CONG
Berasal
dari desa, terkesan kuno. Tempatnya jauh disana. Terpencil dan terisolir. Jauh
sekali dari keramaian dan kebisingan.
Disitulah
‘Sallim’ dilahirkan dan dibesarkan. Terkesan Madura banget, biasanya Salim. Ada
double “l” untuk aksen Madura. Dari keluarga petani yang sederhana. Tumbuh
besar di desa yang tertinggal, tanpa jeding, tanpa kamar mandi, tanpa jamban.
Tiada sumur, tiada listrik. Tiada kemajuan dan nyaris tiada pendidikan yang
memadai. Hanya bekal ilmu mengaji.
Murid
yang berusaha taat dan patuh pada guru ngaji dan guru Sekolah Dasarnya.
Sifat
tidak percaya diri yang dimiliki berasal dari sana, tempat yang jauh, kumuh dan
rapuh. Karena tidak ada perhatian dari lingkungan dimana ia di besarkan.
Disinilah, muncul pemikiran- pemikiran untuk kenajuan
diri dan desanya.
Cong
adalah panggilan anak laki- laki di desa yang berbahasa Madura untuk ‘orang
yang lebih muda’. Untuk Bapak kepada anaknya, untuk paman kepada keponakannya. Untuk
orang yang lebih tua kepada orang yang lebih muda. Dalam bahasa Indonesia sama
dengan panggilan ’anak’.
Tentang
kehidupan anak manusia di pedesaan dengan segala keterbatasannya. Tetapi
mempunyai semangat tinggi dalam menuntut ilmu. Orang tua yang sangat
menyayanginya. Disajikan dengan pemandangan asli suasana pedesaan yang masih
asri dan lingkungan yang ramah.
Sallim,
seorang bocah SD yang hidup di desa, tokoh utama cerita dari awal sampai akhir
cerita, Bersama teman- teman seusianya, Irma, Ikrom dan yang lainnya. Latar
bernuansa pedesaan yang kental dengan adat istiadatnya, mencoba memberikan
kesan lain, sebagai sebuah renungan atas kejadian yang tak pernah dialami anak
zaman now.
Membaca
‘Cong’ seakan melihat alam pedesaan sepenuhnya, dibaca perlahan, jangan buru-
buru. Cerita yang tersaji alamiah natural hadir secara spontan dan terkesan
jujur, untuk menggaet hati pembaca dari segala sisi. Agar anda dapat meresapi
dan menghayati kemudian disadari.
Menyiratkan
nilai- nilai dalam setiap adegan cerita dengan gaya sederhana -tidak neko-neko-,
diharapkan dapat meresap ke dalam hati pembacanya. Semuanya sudah disajikan
dalam tetesan tinta hitam murahan. Selamat menyelami maknanya.
Semoga menjadi amal ibadah bagi yang membacanya. Amin.
Posting Komentar
0 Komentar