Dari Guru Untuk Ijen Geopark
Bondowoso kota yang sangat eksotis dengan segala keindahan alamnya. Seakan-akan surga pernah bocor, dan tetesannya tepat berada di kota ini. Kota yang sangat layak menyandang predikat ‘highland paradise’. Kota yang juga kian ikonik dengan label ‘Republik Kopi’, ‘Bumi Megalitikum’, dan kini menyongsong “Bondowoso Ijen Geopark”. Semua itu masih sebagian saja dari potensi ‘mutiara terpendam’ di Bondowoso yang mulai terkuak namun sudah diakui dunia.
Tak kalah eksotis dari keindahan alamnya, hasil olah rasa, olah raga, dan olah pikir masyarakatnya juga memiliki cita rasa estetika dan etika yang tinggi. Sebut saya diantaranya adalah Tari Singo Ulung, Tari Topeng Kona, Tari Molong Kopi, Tradisi Mamacah, Ojhung, Bi’ibih, Pojien, Wayang Kattok, dan banyak lagi kearifan budaya lokal lainnya. Kesemuanya tidak sekadar memberikan fungsi rekreatif semata, namun juga menjadi penyemaian benih nilai-nilai kearifan lokal yang tidak boleh kita biarkan punah.
Ada beberapa alasan mengapa nilai-nilai kearifan lokal perlu menjadi muatan dalam pembelajaran. Pertama, karena budaya lokal adalah lahan penyemaian benih karakter. Tempat identitas dan kepribadian tumbuh dan berkembang. Kedua, kearifan lokal memerlukan upaya pemeliharaan, pengembangan, dan pemberdayaan. Ketiga, antisipasi keterasingan budaya lokal di tengah gempuran budaya asing di era global. Keempat, dukungan masyarakat sangat dibutuhkan agar kearifan lokal yang terwariskan ada sentuhan kreasi dan membuatnya selalu relevan.
Posting Komentar
0 Komentar