BERKARYA TULIS ILMIAH


        Berbicara mengenai KIR, mulai tahun pelajaran 2018-2019, saya diamanahi sebagai pembina ekskul ini di MAN Bondowoso Jawa Timur. Ekskul KIR di sekolah (baca: madrasah) kami difokuskan untuk pengembangan Karya Tulis Ilmiah (KTI), literasi, serta menyinggung jurnalistik pelajar. Saya menyambut baik amanah ini karena diharapkan melalui KIR ini pelajar dapat mengembangkan potensi, bakat, minat, dan kemampuannya dalam menulis KTI sekaligus memprovokasi—kata “provokasi” harus dimaknai dengan konotasi positif—mereka untuk giat litiv Berkarya Tulis Ilmiah erasi lebih lanjut. Giat literasi harus terus menerus diprovokasi karena motivasi sudah basi dan tidak cukup kuat dan tidak mengubah keadaan menjadi lebih baik secara signifikan. 

        Menurut saya, pembina ekskul selayaknya mempunyai target yang harus dicapai oleh pelajar binaanya dalam sebuah perlombaan. Namun, sekolah harus mendukung sepenuhnya secara finansial dan lain sebagainya. Sebab, ada benarnya orang yang bilang “Alfulus yuhyi al-nufus, laisa al-fulus manfus: uang menghidupkan jiwa, tidak ada uang (jiwa) akan mampus, dan “Uang memang bukan segala-galanya, tetapi segala-galanya butuh uang.” Dan sekolah harus. melihat kemampuan pelajar dan resouces lainnya secara realistis. Jika tidak, maka pembina dan pelajar akan merasa tertekan yang justru menjadi penyebab target tidak tercapai. Sebab, ekskul tidak bertujuan untuk mengikutsertakan pelajar dalam perlombaan, tetapi untuk mencapai hasil seperti yang dijelaskan dalam Permendikbud nomor 63 tahun 2014 tersebut. Mestinya, kepercayaan diri pelajar untuk menjadi kompetitor di ajang perlombaan sudah menjadi satu indikator keberhasilan pengembangan ekskul. Dan itu harus diapresiasi, lebih-lebih jika pelajar tersebut meraih juara.

Posting Komentar

0 Komentar