

"Katanya ada meeting." Lanjutnya.

"Iya nanti jam satu."

"Ya mangkanya ayo bangun mas, ini udah jam 8 loh." Masih berusaha Nara membangunkan suami.

"Ya terus?"

"Ayo ih mas, kamu itu atasan harus mengajarkan hal baik itu karyawannya , malah molor enak enakan di rumah." Omel Nara dengan berkacak pinggang.

"Kamu ngomel ngomel gitu makin cantik." Ucap Hafizh, matanya yang tertutup rapat, kini terbuka lebar menatap istrinya yang terus berceloteh.

****

"Duh kok aku deg degan ya." Nara menatap dirinya di depan cermin, kerudung menutupi dada dan make up biasa sedikit merubahnya.

Nara menatap kembali ke arah cermin dengan kue yang dia pegang bertuliskan barokallah fiumrik habibi , suara ketukan pintu terdengar berbarengan dengan ucapan salam.

CINTA SEORANG HAFIZ ANA ROSIDA 247

Nara sudah berada di belakang pintu sedikit jauh sekitar 5 langkah suaminya.

"Cklek."

"Assala," "Barokallah fiumrik habibi." Tidak menyelesaikan salamnya Hafizh langsung kaget mendapati hal itu, bibirnya berkedut keatas tersenyum ke arah istrinya.

"Mashaallah, mas aja ga inget kalau sekarang mas bertambah umur."

"Ya itu, mangkanya ini Nara ingetin."

"Berdoa dulu mas, terus ini di tiup."

Hafizh menuruti keinginan istrinya dan menutup matanya.

" Ya Allah terima kasih engkau telah karunia kan sosok wanita baik hati yang kini menjadi istri hamba, pelengkap agama hamba, sehatkan lah dia ya Allah, bahagiakan lah dia dan hamba dan semoga kita terus bersama sama hingga engkau menjemput kami satu per satu."

"Ya Allah, hamba memang tidak mengetahui apa yang didoakan suami hamba, tapi satu yang ku pinta , kabulkan lah semua yang suami hamba panjatkan aamiin."

"Udah?"

"Hafizh mengangguk."

"Makasih banyak sayang."

"Aku mencintaimu Naraya putri salsabila, selalu dan selamanya."

Hafizh mengambil tangan istrinya untuk di taruh di dadanya " kamu dengar detak jantung ini? , sampai berhenti

CINTA SEORANG HAFIZ ANA ROSIDA 248

dan aku berjanji selamnya jika jantung ini terus berdetak hanya namamu dan terus namamu yang ada di hati ini."

"Hal terindah dalam hidupku bisah bersanding dengan lelaki hebat sepertimu." Timpal Nara.

"Percayalah Tentangmu akan menjadi hal utama hingga jantung itu berhenti berdetak."

"Dan yakinlah Cinta Seorang Hafizh akan abadi dalam bahtera kisah kita."

Di malam itu, dua insan saling berterima kasih dan menyalurkan rasa cinta keduanya, setelah yang lalu lau badai sempat menerpa kehidupan rumah tangganya, kini keduanya ingin lebih berhati hati lagi dalam hal apapun.

Semuanya akan berakhir dengan indah, kita hanya menunggu hal itu sampai berpihak pada kita.

TAMAT

Kisah mereka abadi dalam karya fiksi.

Tidak nyata namun terkesan istimewa bagi sang penulis. Karya ini adalah cerita pertama dari saya.

Sekian terima kasih.

Untuk nama yang menjadi peran dalam tulisanku, kamu abadi se lamanya.

Posting Komentar

0 Komentar